Tajuk Rencana

Merayakan Hari Buruh “May Day”

Demonstrasi yang digelar di Jakarta untuk memperingati Hari Buruh
Avatar
Written by Mira Febri Mellya
T anggal 1 Mei 2011 esok merupakan tahun ke 121 dikukuhkan oleh Kongres Sosialis Dunia yang diadakan di Paris, untuk diperingati sebagai Hari Buruh atau dikenal juga dengan istilah May Day.

Di Indonesia sendiri, Hari Buruh mulai diperingati sejak tahun 1920 dan dijadikan hari libur nasional. Namun, sejak peristiwa G30S 1965, Hari Buruh menjadi sesuatu yang tabu untuk diperingati. Karena identik dengan gerakan subversif kaum kiri dan komunis, yang saat itu sedang gencar ‘dihabiskan’ oleh rezim Soeharto karena dinilai tidak sejalan dengan ideologi Pancasila.Revolusi Bolshevik Rusia 1917 di bawah pimpinan Lenin. Kelompok Bolshevik bersama kaum buruh dan serdadu merah mengambil alih kekuasaan di Rusia yang saat itu dibawah otokrasi Tsar Nikolai II.

Jika menelaah kembali sejarah munculnya Hari Buruh, maka kita kembali diingatkan kepada para buruh Cordwainers, Amerika serikat, yang melakukan pemogokan kerja di tahun 1806. Mereka menuntut pengurangan jam kerja yang dinilai tidak manusiawi karena berdurasi sekitar 19 jam. Kemudian, aksi buruh yang juga menjadi penting adalah ketika Peter Mc. Guire dan Mathew Mc. Guire mengerahkan 100.000 pekerja di New Jersey, untuk tuntutan yang sama. Pada tahun 1886 aksi menuntut pengurangan jam kerja kembali dilakukan oleh 400.000 buruh di Amerika Serikat, yang tekenal dengan Peristiwa Haymarket.

Peristiwa Haymarket 1 Mei 1886 di Amerika Serikat. 400.000 buruh mengadakan demonstrasi menuntut pengurangan jam kerja

Peristiwa Haymarket 1 Mei 1886 di Amerika Serikat. 400.000 buruh mengadakan demonstrasi menuntut pengurangan jam kerja.

Saat ini, buruh sudah jauh lebih beruntung. Karena tak lagi memperjuangkan jam kerja. Buruh sudah memenangkan tuntutan itu dengan diberlakukannya 8 jam kerja. Lalu kenapa buruh di Indonesia masih melakukan demonstrasi bukan memperingati sebuah kemenangan?

Demonstrasi memperingati May Day di Perancis tahun 2009

Warga Perancis melakukan demonstrasi memperingati May Day tahun 2009

Mengenai keadaan buruh saat ini, saya dan Ageung sempat ngobrol dengan Diki, seorang teman di Forum Lenteng. Diki pernah bekerja sebagai buruh pabrik di PT Astra Daihatsu Motor selama dua tahun (2003-2005). Saat itu, ia menitipkan lamaran pekerjaannya kepada pamannya yang bekerja di Astra. Pamannya itu memang sudah berkali-kali dititipkan keluarga dan kerabatnya yang ingin bekerja di perusahan multinasional itu. Yang dilakukan oleh pamannya hanya membantu meletakkan lamaran di meja personalia. Sudah menjadi kebiasan dalam sebuah perusahan besar, lamaran yang tidak dititipkan hanya akan berakhir di meja resepsionis, tersangkut di kantor pos, dan lain-lain.

Menurut Diki sudah menjadi hal umum di Asrtra untuk melamar pekerjaan menggunakan link ‘orang dalam’. Hal ini juga menjadi umum di banyak perusahaan lainnya di Indonesia, karena budaya ‘kekeluargaan’-nya.  Di perusahaan tempat ia bekerja ini, ada dua jalur yang dipakai para buruh untuk dapat bekerja di sana; satu, lewat kerabat, seperti yang dilakukan Diki; kedua, lewat jasa penyalur kerja (yang sering disebut ‘yayasan’ oleh para buruh). Jasa ‘yayasan’ biasanya digunakan oleh para pencari kerja dari luar daerah. Sedangkan yang berada di Jakarta biasanya memilih menggunakan jasa kerabatnya yang sudah bekerja lebih dahulu di perusahan, seperti yang dilakukan Diki.

Para imigran di Los Angeles melakukan demonstrasi pada May day 2010

Para imigran di Los Angeles melakukan demonstrasi pada May day 2010

Ada tujuh tahapan tes yang harus dilewati oleh para buruh; tes tertulis (tiga kali), psikotes (satu kali) wawancara (satu kali), dan tes kesehatan (dua kali). Pendidikan minimal para pelamar adalah STM/SMA. Posisi kerja ditentukan oleh hasil psikotes dari perusahaan. Para calon buruh dibagi menjadi dua kemungkinan bidang, yaitu Administrasi dan Kerja Lapangan. Diki sendiri mendapat bagian kerja lapangan, tepatnya di bagian Logistik. Menurutnya, ada empat sub bagian di Logistik, salah satunya Consumable, tempat Diki bekerja. Setelah diterima bekerja, para buruh mengikuti masa perkenalan kerja selama 3 bulan.

Selain Logistik, di PT Astra Daihatsu Motor tempat ia bekerja ada pula bagian Assembling, Painting, Welding, Maintanance, dan Quality Control. Dari semua bagian itu, Logistiklah yang paling menyenangkan. Menurut Diki, para buruh di bagian Logistik masih bisa menyempatkan diri untuk tidur siang atau mencuri waktu merokok. Mereka juga tidak diharuskan mengenakan warepack, karena bagian Logistik berhubungan dengan pemantauan supply bukan alat berat seperti di bagian perakitan.  Diki menjelaskan, pekerjaannya berhubungan dengan para supplier. Dan memantau kecukupan materi untuk perakitan (assembling).

Waktu kerja buruh Astra dibagi menjadi dua shift, yaitu shift pagi, dimulai pukul 07.00-16.00, dan shift malam, dimulai pukul 20.00-04.00 WIB. Untuk shift pagi, mereka mendapat tiga kali waktu istirahat, pukul 09.00 dan 16.00 WIB selama masing-masing 15 menit. Dan istirahat utama, pukul 12.00 WIB, termasuk makan siang. Menurut Diki, para buruh makan di kantin yang sama. Mereka bebas memilih makanan, dan memakai sistem ‘siapa cepat dia dapat’. Buruh yang datang belakangan harus rela mendapat sisa-sisa. Di kantin besar itulah seluruh buruh berkumpul. Bau keringat dan obrolan bersatu. Helm mereka menjadi penanda bagian kerja mereka. Helm hijau untuk Logistik. Helm Kuning untuk Assembling dan Welding, helm merah untuk Maintanance, helm biru/putih untuk Quality Control.

Demonstrasi para buruh di Jepang, memperingati May Day

Demonstrasi para buruh di Jepang, memperingati May Day

Selain acara makan siang, yang berkesan bagi Diki selama bekerja di perusahan Jepang-Indonesia ini adalah sesi senam pagi. Dimulai pukul 7 lewat 10. Setiap hari musik senam kesehatan jasmani terpancar dari toa dan menggema di seluruh area pabrik. Musik pengiring adalah musik yang sama digunakan oleh rezim Orde Baru, yang mewajibkan para siswa sekolah dan pegawai pemerintah untuk bersenam pagi setiap hari Jumat pada masa represif itu. Para buruh diwajibkan senam selama 15 menit, yang disambung dengan diskusi harian bersama para pemimpin grup (group leader) dan diakhiri dengan tos sambil berteriak “Yoshi!”

Sepengetahuan Diki, sebelum tahun 1990 tidak ada senam sebelum kerja. Namun, semenjak 75% saham perusahaan dikuasai oleh Daihatsu Motor Coorporation (DMC) Jepang, maka diberlakukanlah senam itu, seperti yang juga berlaku pada perusahan dan pabrik-pabrik di Jepang.

Menurut Diki, yang paling membahagiakan para buruh saat bekerja adalah saat Line Stop. Ketika Line Stop, maka kerja berhenti. Line Stop bisa terjadi karena salah satu mesin rusak atau bahan produksi kurang. Namun, kalau Line Stop terjadi karena kekurangan bahan produksi, maka Diki dan kawan-kawan di Logistiklah yang kena imbas. Karena merupakan tanggung jawab mereka mengontrol kebutuhan bahan produksi. Saat Line Stop menjadi ajang tidur siang dan santai yang tak terduga.

Para buruh di Taiwan memperingati May Day 2009 dengan melakukan aksi demo

Para buruh di Taiwan memperingati May Day 2009 dengan melakukan demonstrasi

Obrolan tentang pengalaman Diki saat bekerja di Astra sangat menarik bagi saya. Kemudian menimbulkan pertanyaan di kepala saya, mengapa di Indonesia buruh selalu identik dengan pabrik? Padahal pengertian ‘buruh’ yang saya lihat di Wikipedia adalah “manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik secara jasmani maupun rohani. Buruh pada dasarnya hanya menunjuk kepada tenaga kerja di bidang industri dan jasa.”

Relasi antara buruh dan pabrik seperti mengkotakkan buruh ke dalam sebuah sub kecil yang rendah. Padahal sejatinya, setiap pekerja di bidang industri dan jasa adalah buruh, meskipun mereka bekerja di balik meja komputer dan berupah besar.

Demonstrasi yang digelar di Jakarta untuk memperingati Hari Buruh

Demonstrasi yang digelar di Jakarta untuk memperingati Hari Buruh 2008

1 Mei seakan jadi hari yang tepat bagi para buruh untuk menyampaikan aspirasinya dengan cara demonstrasi. Mereka yang ikut demonstrasi selalu berasal dari kelas bawah, yang menuntut kesejahteraan lebih baik, yang jika dikabulkan akan berimbas pula pada buruh berdasi yang tak bersusah payah ikut demonstrasi. Tak terjalin kebersamaan antara para buruh karena 1 Mei dijadikan ajang demonstrasi bukan perayaan. Padahal 1 Mei harusnya menjadi ‘Lebaran’ para buruh. Dan sudah seharusnya pula dirayakan dengan bahagia dan berpesta.

Saya mengutip sebuah pemberitaan di situs online tentang persiapan keamanan demonstrasi Hari Buruh yang jatuh pada esok hari:

Pihak-pihak tidak bertanggung jawab diduga bakal menyusup di demo Peringatan Hari Buruh, 1 Mei. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, polisi akan menyiagakan 14 ribu personelnya untuk berjaga-jaga. “Kita akan mewaspadai bahwa gerakan ini akan didomplengi oleh pihak yang akan melakukan provokasi, sehingga mengancam instabilitas di Jakarta,” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Sutarman. (http://www.detiknews.com/read/2011/04/30/094611/1629139/10/demo-buruh-terancam-disusupi-provokator?9911012)

Semakin tahun, perayaan Hari Buruh di Indonesia semakin salah kaprah. Bahkan, seperti disebutkan di atas, Hari Buruh diduga akan dijadikan ajang provokasi oleh beberapa pihak. Akhirnya, Hari Buruh semakin mendekatkan Indonesia ke kiblat Eropa, sebagai negara industri. Padahal, sejak bangku SD kita sudah diberitahu bahwa Indonesia adalah negara agraris. Mungkin ada baiknya kita memperingati Hari Petani yang sejak dulu menjadi ikon sejarah agraris Indonesia, dibanding memperingati Hari Buruh yang sejarahnya jauh berasal dari negeri seberang.

Mira Febri Mellya

___
Foto diambil dari berbagai sumber via online dengan ketentuan “Penggunaan Wajar”.

About the author

Avatar

Mira Febri Mellya

Perempuan kelahiran Jakarta pada tanggal 22 Februari 1990 ini telah menyelesaikan studi strata satu di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta. Sebelumnya ia telah aktif sebagai fasilitator program worskhsop akumassa di beberapa kota bersama komunitas dampingan. Sekarang ia menjadi wartawan aktif di majalah Gatra.

2 Comments

  • hehehh jadi inget wkatu say magang di perusahaan pembuatan body bus di sentul nma perusahaannya kalo gak salah raya sentosa, waktu itu saya di bagaiana pembuatan kerangka n body bus, trus juga kenpa saya bisa magang di sana tuw jga gra gara teman saya ada om yang kerja disna yaa hamapir2 sam lah,,,,, klo gaka da org dalm ssh bgt masuk kesan….

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.