Elesan Filem Pemenang - Lombok Utara, NTB

Sejarah Dimulai Dari Hari Ini

Avatar
Written by Otty Widasari

Awal tahun 2010 adalah awal perkenalan saya dengan Komunitas Pasir Putih, di Desa Pemenang Lombok Utara. Pertemuan ini bukan ketidaksengajaan. Kami terlibat dalam sebuah lokakarya pemberdayaan media berbasis komunitas yang dibungkus dalam sebuah program, AKUMASSA. Saya, dari Forum Lenteng-Jakarta, yang memang merupakan organisasi yang fokus pada pengkajian bidang sosial, budaya dan media, hadir di sana sebagai Koordinator program AKUMASSA, dan memberi beberapa materi pembelajaran yang berkaitan dengan media, video dan film.

Dokumentasi presentasi awal akumassa di Mataram.

Dokumentasi presentasi awal akumassa kepada Komunitas Pasir Putih, Pemenang, Lombok Utara. Desember, 2009

Hanya 3 hari kesempatan saya untuk berdiskusi dan belajar bersama Komunitas Pasir Putih, karena harus kembali ke Jakarta dan kemudian melanjutkan program yang sama di lokasi-lokasi lain. Kegiatan memproduksi informasi berbasis perspektif warga pun dilanjutkan Komunitas Pasir Putih bersama kedua teman saya yang lain, selaku fasilitator. Namun tiga hari tersebut bukanlah durasi yang singkat bagi sebuah awal pertemanan yang berkualitas. Sebagaimana seluruh komunitas dampingan AKUMASSA yang ada di sepuluh lokasi di Indonesia, kami memanfaatkan fasilitas internet untuk melanjutkan diskusi dan pembelajaran kami. Email, Facebook, juga telepon dan SMS memudahkan kami untuk terus berkomunikasi. Bahkan beberapa pertemuan diadakan untuk terus menggencarkan aktivitas memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan berbasis warga ini.

Riezky

Riezky Andhika Pradana, salah seorang fasilitator akumassa, mempresentasikan materi workshop akumassa di Komunitas Pasir Putih. Desember, 2009.

Maka, sejak tahun 2010, Komunitas Pasir Putih pun secara berjejaring, menjadi media center di wilayahnya, yang saya yakin, data arsip yang mereka miliki jauh lebih lengkap dibanding dengan pusat data yang ada di propinsinya (kalau saya salah, mohon dimaafkan, dan diberitahu).

Imam

Imam Hujjatul Islam, salah seorang anggota Komunitas Pasir Puth.

Kenapa saya begitu yakin dengan kelengkapan data yang dimiliki Komunitas Pasir Putih (dan juga komunitas AKUMASSA lainnya)? Karena secara intensif mereka merekam daerahnya sendiri dan mungkin juga daerah sekitarnya dengan berbagai medium: teks; foto; video; audio…. Itu belum termasuk rekaman situasi sosial yang juga dibekukan dalam bentuk lukisan, bilamana komunitas tersebut memiliki anggota yang berbakat di bidang seni lukis. Nyata di Komunitas Pasir Putih, ada kawan baik saya Imam Hujjatul Islam, yang kebetulan menjadi salah satu tokoh yang direkam kesehariannya dalam film Elesan Deq a Tutuq, karya Komunitas Pasir Putih bekerjasama dengan Forum Lenteng. Produktifitasnya sebagai seniman tidak bisa diabaikan sebagai salah satu pencatat sejarah tentunya. Selain itu, aktivitas mendistribusikan artikel dari berbagai daerah yang dikemas dalam jurnal bersama kami www.akumassa.org dalam bentuk fotokopian kepada warga sekitar di Desa Pamenang-Lombok Utara, adalah sebuah inisiatif yang patut diacungkan jempol. Kesadaran mendistribusikan pengetahuan kepada masyarakat yang tidak aktif mengakses internet adalah langkah intelek untuk berbagi ilmu kepada masyarakat.

d

Dokumentasi kegiatan program upgrading akumassa bersama Komunitas Pasir Putih. Tampak di dalam gambar, Syaiful Anwar (paling kiri), salah seorang fasilitator akumassa, memberikan mater. Februari, 2012.

D

Dokumentasi kegiatan program upgrading akumassa bersama Komunitas Pasir Putih. Tampak di dalam gambar, Gelar Agryano Soemantri (paling kanan), salah seorang fasilitator, memandu kegiatan diskusi. Februari, 2012.

Salah satu suasana kegiatan diskusi di Komunitas Pasir Putih.

Salah satu suasana kegiatan diskusi di Komunitas Pasir Putih.

Setelah tiga tahun berkomunitas dan membangun media center di utara Pulau Lombok, Komunitas Pasir Putih melakukan sebuah langkah lanjut, ke tahap yang lebih jauh dengan memproduksi sebuah film dokumenter tentang Tuan Guru di Desa Pemenang, berjudul Elesan Deq a Tutuq (Jejak Yang Tidak Berhenti). Produksi film dokumenter ini merupakan bagian dari program peningkatan kapasitas para komunitas AKUMASSA dan bekerjasama kembali dengan Forum Lenteng. Film dokumenter ini digarap dengan profesional dan menggunakan struktur bahasa dan estetika film, di mana komunitas telah mempelajarinya sejak tiga tahun yang lalu. Esensi yang dipegang tetap sama, yaitu memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan, mencatat dan menciptakan sejarah, serta meningkatkan kapasitas, baik secara komunitas maupun individu melalui inisiatif warga.

dsc05658

Selaku koordinator program, saya sangat bangga dan percaya pada inisiatif muda ini. Sejarah dilanjutkan oleh anak muda, yang mampu mendekonstruksi kepentingan melalui perspektif warga yang murni dari kepentingan komersial, korporasi, politik, golongan, agama dan kelompok. Karena bingkaian warga adalah bingkaian keragaman.

Selamat membuat sejarah, dimulai dari hari ini. Tabik!

Artikel ini merupakan bagian dari katalog filem dokumenter Elesan Deq a Tutuq (Jejak yang Tidak Berhenti).

About the author

Avatar

Otty Widasari

OTTY WIDASARI adalah seorang seniman, penulis, sutradara, dan kurator. Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Program Pendidikan dan Pemberdayaan Media (AKUMASSA) di Forum Lenteng.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.