Darivisual

DARIVISUAL adalah rubrik khusus yang mengompilasi artikel-artikel berisi ulasan yang reflektif, spekulatif, dan bahkan analitis mengenai isu tertentu dalam kaitannya dengan konteks persoalan visual, tetapi diwacanakan dengan menggunakan sudut pandang dan pendekatan lintas disiplin, terutama dari ranah kesenian dan humaniora.

Catatan dari Bangsal Menggawe 2019: Museum Dongeng

Kami duduk di ujung pelabuhan. Riak ombak yang menenangkan di bawah kami hanya terganggu oleh motor yang lewat sekali-sekali di dekat pelabuhan Bangsal. Hari sudah gelap, gunung dan laut terasa dekat. Terpesona, seperti aku, mereka bersandar ke depan, mendengarkan cerita Mintarja.

Read more

Sadar Instagram

Instagram menjadi media pendisiplin diri. Dalam menyambut kehadiran Instagram, produktivitas Otty dan Ugeng dalam menghasilkan karya lukis atau gambar menjadi meningkat. Ide tentang ‘menggambar setiap hari’ pun kembali digalakkan. Kesadaran medium semakin menguat, dan menjadi pembahasan ...

Read more

Pemberdayaan. Apakah Itu?

AKUMASSA secara spesifik meyakini seni sebagai strategi jitu untuk menggugah suatu keadaan sosial masyarakat agar lebih peka terhadap kebudayaan. Dalam konteks ini, AKUMASSA melihat bahwa seni adalah media, dan media menjadi seni. Berangkat dari konstruksi inilah pemberdayaan dalam kerangka kerja...

Read more

Pertemuan Ilda dengan Identitas Pemenang

Lalu, apa bedanya masyarakat awam dengan masyarakat yang menyandang gelar seniman? Tidak ada. Mereka sama-sama warga masyarakat yang mendiami lokasi sosial. Peran warga adalah mengangkat martabat kehidupan bersama. Dan peran senimanlah untuk menjadi panitianya.

Read more

Pertemuan Gelar Dengan Instalasi Kota

Saling Gitaq (saling lihat). Demikian mereka menamai program bank footage yang akhirnya kini terus berlangsung sebagai program reguler di TV kabel Wahid. Saling Gitaq yang dapat diartikan sebagai bacaan dari fenomena media sosial saat ini, adalah situasi di mana masyarakat memiliki...

Read more

Pertemuan Pak Emy Dengan Anak-anak Karang Baru

Dalam aksi Pak Emy dan anak-anak Karang Baru, tidak ada romantisisme tentang pemanfaatan barang bekas. Kepekaan anak-anak terhadap hal itu diasah oleh Pak Emy sejak awal, untuk menyadari lingkungannya sendiri, mulai dari berburu, mengumpulkan, mengolah, dan menggunakannya.

Read more