Sukabumi, Jawa Barat

Perempuan dan Pabrik

‘Perempuan Perkasa’, ya, begitulah sebutan yang pantas bagi mereka kaum hawa yang rela menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja.

Perempuan dan Pabrik

Salah satu pabrik di Sukabumi yang didominasi oleh pekerja perempuan

Banyak sekali akhir-akhir ini saya melihat para kaum hawa yang rela bekerja demi menghidupi keluarganya dan dirinya sendiri. Bahkan yang sudah berumah tangga pun rela membantu suaminya dengan bekerja. Memang banyak sekali bidang-bidang pekerjaan yang mereka geluti, tapi bagi mereka yang berpendidikan hanya sampai bangku sekolah SMP atau bahkan SD, pabrik adalah tempat kerja yang objektif bagi mereka. Pabrik garmen atau tekstil adalah ladang bagi mereka untuk mengais rezeki.

Di daerah saya, Sukabumi, banyak sekali pabrik-pabrik garmen yang memenuhi hampir setiap jantung di daerah Sukabumi. Jika kalian lewat atau berkunjung ke daerah Sukabumi, jangan heran kalau setiap pagi atau sore hari, jalanan selalu macet karena selalu dipenuhi aktifitas para pekerja yang berangkat atau pulang kerja.

Kemacetan jalan

Kemacetan jalan setiap waktu berangkat dan pulang para pekerja pabrik

Saya akan sedikit mengangkat cerita para perempuan perkasa yang bekerja di pabrik-pabrik garmen menurut apa yang saya lihat. Kebetulan saya juga bekerja di sebuah pabrik, namun bukan garmen. Tempat saya bekerja, memproduksi spareparts motor seperti mainstand (standar tengah) untuk motor Yamaha Mio, Jupiter dan Jupiter MX.

Di daerah tempat saya bekerja, ada pabrik-pabrik garmen, salah satunya PT Baju Indah yang didominasi oleh pekerja perempuan. Akan tetapi, pabrik tempat saya bekerja dan pabrik lainnya itu masih satu gerbang keluar-masuk. Tidak aneh bagi saya, melihat buruh-buruh perempuan setiap harinya.

Jalanan dipenuhi para pekerja yang hendak pulang

Jalanan dipenuhi para pekerja yang hendak pulang

Pagi hari jalanan sudah sangat ramai dan sejauh penglihatan saya terlihat ratusan kaum hawa. Mulai dari yang masih sangat muda (sekitar 19 tahun ke bawah), sampai yang sudah tua. Mereka rela bangun pagi sekali karena sebelum berangkat bekerja mereka harus mempersiapkan kebutuhan keluarganya seperti membuat sarapan untuk suami dan anaknya, mengurus kebutuhan anaknya bersekolah dan masih banyak lagi. Mereka memainkan waktu sebaik mungkin, karena menurut saya jam kerja mereka cukup berat, dari hari Senin sampai Sabtu.Dengan delapan jam bekerja pokok dan lembur yang selalu jadi tuntutan. Jika pekerjaan mereka tidak mencapai target, mereka harus melakukan SS (Sampai Selesai) sebuah sistim kejar target yang ditetapkan oleh perusahaan. Tak peduli sampai pagi lagi, mereka harus menyelesaikan pekerjaan. Sungguh sangat menguras tenaga. Dengan UMR (Upah Minimum Regional) Kota Sukabumi sekitar Rp. 630.000, tidak sepadan dengan keringat dan waktu yang mereka curahkan.

Beberapa pekerja sedang beristirahat

Beberapa pekerja sedang beristirahat

Jajanan di sekitar pabrik

Jajanan di sekitar pabrik

Perempuan seharusnya hanya di rumah, mengurus rumah tangga. Akan tetapi mungkin itu sudah tidak berlaku di jaman global seperti ini. Perempuan adalah sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan. Tidak bisa dipungkiri, mungkin sekarang lebih susah laki-laki utuk mendapat pekerjaan dibanding dengan perempuan. Rata-rata usia mereka yang bekerja antara 15-30 tahun. Semenjak para pengusaha asing yang rata-rata berasal dari  Cina, Taiwan dan Korea sangat melirik situasi dan peluang di Indonesia. Mungkin Indonesia adalah lahan yang menguntungkan bagi mereka untuk menjalankan bisnis. Banyak sekali lahan-lahan yang dulunya asri, bersih dan sejuk, mereka ubah menjadi lahan industri yang menyumbang limbah yang cukup mencemarkan, panas dan polusi berat. Pemda tentunya yang paling bertanggung jawab akan hal tersebut.

Tanah yang nantinya akan dibangun pabrik

Tanah yang nantinya akan dibangun pabrik

Tapi inilah hidup. Kenapa mereka rela mengorbankan waktunya yang berharga, yang seharusnya mengurus rumah tangga, membesarkan buah hatinya, dan merawat kecantikannya? Semuanya karena faktor ekonomi. Ini adalah penjajahan di jaman modern. Tapi apapun itu, dari lubuk hati yang terdalam saya sangat bangga dan takjub pada para kaum hawa yang tidak pernah menyerah menjalani hidupnya, mampu bangkit walau dalam keterpurukan, mampu menjadi ibu dan istri yang hebat, dan menjadi simbol dari ‘perkasanya perempuan Indonesia’.

Foto: Dian Komala

 

About the author

Avatar

Fajar Sidiq

Dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 8 Februari 1990. Ia telah menamatkan pendidikannya di SMA Negri 1 Parungkuda, konsentrasi Ilmu Bahasa pada tahun 2008. Sekarang, pria ini bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Sukabumi.

3 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.