Jurnal Kecamatan: Sedati Kota/Kabupaten: Sidoarjo Provinsi: Jawa Timur

Wi-fi di Warung Kopi

Para pembeli sedang memanfaatkan fasilitas wi-fi
Avatar
Written by Sigit Supriyo
Warung kopi akrab disebut warkop, tempat di mana kita bisa menikmati secangkir kopi atau minuman lainnya dengan santai. Makanan ringan, mie instan dan rokok menjadi sajian wajib yang disediakan untuk para pengunjung warkop, keberadaan warkop sudah menyebar hampir di seluruh penjuru Nusantara. Warkop pun identik sebagai tempat berkumpulnya masyarakat menengah ke bawah untuk menghabiskan waktu luang.

Warkop

Warkop WBL Arjuna yang menyediakan fasilitas wi-fi.

Seiring perkembangan jaman, warkop yang dulunya hanya ada hiburan musik dari radio atau tayangan televisi, sekarang mengalami banyak inovasi dalam segi hidangan maupun fasilitas untuk menarik lebih banyak pengunjung. Dalam segi fasilitas bahkan ada pemilik warkop yang menambahkan fasilitas wi-fi gratis, sehingga saat ini warkop asyik dinikmati oleh semua kalangan, tidak terkecuali dari kalangan menengah ke atas sekalipun.

Seperti warkop yang ada di Jl. Ir. H. Djuanda, yang bernama Warkop WBL Arjuna. Lokasinya di pinggir jalan menuju ke Bandara Internasional Juanda. Warkop ini tidak pernah sepi pengunjung setiap hari. Waktu bukanya pun hampir 24 jam, dengan tempat yang rindang dan sejuk karena banyak pepohonan dan tanaman hias yang ditanam di sebelah warkop. Di siang hari pun tempat ini masih nyaman untuk bersantai.

Warkop ini juga menyediakan tempat lesehan yang cukup luas

Warkop ini juga menyediakan tempat lesehan yang cukup luas.

Penjual yang melayani para pengunjung warkop

Penjual yang melayani para pembeli setia di Warkop WBL Arjuna.

‘Oom’, adalah panggilan akrab untuk pemilik warkop. Bapak satu ini dikenal sangat ramah dalam melayani para pelanggan warkopnya, apalagi terhadap pelanggan setia seperti saya. Beliau tidak segan–segan menawarkan sebungkus rokok kepada saya dengan gratis, sembari ia bercerita mengenai sejarah warkopnya.

“Ini semua saya bangun dari pring malang (bambu malang) yang terkenal besar–besar dan tahan lama,”  ia juga menunjukkan bambu–bambu penopang utama bangunan warkop.

“Dindingnya pun terbuat dari anyaman bambu berkualitas, Mas. Ini lantainya juga menghabiskan bersak–sak semen, jadi kuat dan tahan lama,” jelasnya.

Beliau juga menyebut nominal yang cukup besar, “Puluhan  juta, Mas habisnya,” ia bercerita tentang  total uang yang ia keluarkan untuk membangun warkop ini.

Para pembeli sedang memanfaatkan fasilitas wi-fi

Para pembeli sedang memanfaatkan fasilitas wi-fi.

Alunan house music, segelas kopi susu dan sebatang rokok menemaniku saat itu di lesehan warkop yang cukup ramai dengan pengunjung dari berbagai usia. Dengan menggunakan handphone, aku memulai berselancar di dunia maya, membuka situs jejaring sosial, atau download lagu, menjadi ritual wajib setiap berkunjung ke warkop ini, sambil sesekali menyapa teman yang kebetulan datang untuk melakukan ritual yang sama.

Saat mulai menyandarkan tubuh di dinding warkop, aku melihat sekumpulan anak muda membawa tas jinjing. Tak lama kemudian salah satu dari mereka mulai memesan segelas es teh, sembari mengeluarkan laptop dari dalam tas. Laptop pun segera dia nyalakan, es teh pun sudah dihidangkan oleh pemilik warkop.

Monggo, Mas” (silahkan Mas), ucap pemilik warkop sambil meletakkan es teh di meja.

“O iya, Mas, ini password nya apa?”

Pecah ndase (pecah kepalanya), tetap, Mas, seperti yang kemarin,” jawab pemilik warkop.

Pemilik warkop sengaja mengunci koneksi wi-fi dengan password, untuk mengantisipasi orang di luar warkop yang ingin menggunakan fasilitas wi-fi gratis. Wajar saja, karena jangkauan wi-fi sampai di luar area warkop.

Spanduk bertuliskan "FREE WI-FI" yang ditujukan untuk menarik pembeli

Spanduk bertuliskan “FREE WI-FI” yang ditujukan untuk menarik pembeli

Di saat asyik mengotak-atik laptop, dia dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba meminta bantuan kepadanya.

“Mas, boleh minta tolong, gak?”

“Iya, kenapa, Mas?”

“Bisa buatkan saya akun facebook?”

“Bisa, sini saya bantu.”

Pengunjung yang sedang bertukar informasi

Pengunjung yang sedang bertukar informasi

Karena tertarik dengan percakapan di antara mereka, kemudian aku ikut dalam percakapan tersebut. Setelah berkenalan, aku pun mengetahui nama mereka.

Ulum dan Deni. Ulum adalah seorang mahasiswa dari salah satu universitas swasta yang ada di Sidoarjo. Sedangkan Deni adalah seorang buruh outsourcer pabrik helm. Di sekitar Bandara Internasional Juanda juga merupakan kawasan industri di Surabaya. Ada banyak pabrik didirikan di sini. Tak aneh kalau Warkop WBL Arjuna banyak dikunjungi buruh pabrik di saat waktu luang mereka. Deni menggunakan telepon selular buatan Cina berfasilitas wi-fi yang harganya terjangkau bagi para buruh pabrik.

Aku jadi tersadar bahwa kebutuhan manusia akan hiburan sebenarnya sama, siapapun dia. Dan jaman menggiring manusia memenuhi kebutuhannya akan hiburan melalui berselancar di dunia maya. Termasuk menjaring pertemanan di sana melalui situs jejaring sosial.

Pengunjung warkop yang sedang menggunakan fasilitas wi-fi lewat handphone sambil menikmati segelas kopi

Pernah juga aku melihat para buruh pabrik yang minta diajari oleh mahasiswa untuk mengunduh lagu-lagu dalam format MP3 untuk disimpan di dalam telepon selular. Yang ini jelas sekali kebutuhannya, bukan? Mendengarkan musik sambil bekerja di pabrik tentu lumayan mengurangi kepenatan kerja.

Waktu menjadi cukup singkat, di saat aku mulai merasakan serunya percakapan di antara kedua orang yang berbeda status sosialnya itu. Hari sudah larut, namun warkop masih belum sepi pengunjung. Sebelum meninggalkan warkop, aku pergi ke depan etalase warkop, untuk membayar.

“Berapa, Mas, semua?” tanyaku pada pegawai warkop.

“Tadi pesen apa saja, Mas”?

“Kopi susu, rokok dua batang sama gorengan dua.”

“Semuanya Rp 4000, Mas.”

Aku lalu mengeluarkan uang pecahan Rp 5000,- dari dalam saku belakang celana.

“Matur suwun (terima kasih), Mas,” ucap pegawai  warkop sambil memberi uang kembalian dua keping uang receh Rp 500.

“Sama-sama, Mas.”

Aku pun pergi menuju ke sepeda motor yang kuparkir di depan warkop.

Warkop WBL Arjuna tampak dari seberang jalan

Warkop WBL Arjuna tampak dari seberang jalan.

Dalam perjalanan pulang, aku berpikir bahwa mahasiswa, pelajar, buruh pabrik sampai pengangguran, semua tampak sama di warkop tersebut. Tidak  ada seragam atau perlengkapan khusus yang membuat mereka sama, melinkan tujuan dan alasan mengapa mereka datang, itu yang menghilangkan batasan status sosial di sebuah warung kopi.

About the author

Avatar

Sigit Supriyo

Dilahirkan di Surabaya pada tanggal 19 Juni 1989. Ia telah menyelesaikan studi strata satunya di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Surabaya, Jawa Timur. Sekarang ia sedang aktif di komunitas Kinetk dan Lab Media Kampus.

7 Comments

  • Dalam perjalanan pulang, aku berpikir bahwa mahasiswa, pelajar, buruh pabrik sampai pengangguran, semua tampak sama di warkop tersebut. Tidak ada seragam atau perlengkapan khusus yang membuat mereka sama, melinkan tujuan dan alasan mengapa mereka datang, itu yang menghilangkan batasan status sosial di sebuah warung kopi.

    kata2 ini yag bisa membuat q berfikir kalau di dalam warkop kita semua sama…kita g ada perbedaan dalam genjer..

    terus berkarya…
    q ingin berkarya seperti ini…mohon bantuannya…

  • kamu kan udah memulai, jaya. pasti gampanglah tinggal nerusin aja.
    tapi, ‘kita g ada perbedaan dalam genjer’ itu maksudnya apa ya?

  • maksudnya gender….cot
    iya se q uda mulai tapikan q masi butuh pembelajaran lagi..karena masi dlm proses pembelajaran..

  • “Berapa, Mas, semua?” tanyaku pada pegawai warkop.

    “Tadi pesen apa saja, Mas”?

    “Kopi susu, rokok dua batang sama gorengan dua.”

    “Semuanya Rp 4000, Mas.”

    BULLSHIT !!!
    kopi susu 1 = 3000
    rokok 2 = 2000
    gorengan 2 = 2000
    TOTAL = 7000 boz !!

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.