Jurnal Kecamatan: Taktakan Kota: Serang Provinsi: Banten

Pengolahan Sampah yang Baik di TPSA Cilowong

pengolahan
Tenomena ironis yang terjadi saat ini adalah budaya  masyarakat yang konsumtif terhadap barang  seakan sudah terhipnotis oleh berbagai iklan dan brand. Menurut saya, fenomena yang terjadi saat ini adalah dampak dari hasil budaya konsumtif masyarakat kita. Salah satu efeknya adalah sampah yang menumpuk dari bekas kemasan produk-produk yang kita pakai sehari-hari.

Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong

Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong

Persoalan sampah merupakan isu penting di lingkungan perkotaan yang terus menerus dihadapi sejalan mengikuti perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas pembangunan. Peningkatan volume sampah yang berskala besar sekarang ini memang belum dapat dibarengi dengan peningkatan aktifitas pemeliharaan lingkungan. Kurangnya perhatian masyarakat yang konsumtif tidak seimbang dengan kesadaran masyarakat untuk memerhatikan lingkungan.

Perkembangan populasi sampah akibat tuntutan tambahan kebutuhan hidup manusia bila tidak dibarengi kebijakan pengelolaan sampah yang baik sedini mungkin, cenderung akan mengancam kerusakan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan hidup yang ada. Salah satu tandanya adalah dengan adanya perubahan fenomena alam atau kerusakan fisik lingkungan yang pada gilirannya menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan mengancam kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Ujungnya adalah yang kita alami saat ini, pemanasan global.

Hampir di setiap kota, termasuk Serang, persoalan sampah menjadi isu penting bahkan menjadi fenomena sosial, mengapa? Karena begitu banyak  sampah yang sesegera mungkin harus ditangani. Belajar dari kasus Bantar Gebang, Bojong, Leuwigajah dan beberapa kota lainnya, terindikasikan bahwa sampah yang tidak dikelola dan ditangani dengan baik menjadi penyebab terjadinya pencemaran air, tanah, udara dan bahkan sampai timbul kerawanan sosial di tengah masyarakat.

Kemampuan Pemerintah Daerah dalam menangani sampah masih sangat terbatas. Secara Nasional, tingkat pelayanan baru mencapai 40 % dari volume sampah yang dihasilkan. Pertambahan penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke perkotaan juga menyebabkan semakin tingginya volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Hal tersebut bertambah sulit karena semakin besar beban yang harus ditangani dan kesadaran masyarakat terhadap sampah.

Dengan pertumbuhan penduduk dan percepatan pembangunandi Kota Serang sebagai Ibukota Provinsi Banten, sangat memungkinkan terjadinya lonjakan limbah buangan rumah tangga, industri dan sebagainya. Mampukah kita tangani secara instan seperti membuat mie instan bila persoalan itu akan muncul tiba-tiba? Mampukah alam ini menjaga keseimbangan populasi sampah manusia ?

Untuk itulah, setiap aktifitas yang dilakukan di suatu lokasi atau lingkungan yang akan berdampak pada alam, kehidupan manusia serta berbagai sumber daya di sekitarnya perlu diteliti dan dikaji. Gunanya agar dapat diketahui perkembangan atau perubahannya secara dini dan dapat segera dilakukan upaya pengendalian, pengawasan, penanggulangan, bahkan pemulihan kembali lingkungan alam fisik.

Beberapa hari yang lalu saya bersama teman-teman Komunitas Sebumi mencoba menggali bagaimana sampah itu diolah. Kami berkunjung ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) yang ada di Kota Serang, tepatnya daerah Cilowong.

Tumpukan sampah yang menutupi beberapa sisi gunung dan perbukitan

Memasuki wilayah TPSA Cilowong mata saya disadarkan betapa saat ini pandangan manusia untuk melihat keindahan sudah  terkontaminasi dengan ulah manusia. Karena dari TPSA Cilowong saya dapat melihat  pegunungan yang indah nun jauh di sana, yang berdampingan dengan gunungan sampah.

Saya mempunyai sebuah pandangan bahwa Indonesia memang sangat kental dengan budaya konsumtif. Kita sering melupakan bagaimana kita dapat memproduksi sesuatu yang bermanfaat. Kurangnya kesadaran dari setiap insan mengenai sampah menjadikan hanya segelintir orang yang dapat memahami dan mau menjadikan sampah menjadi suatu yang bermanfaat untuk kehidupan.

Saya bertemu dengan penanggung  jawab di TPSA Cilowong yang kebetulan saat itu ada di lokasi. Ia pun menjelaskan aktivitas yang ada di TPSA. Ternyata selain para pemulung yang setiap harinya mengumpulkan sampah untuk dapat di jual kembali, di TPSA Cilowong ada pula beberapa orang yang bekerja mengolah sampah menjadi pupuk kompos.

Tumpukan pupuk kompos yang sudah dikemas

Tumpukan pupuk kompos yang sudah dikemas

Ternyata TPSA Cilowong memiliki cara penanganan sampah yang lebih baik dari beberapa TPSA lainnya. Karena di sini sampah-sampah tersebut tidak dibakar, melainkan diolah menjadi pupuk kompos.

Pengolahan sampah menjadi pupuk kompos di TPSA Cilowong sudah mulai dilakukan sekitar satu setengah tahun yang lalu.

Terdapat ribuan paket karung pupuk kompos di lokasi pengolahan yang tidak jauh dari lokasi TPSA. Tiap pupuk berisi sekitar 25 hingga 40 kilogram pupuk yang nantinya akan didistribusikan kepada perusahaan. Perusahaan yang berlabelkan Petro Kimia Gresik adalah merk pupuk ternama yang berasal dari daerah Jawa Timur yakni Gresik.

Dalam proses pembuatan pupuk kompos tersebut terlebih dahulu dilakukan uji penelitian terhadap kadar senyawa yang terkadung didalamnya, agar kadar pupuk kompos yang nanti akan dijual ke pasaran sudah memenuhi syarat sebagai pupuk bermutu dan berkualitas. Semua itu didukung oleh adanya fasilitas laboratorium yang dapat menopang kualitas dari pupuk  kompos itu sendiri.

pengolahan

Lokasi pengolahan sampah menjadi pupuk kompos

Ketika saya mencoba masuk ke dalam laboratorium yang ada di sana, saya beserta teman saya, Ageung, dapat melihat secara jelas bagaimana proses pencampuran obat dan zat kimia untuk menetralisir kandungan zat yang ada pada pupuk kompos yang akan diproduksi. Dijelaskan oleh penanggung jawab TPSA di sana bahwa benda-benda yang ada dalam laboratorium adalah seperti; Alat takar kimia, dan alat pengukur massa benda yang yang menggunakan sistem touch screen dan digital. Dikatakan oleh penanggung jawab TPSA tersebuh bahwa alat pengukur massa benda tersebut memiliki ketelitian ukur yang sangat baik, dan dikatakan oleh beliau bahwa harga alat ukur yang hanya sebesar kalkulator tersebut berkisar sekita Rp. 75.000.000,-. Saya sangat terkaget-kaget awalnya mendengar harga sebuah benda yang hanya berukuran 15×10 cm ini yang begitu mahal. Saya coba tanyakan fungsi dari benda tersebut, fungsinya yaitu untuk mengukur seberapa banyak takaran obat/ zat untuk campuran pupuk agar dapat sesuai dengan pupuk yang diharapkan. Pekerja di Laboratorium TPSA   Cilowong adalah para lulusan Universitas Gajah Mada yang ternyata sangat peduli terhadap sampah.

Beberapa pekerja di TPSA Cilowong

Beberapa pekerja di TPSA Cilowong

Rasa pesimistis yang saya alami saat pertama kali melihat sampah yang menumpuk, sedikit berubah menjadi rasa optimis bahwa sampah sebenarnya masih dapat ditanggulangi.  Salah satunya di TPSA Cilowong. Dengan mengolah sampah menjadi pupuk serta tidak membakar gunungan sampah itu, pencemaran udara dari sampah yang dapat merusak ekosistem alam dapat berkurang.

Selain diolah menjadi pupuk kompos, air limbah dari sampah-sampah tersebut pun diolah sedemikian rupa melalui beberapa penyaringan sehingga dapat berfungsi untuk mengairi sawah.

Rencana ke depan yang akan dilakukan di TPSA Cilowong adalah pengolahan sampah menjadi gas meta. Program pengolahan sampah tersebut akan mulai dijalankan pada 2011 nanti.

___

Silakan baca juga artikel Tanggapan Atas Artikel ‘Pengolahan Sampah yang Baik di TPSA Cilowong’!

About the author

Avatar

Pangestu Adjie Prayogo

Dilahirkan di Serang, Banten, pada tanggal 13 Februari 1990. Ia kuliah di FISIP Universitas Negri Serang. Sekarang ia bekerja sebagai karyawan dan aktif di komunitas Sebumi.

11 Comments

  • tulisannya manis, yugo…ditunggu tulisan kamu berikutnya. yang sering yaaa

  • semuanya,,, saya menuli artikel tentang sampah…, habisnya hidup udah kaya samapah,,, gag pernah dianggep…, makasih pujian tentang tulisannya yah….. tunggu ajah gebrakan selanjutnya…

  • Bagi pembaca jurnal akumassa, khususnya tulisan ini, kami ingin memberitahukan bahwa artikel ini tidak bermasuk cenderung ke pihak manapun. Mungkin dari judulnya terkesan seperti itu, karena berdasarkan penglihatan si penulis, pengolahan sampah di sana memang cukup baik dibandingkan TPSA lain, misalnya Bantar Gebang.

    Terimakasih atas apresiasi mengenai artikel ini. Artikel-artikel yang dimuat di akumassa merupakan pengalaman si ‘aku’ dengan lingkungan sekitarnya. Di sini penulis hanya mencoba menggambarkan situasi di TPSA berdasarkan penglihatannya dan pengalamannya di sana, serta obrolan dengan para pekerja di sana.

  • hmm..
    kalau sistem yang dipakai dalam tpsa cilowong yang memakai ssistem landfill itu masih bisa dikatakan baik gak??
    apalagi dengan sistem tersebut, sering terjadi longsor,
    tolong share ya…

  • Yang namanya konsep pengolahan sampah itu pasti bagus si kedengarannya, apalagi jika yang menjelaskan dari pihak pengelolanya.
    Dulu waktu suting di bantar gebang, juga terkagum-kagum bagaimana cara mereka mengkonsep pengelolaan sampahnya, bahwa nantinya akan jadi hutan alam lah.
    Tapi kemudian, biasanya lemah di sektor pelaksanaan, satu hal aja,
    waktu gue suting di sana, gue dan temen gue ngambil berbagai ekspresi dari para pemulung yang keliatan letih, wow dramatis deh.
    Tapiii…. turns out, beginai kata klien
    “mas, jangan ambil gambar para pemulung, karena seharusnya tidak boleh ada pemulung di sana…”
    Yaks??? Itu kenyataanya lho.
    Ya wis, karena ini barang pesanan, tim gue ke sana lagi dan ambil gambar lagi dan meminta para pemulung untuk minggir sehingga kita dapat shot segala arah tanpa keliatan ada pemulungnya.
    Begitu biasanya keadaannya.

  • maaf…sebelumnya.
    kira2 kalo mau bikin kti tentang pengelolaan sampah dsana bisa ga iah? ada yang bisa di hubungi ga?
    makasi…

  • untuk mengatasi sampah silahkan buka teknologitpa.blogspot.com atau inovasi pemusnah sampah,sdangkan yg.sdh banyak dilakukan tsb.bagus untuk mengurangi atau memanfaatkan sampah yg.masih bisa dimanfaatkan ttpi kalo sampah sdh terlalu banyak khususnya yg.tdk dpt.dimanfaatkan seyogyanya dibakar dgn.alat teknologitpa diatas,yg pasti dan pasti semua sampah teratasi dgn.baik,sayapembuatkan sdh banyak yg.mempergunakan tdk satu pun yg.tdk berhasil,minat hub.saya.

  • upaya mengatasi sampah pokoknya jangan sampai kebalik,contoh membuat sesuatu dengan bahan sampah,apa semua sampah dpt dipergunakan ? kan tdk,mungkin 20 persen saja,dan sampah tetap akan menumpuk,informasi,cara saya mengatasi soal sampah teknologitpa.blogspot.com atau teknologi pemusnah sampah,menurut saya cara yg.bagus,karena tanpabahan bakar tetapi dapat memusnahkan sgala maca dan bentuk sampah takterkecuali sampah basah,abu sisa pembakaran banyak dimanfaatkan warga untuk tanah uruk juga untukpupuk tanaman.

  • balasan buat Bang Dino,betul bang seperti kata sampean sepertinya(dijelaskan pengelolanya seakan-akan terbayang nantinya….bagus) eee,jadinya seperti itu hampir semuanya buktinya tidak satupun yg.tidak kelabakan dengan banyaknya sampah,untuk saya pembuat teknologi pemusnah sampah untuk beberapa tempat setelah saya bikinkan dilanjut peminatnya,ada yg.minta penjelasaan tentu orang yg.melanjut itu (murni sekali)hasilnya dan sampah betul-2 teratasi dan tidakpernah ada persoalan dengan sampah(buka saja teknologi pemusnah sampah TANPA BAHAN BAKAR APAPUN)

Tinggalkan Balasan ke dmutz X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.