Jurnal Kecamatan: Kejaksan Kota: Cirebon Provinsi: Jawa Barat

Teknologi Menghasilkan Kenangan Ramadhan

bazar pangan di alun-alun kejaksan
Tamadhan 1430 H, pada dasarnya sama saja seperti pada tahun-tahun sebelumnya dengan segala seremonial seperti puasa, mudik, buka puasa bersama, bazar-bazar pangan dan sandang serta kebiasaan-kebiasaan lain. Banyak dari teman saya yang mengeluh tentang cuaca pada ramadhan tahun ini yang sangat panas. Tapi sekiranya kita tidak perlu terlalu khawatir karena pada bulan Maret dan September sudah sewajarnya cuaca terasa sangat panas karena pada bulan-bulan tersebut merupakan titik terdekat bumi terhadap matahari.

cuaca terik

bazar pangan di alun-alun kejaksan

Bazaar pangan di alun-alun kejaksan.

Namun, kita tetap harus menjaga diri karena sinar ultraviolet memang tidak baik untuk kesehatan kulit. Sedemikian terik sorot matahari sehingga bayang-bayang akan sop buah ataupun es oyen seolah menghapus dahaga. Banyak juga yang menuliskan berbagai macam makanan dan minuman di facebook. Bahkan tidak jarang menuliskannya dengan menggunakan huruf kapital seperti aksentuasi klimaks dari puasa yang entah dijalankan atau tidak.

masjid At Taqwa dikelilingi stand panganan

Masjid At Taqwa di kelilingi stand panganan.

bazar tetap ramai pada malam hari

Bazaar tetap ramai pada malam hari.

Di bulan-bulan Ramadhan pun banyak puisi-puisi yang berseliweran lewat pesan teks dari ponsel satu ke ponsel lain kemudian diteruskan sampai pada ponsel kesekian. Hanya dengan satu puisi yang terkirim dapat diteruskan sampai pada kali ke sepuluh, ke dua puluh, ke seratus bahkan lebih, “sungguh menakjubkan bukan!”. Kita seperti sedang menerapkan hukum logaritma saja, yang pada bulan Ramadhan banyak diterapkan prosedur sistematis dalam mengirim pesan teks tentang kegiatan buka puasa bersama, misalnya. Hanya mengawali pesan teks dengan tulisan ‘JARKOM’ – Jaringan Komunikasi, kita dapat mengumpulkan teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa. Itu semua hanya sedikit dampak dari perkembangan teknologi terhadap sebuah komunitas tertentu seperti menjadi gaya hidup, interaksi sosial dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan masyarakat.

teknologi komunikasi membantu terciptanya reuni

Teknologi komunikasi membantu terciptanya reuni.

Seperti baru-baru ini, saya mendapat pesan tentang kegiatan reuni SMA dari seorang teman yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan saya. Padahal kami memiliki nomor kontak masing-masing yang kami dapat ketika pertemuan saat buka puasa bersama tahun lalu. Selang waktu hampir satu tahun, ia baru mengabari saya lagi. Tadinya, saya pikir ia telah kehilangan nomor kontak seperti yang pernah saya alami beberapa waktu lalu ketika handset ponsel saya rusak, sehingga banyak nomor kontak teman yang hilang. Bulan Ramadhan sepertinya selalu menjadi waktu yang baik untuk berkomunikasi.

Gardu mengadakan buka puasa bersama

Gardu mengadakan buka puasa bersama.

Sepertinya hal yang saya alami pun terjadi pada teman-teman Gardu, pada bulan Ramadhan ini mereka merasakan kebahagiaan ketika teman-teman dalam Komunitas Gardu berkumpul lagi. Mungkin kalian aneh mengapa saya tulis komunitas Gardu bukan komunitas Gardu Unik. Sebelum Nico Permadi mendirikan Gardu Unik, ia mendirikan Gardu terlebih dahulu bersama empat temannya, yaitu Abeng, Abas, Agus Suwanda dan Mulyana Bulu. Komunitas Gardu yang berdiri pada sekitar tahun 1999 tersebut, pada perjalanan karirnya banyak mengalami pahit getir berkeseniaan. Susah senang mereka alami bersama, ada satu kejadian yang sering mereka ceritakan pada saya generasi setelah mereka di Gardu, dimana saya acungkan jempol untuk mereka. Cerita tersebut yaitu bahwa mereka harus ‘berburu’ belalang untuk makan ketika keuangan mereka sedang kurang baik, tapi mereka tetap bersama tanpa ada sedikit pun rasa ingin berpaling. Dalam proses yang panjang, akhirnya terbentuk regenerasi dengan nama Gardu Unik pada tahun 2005. Demikian sedikit kilas balik tentang sejarah komunitas Gardu yang pernah diceritakan Nico Permadi kepada saya.

kebahagiaan buka puasa bersama Gardu

kebahagiaan buka puasa bersama Gardu

pertemuan yang membangkitkan kenangan

Pertemuan yang membangkitkan kenangan.

Mungkin kebersamaan tersebut juga yang memunculkan rasa bahagia ketika setiap persona mendapatkan kabar tentang kegiatan buka puasa bersama yang dilaksanakan di tempat Gardu pernah bernaung, yaitu Gedung Kesenian Nyi Mas Rarasantang. Kegiatan pada tanggal 12 september 2009 tersebut, dihadiri oleh ‘senior-senior’ Gardu yang sebagian dari mereka sudah menikah dan memiliki anak serta sebagian masih ‘beristri’ kesenian. Saya tidak dapat bayangkan ketika Nico Permadi bercerita video dokumentasi tentang susah-senang Gardu yang  mereka perlihatkan ketika berlangsungnya kegiatan buka puasa bersama tersebut. Kenangan memang hal yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang terhadap dirinya maupun lingkungan disekitarnya.

menonton video dokumenter gardu

Menonton video dokumenter Gardu.

Nico Permadi ditengah rekan-rekannya

Nico Permadi di tengah rekan-rekannya.

Kenangan sangat potensial untuk dapat diingat selamanya, terlebih ketika secara kuat didukung dengan pemanfaatan perkembangan teknologi seperti salah satunya melalui media audio visual (video). Pemanfaatan perkembangan teknologi ini rupanya menjadi satu cara efektif yang Gardu gunakan untuk membangkitkan kenangan tentang kebersamaan mereka dari waktu yang lampau.

orang-tua-dan-anak-anak

sebagian rekan-rekan membawa serta anaknya

Sebagian rekan-rekan membawa serta anaknya.

Iskandar Abeng salah satu pendiri Komunitas Gardu sendiri sepertinya menyadari akan rekaman atas kenangan tersebut. Dengan menggunakan kamera SLR-nya, ia berusaha menangkap atau merekam apa saja yang dilihat matanya melalui lensa kamera. Salah satu hasil rekaman gambarnya yaitu momen bulan Ramadhan di komunitas yang pernah ia dirikan dulu. Saya dapat membayangkan bagaimana rekaman-rekaman tersebut diperlihatkan ketika mereka (Gardu) mengadakan kegiatan buka puasa bersama selang sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Mungkin mereka akan membawa cucu-cucu mereka atau ada yang baru membawa anak mereka atau juga masih ada yang ‘beristri’ kesenian. Namun demikian tetap membuat saya kagum atas interaksi dalam sosial minor mereka.

memotret untuk mengisi waktu luang

Memotret untuk mengisi waktu luang.

Selain menangkap momen-momen dalam kegiatan buka puasa bersama, laki-laki yang sedang merintis karir dalam dunia fotografi ini pun banyak melakukan upaya perekaman di berbagai tempat di wilayah Cirebon. Untuk mengisi waktu luang di bulan Ramadhan, ia menangkap apa saja kebiasaan yang ada pada bulan suci bagi umat Muslim tersebut dengan potensi-potensi yang memungkinkan terjadi improvisasi. Mulai dari memotret dari permukaan tanah sampai memotret dari ketinggian puluhan meter di atas menara masjid At-Taqwa. Menurut informasinya, ia harus mengeluarkan kocek sebesar tiga ribu rupiah untuk dapat menaiki menara tersebut. Suatu pengalaman yang belum tentu semua orang Cirebon pernah lakukan termasuk saya sendiri, belum pernah menaiki menara tersebut.

stasiun kereta kejaksan cirebon

Stasiun kereta kejaksan Cirebon.

laut jawa terlihat dari menara

Laut Jawa terlihat dari menara.

Satu hal yang menarik lagi dari kisah teman-teman saya di bulan ramadhan ini, ialah Agus Suwanda seorang yang bergelut dan berkarir di dunia media glass (kaca). Di bulan ini, ia sedang mengerjakan proyek pembuatan kotak jariyah bersama seorang karyawan yang bernama Yahya Malik. Malik, demikian biasa saya memanggilnya, ialah seorang ketua UKM Kesenian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Cirebon (UNTAG ’45) yang aktivitas di kampusnya cukup padat. Oleh karena itu, setelah ia bekerja pada Agus Suwanda kemudian berkegiatan di lingkup kampusnya.

“Ini, mah, gw cuma anter jemput dia aja” keluh Agus. Dengan aksen bercanda ia berkata, “kalo aja ada yang ngelamar kerjaan ke gw, karyawan lama itu akan gue pecat”.

Memang, jika mereka bertemu bagaikan kakak dan adik yang senang bercanda. Jadi ketika berurusan dengan glass atau kaca, maka yang karyawan adalah Malik. Namun, ketika harus menjemput dan mengantar maka terasa Agus lah yang menjadi karyawan. Pernah sesekali Agus bercerita tentang pembicaraannya bersama Malik, “Jadi, lo 4 jam latihan, kerja cuma 1 jam, ya.” Seolah tergambar oleh saya betapa sibuknya seorang Yahya Malik.

Agus Suwanda berpuisi

Agus Suwanda berpuisi.

Sedangkan aktivitas saya sendiri, sebagian besar waktu dihabiskan untuk berhadapan dengan komputer. Meskipun demikian, saya sesempat mungkin mengikuti seminar “How To Make A Good Design” yang dilaksanakan pada tanggal 4 September 2009 di sekretariat Keluarga Pelaku Seni dan Desain Cirebon (KPSDC). Kegiatan yang difokuskan pada silaturahmi tersebut, cukup menarik minat saya karena dapat memperkaya ilmu serta memperbanyak teman. Dalam kesempatan itu, saya melakukan penelitian melalui pendekatan kuantitatif sederhana tentang pemanfaatan situs jaringan (website) kepada peserta seminar yang kebanyakan diikuti oleh mahasiswa dan pengajar Desain Komunikasi Visual STMIK-WIT, mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTAG ’45 serta mahasiswa STIKES MAHARDHIKA. Semua tentang seni desain disampaikan oleh Domi Dwinanda Saputra dengan modul materi yang sederhana. Kegiatan tersebut pun ditujukan dalam rangka mengisi kegiatan di bulan ramadhan dengan pendaftaran sebesar tiga ribu rupiah saja, kami sudah dapat berbuka puasa bersama.

55

pengunjung pasar peduli ramadhan

Pengunjung Pasar Peduli Ramadhan.

Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan komputer memang sangat saya gemari sejak masih duduk di sekolah menengah pertama. Saat terjadi gempa di Jawa Barat pun, posisi saya sedang di depan monitor komputer. Saat itu cukup terasa getaran sampai saya cukup lama berdiam diri dan menyadari bahwa sedang terjadi gempa sembari jari terus menekan tombol “Sssssssssssssssssssssssssss”. Setelah sedikit menyadari getaran tersebut, saya bergegas keluar dan berdiri di terik panas matahari. Namun ketika di luar, saya merasa tidak yakin sedang terjadi gempa maka saya kembali ke dalam ruangan di markas Gardu Unik. Kali ini, saya benar-benar yakin bahwa sedang terjadi gempa. Oleh karena itu saya keluar kembali dan kali itu saya berjongkok dan berdoa.

undangan pameran solidaritas gempa

Undangan pameran solidaritas gempa.

panggung pertunjukan

Panggung pertunjukan.

Beberapa waktu kemudian, tepatnya pada tanggal 11 september 2009 digelarlah pameran peduli gempa Jawa Barat di Gedung Kesenian Nyi Mas Rarasantang. Kegiatan sosial tersebut, merupakan bentuk solidaritas masyarakat Cirebon terhadap bencana gempa yang terjadi di Sekitar Jawa Barat.

pementasan tari topeng kelana

Pementasan tari topeng kelana.

antusiasme pengunjung pameran

Antusiasme pengunjung pameran.

Mungkin itulah yang membedakan Ramadhan tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun saya tetap ingin menyampaikan satu hal lagi yang hampir serupa dari pelaksanaan ibadah ini, “MINAL AIDIN WAL FAIZIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN”.

___
Foto: Iskandar Abeng

About the author

Avatar

Eugenius Bayu Alfian

Dilahirkan di Cirebon pada tanggal 19 Oktober 1987. Ia telah menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMA. Sekarang ia aktif di berbabagai macam organisasi, dan berwirausaha di bidang desain grafis dan multimedia.

1 Comment

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.