Jurnal Kecamatan: Kejaksan Kota: Cirebon Provinsi: Jawa Barat

Pengalamanku Menjadi Sales Promotion Boy

Expo Pendidikan Anak
Sekitar Pukul 07.40, aku memulai aktivitas di tanggal 22 Juli 2009. Aktifitas pagi itu merupakan masa training untuk pengenalan produk yang akan aku promosikan dalam Expo Pendidikan Anak (dalam memperingati Hari Anak Nasional pada tanggal 23 Juli – Hari Anak Sedunia pada tanggal 1 Juni) pada tanggal 23 Juli – 26 Juli 2009 di Gedung Islamic Center (Masjid At-Taqwa, alun-alun Kejaksan Cirebon). Pengenalan produk CD Interaktif milik PT. Akal Interaktif ini, aku lakukan di counter Akal Interaktif yang bertempat di Toko Buku Gramedia, lantai 3 Grage Mall

Expo Pendidikan Anak

Anak-anak sedang mencoba CD Interaktif di Expo Pendidikan Anak.

Sebelum memulai training tersebut, aku mengikuti sesi briefing bersama staf TB. Gramedia pada pukul 09.00 WIB. Ada satu hal yang membuat aku merasa sedikit heran saat itu, adalah ketika aku mengetahui bahwa merupakan suatu ‘kebiasaan’ di lingkungan toko buku tersebut untuk membacakan ‘visi dan misi’ dan menyanyikan ‘mars Gramedia’ sebelum seluruh staf memulai jam kerjanya. Kemudian, ada penyampaian dari beberapa supervisor. Dimulai dari Pak Hadi selaku Supervisor Penjualan yang menyampaikan bahwa akan ada tim audit dari Gramedia Pusat. Ia memotivasi seluruh stafnya untuk tidak terlihat kaku ketika melayani pengunjung serta menekankan kepada mereka untuk tidak memberikan laporan kepada tim audit dengan laporan yang tidak sesuai data tercatat. Lalu Bayu – seorang Supervisor Penjualan pula, menambahkan dengan memberikan penjelasan bahwa ada 2 macam audit bagi toko semacam TB.

Gramedia. Pertama adalah audit yang dilakukan oleh auditor pada umumnya. Kedua, audit yang dilakukan oleh customer. Ia menjelaskan bahwa audit yang menentukan kesuksesan TB. Gramedia adalah audit jenis kedua karena ketika ada customer yang tidak puas dengan pelayanannya maka hal itu akan menjadi nilai minus untuk toko tersebut.

area-permainan-anak

Setelah kami menutup briefing tersebut dengan yel-yel ala toko tersebut, aku memulai masa training di counter Akal. Pengenalan produk multimedia interaktif ini, aku pelajari dari kawan semasa SMA yang biasa dipanggil Maman. Ia menjelaskan setiap produk dengan sedetil mungkin. Sambil melihat katalog produknya, aku memperhatikan setiap materi training tersebut dengan harapan dapat mempromosikannya sebaik mungkin. Setelah melihat – lihat isi produk CD Interaktifnya, aku beranjak pulang. Kemudian sekitar waktu maghrib, aku diberitahukan untuk datang ke lokasi Expo untuk mempersiapkan stan pameran kami. Kami memasang spanduk, memasang etalase, serta mempersiapkan perangkat komputer untuk menjalankan sampel CD Interaktif yang akan dioperasikan oleh anak-anak di sekitar Expo.

panggung-pentas

Hari berikutnya, tanggal 23 Juli 2009, aku dan Maman datang pagi-pagi untuk menyetok produk serta memajangnya. Kami pun menginstal komputer yang akan digunakan. Dengan stan yang terletak di depan pintu masuk Gedung Islamic Center dan 2 unit komputer terpasang, kami memulai hari pertama menjual produk multimedia tersebut. Alun-alun Kejaksan merupakan tanah lapang yang biasanya dijadikan sebagai arena olah raga di kota Cirebon. Namun, alun-alun tersebut pun dijadikan lahan parkir dan tempat berjualan. Alun-alun Kejaksan ini bersebelahan dengan Masjid At-Taqwa serta Gedung Islamic Center yang menjadi area pelaksanaan Expo Pendidikan Anak. Siang hari, staf PT. Akal Interaktif datang dari Bandung untuk membantu promosi produknya. Ia merasa heran dengan kuantitas pengunjung yang terbilang sedikit untuk kapasitas Expo. Akhirnya, kami menutup stan jam 7 lewat meskipun target kami buka hingga jam 9.30 malam.

alun-alun

Alun-alun.

Tanggal 24 Juli 2009, kami kembali membuka stan namun kuantitas pengunjung masih kurang dari yang diharapkan. Ketika aku tanyakan tentang pendapatan tanggal tersebut kepada Bagus yang membuka stan out bound – PROGRESSIVE OUTBOUND SYSTEM (POS), ia pun menjawab bahwa peningkatan omzet mereka tidak terlalu besar dari hari sebelumnya. Aku berpikir apakah animo masyarakat terhadap event seperti ini kurang bila dibandingkan dengan event–event tradisional seperti pasar malam saat muludan misalnya. Apakah hal tersebut menjelaskan bahwa unsur adat–istiadat di Cirebon sangat kuat. Terlepas dari pikiran tersebut, mataku memandang seorang sahabat yang biasanya aku panggil Bang Ipul – seorang kru stasiun radio lokal Dairi FM, ketika aku mendekatinya ia memintaku untuk menorehkan tanda tangan yang menurut penjelasannya hal itu diperuntukkan sebagai cara penggalangan dana untuk anak-anak Indonesia, di mana dari 1 tanda tangan akan didonasikan Rp. 100,- oleh Unilever. Selang beberapa saat, sekitar jam 4 sore waktu kerjaku telah usai.

Penggalangan Dana lewat tanda tangan

Penggalangan Dana lewat tanda tangan.

Esok harinya, aku menjalani kembali keseharian sebagai sales promotion boy. Tanggal 25 Juli 2009 ialah hari ketiga aku menjalani keseharian tersebut. Upixon merupakan produk obat cacing, salah satu dari produk–produk yang ditawarkan di Expo Pendidikan Anak ini. Dimana ada satu keunikan dari strategi pemasaran bila dibandingkan dengan peserta Expo lainnya, yaitu dengan menggunakan maskot produk tersebut. Aku dan Bagus berbincang–bincang tentang ingatan kami ketika menjadi maskot. Bagus berkata “pasti sangat panas memakai pakaian maskot itu karena aku pun pernah ketika harus menjadi badut pesta dengan memakai perlengkapannya”. Hal itu, ia lakukan karena merupakan permintaan keponakannya. Aku pun menceritakan pengalamanku ketika menjadi maskot Indosat. Saat itu bulan Ramadhan, pada program “Mudik Punya Indosat” tahun 2007 aku bersama 4 kru lainnya beroperasi di daerah Karawang, Cirebon dan Tegal. Aku masih ingat waktu kerja di setiap daerah, yaitu 1 minggu menjelang Idul Fitri di Karawang, 1 minggu yang termasuk di dalamnya ialah hari Idul Fitri di Cirebon dan 1 minggu setelahnya di Tegal. Sehingga, aku dapat melaksanakan Lebaran bersama keluargaku. Aku pun masih ingat pakaian maskot yang aku pakai saat itu, topi yang di atasnya ada semacam tanduk dan wearpack. Memang sangat panas ketika memakainya, sehingga aku hanya menggunakan pakaian tersebut sekitar 5 menit dan itu pun hanya untuk foto dokumentasi laporan. Sisa waktu kerja, aku tidak menjadi maskot namun membantu memasarkan produk starter pack perusahaan tersebut.

maskot yang mengingatkan pada pengalamanku

Maskot yang mengingatkan pada pengalamanku.

Hari sabtu merupakan puncak jumlah pengunjung terbanyak karena pada hari tersebut para pelajar SD berkunjung dengan ditemani oleh para gurunya. Meskipun setiap hari omzet kami terus meningkat, tetapi tidak signifikan. Bagi salah seorang karyawati TB. Gramedia yang saat itu menjual film cerita dan buku untuk anak, pendapatan yang kami peroleh sangatlah baik bila ia bandingkan dengan omzet mereka. Sampai pada tanggal tersebut, kami baru menjual produkdengan total nilai Rp. 1.302.500,-.

2

Tanggal 26 Juli 2009 merupakan hari terakhir aku menjual produk multimedia ini. Hari ini, aku diingatkan tentang alun–alun Kejaksan yang selalu digunakan oleh PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera). Aku melihat beberapa Pelajar SMA yang sedang berlatih. Aku tak sempat bertanya kepada mereka, namun aku berpikir bahwa mereka berlatih dalam mempersiapkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Setelah melihat-lihat aku membuka stan serta memajang produk–produk kami. Ketika aku sedang menyebarkan brosur, terdengar suara keras dari area bermain anak. Aku bertanya kepada Bagus, ternyata ada roda kereta permainan yang tergelincir tapi tidak membahayakan penggunanya karena dalam waktu singkat sudah dapat dipergunakan kembali. “Rel kereta seperti itu kan seharusnya ditempatkan pada permukaan yang rata. Karena permukaan area yang tidak rata ini, kami harus mengganjal rel. Mungkin ketika kereta berjalan terlalu banyak getaran yang menyebabkan ganjalan rel bergeser sehingga permukaan rel tersebut tidak rata” lanjut Bagus menjelaskan kemungkinan penyebabnya. Pada tanggal ini, jumlah pengunjung tidak sebanyak hari sebelumnya tapi omzet kami pada shift pagi saja sudah mencapai sekitar Rp. 700.000,-. Bagi kami, hari itu merupakan hari dengan rating penjualan yang terbaik dalam event tersebut.

alun-alun juga sering digunakan untuk latihan PASKIBRA

Alun-alun juga sering digunakan untuk latihan PASKIBRA.

Selama menjalani hari-hari tersebut, aku berangkat dari rumah menggunakan motor warisan almarhum Papa yang biasanya aku sebut ‘jet darat’. Bukan karena lajunya yang cepat tapi oleh karena pernah pada suatu hari ketika aku dan teman-teman bepergian yang pada saat itu aku menumpang di motor Diki, sedangkan motorku digunakan oleh Tedi. Ia berjalan mendahului yang lainnya. Sesaat setelah melewati tikungan di jalan Kandang Perahu, kami terkejut melihat Tedi yang menggunakan motorku sudah tidak terlihat di jalan yang lurus dan jauh tersebut. Spontan aku berkata dengan bangga atas motorku “Jelas tidak terlihat, dia kan naik jet darat”. Namun dengan pandangan memperhatikan jalan sekitar, kami semakin terkejut ketika melihat Tedi yang sedangkan menaikkan motorku dari selokan di balik mobil bak terbuka. Tak lama ia pun kembali menjalankan “jet darat” tersebut. Itulah pengalamanku hingga motorku disebut “jet darat” yang ketika aku gunakan untuk datang ke Expo, suaranya sangat berisik sekali karena sudah dua bulan olinya tidak aku ganti. Oleh karena itu, sepanjang jalan aku diperhatikan pengguna jalan lainnya (seperti dalam salah satu iklan pelumas saja). Perjalanan dari rumahku sampai ke alun-alun Kejaksan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 10 – 15 menit dengan menggunakan “jet darat”. Aku yang bertempat tinggal di jalan Gunung Merapi Perumnas menyeberang jalan By Pass menuju jalan Rajawali Perumnas. Setelah melewati lampu merah kedua, aku berbelok ke Kiri di jalan Dukuh Semar. Aku melewati Tk. Permata Bunda dimana aku pernah mengajar dan kemudian melintas di belakang Terminal Harjamukti.

Setelah melewati Traffic Light ketiga, aku melintas di sepanjang jalan Dr. Cipto Mangunkusumo dan berbelok ke kanan setelah lampu merah kelima. Jalan R.A. Kartini merupakan jalan terakhir menuju alun-alun Kejaksan. Ketika aku memasuki kawasan parkir Expo, aku disodori secarik kertas parkir yang di dalamnya tidak aku temukan biaya parkir yang harus aku bayar justru ada tulisan yang mengharapkan kita untuk berinfak dan bersedekah yang sebagian darinya akan digunakan dalam renovasi Mesjid Raya At-Taqwa.

pelajar-dari-beberapa-sd-yang-berkunjung

Banyak sekali hal yang aku dapatkan dan bukan merupakan kali pertamanya. Namun bagiku Expo Pendidikan Anak merupakan bentukan acara yang sangat inisiatif dan edukatif dengan beberapa pengisian kegiatan seperti lomba sempoa, lomba mewarnai dan ada juga pentas seni dari Purwacaraka. Itulah aku ketika menjalani hari-hari sebagai Sales Promotion Boy (SPB). Semoga anak–anak di mana pun dapat merasakan kebahagian melalui acara edukatif lainnya.

Selamat memperingati Hari Anak!

Bayu Alfian

About the author

Avatar

Eugenius Bayu Alfian

Dilahirkan di Cirebon pada tanggal 19 Oktober 1987. Ia telah menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMA. Sekarang ia aktif di berbabagai macam organisasi, dan berwirausaha di bidang desain grafis dan multimedia.

2 Comments

Tinggalkan Balasan ke Thobias Gultom X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.