Jurnal Kecamatan: Ciputat Kota: Tangerang Selatan Provinsi: Banten

Ciputat di Waktu Lalu

Avatar
Written by akumassa
Menelaah kota Tangerang Selatan melalui kacamata sejarah mempunyai pengaruh besar terhadap kemerdekaan tanah air. Tangerang Selatan yang kini berdiri sebagai daerah tingkat II di wilayah Tangerang hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang,  meliputi tujuh kecamatan di dalamnya memiliki nilai historis yang luar biasa. Ciputat merupakan salah satu kecamatan di wilayah Tangerang Selatan yang menjadi pusat peradaban terpenting sehingga Ciputat dijuluki sebagai ibu kota Tangerang Selatan meskipun pusat pemerintahannya untuk sementara di kantor Kecamatan Pamulang.

perbatasan Banten-Jakarta

Perbatasan Banten – Jakarta.

1

Dalam penelusuran yang saya dapatkan melalui wawancara dengan seorang Komandan Veteran Ciputat, Bapak Halim, ia menceritakan tentang sejarah Ciputat pada masa kolonial dan penjajahan Jepang. Dibawah ini adalah ringkasan tentang wilayah Ciputat.

3

Dahulu kala wilayah Ciputat meliputi Pamulang, Serua, Bintaro, Pondok Aren, Rempoa, Kedaung, dan sekitarnya. Daerah tersebut dikuasai oleh kekuasaan Belanda yang disebut tuan tanah atau yang lebih akrab dipanggil “tuan item” oleh masyarakat pada saat itu. Tuan tanah kolonial Belanda mengambil kekuasaan Ciputat melalui tangan kanannya pada tahun 1940, pegawai tuan tanah adalah orang-orang ber-etnis Tiong Hoa. Penduduk asli Ciputat meliputi tiga etnis yaitu Sunda, Betawi, dan Tionghoa bahkan ketiga etnis ini menjadi penduduk wilayah yang kini disebut Tangerang Selatan. Belanda yang memegang kekuasaan Ciputat ini didominasi oleh orang beretnis Tionghoa yang sangat banyak jumlah penduduknya bahkan menjadi sebuah mayoritas. Berkurangnya etnis Tionghoa di Ciputat dikarenakan salah seorang putri tuan tanah Belanda dipersunting oleh orang beragama Islam, tepatnya orang Arab, yang bernama Tuan Salim. Pada saat itu agama Islam belum berkembang di kota Ciputat, keyakinan yang mereka yakini masih kolot.

Pasar Ciputat

Pasar Ciputat

Pada tahun 1942 Ciputat dihuni oleh etnis Tionghoa dan ketika itu belanda atau kolonial menguasai penuh Ciputat, semenjak putri tuan tanah dipersunting oleh orang Islam dari Arab, kekuasaan tuan tanah diduduki oleh tuan Salim kemudian tuan Salim mewakafkan sebuah tanah yang cukup luas untuk didirikan sebuah musholla sebagai tempat beribadah penduduk yang beragama Islam  agar agama Islam dapat berkembang.

Musholla itu didirikan dari bilik bambu. Kemudian seiring berjalannya waktu musholla itu dikembangkan menjadi sebuah masjid yang dipegang dan dikelola langsung oleh pemiliknya. Masjid tersebut menjadi satu-satunya tempat beribadah bagi umat beragama Islam di Ciputat. Saat ini masjid itu telah dikelola oleh yayasan dan diberi nama Masjid Agung Al Jihad.

Masjid Agung

Masjid Agung

6

Semenjak adanya Masjid Agung, agama Islam mulai berkembang dan mulai banyak mualaf yang berasal dari etnis Tionghoa. Pada saat itu masyarakat belajar agama Islam melalui seorang mualim secara lisan, tidak ada pembelajaran secara tertulis, semua ilmu yang mereka peroleh diperoleh secara lisan dari seorang mualim. Meskipun agama Islam mengalami perkembangan pesat, namun masih banyak penduduk Konghucu  yang mendiami Ciputat, serta masih banyak pula orang-orang yang menganut paham animisme, setiap kali mereka mengadakan acara sesajen merupakan unsur terpenting yang tidak dapat dilepaskan.

Setelah hadirnya IAIN (sebelumnya bernama ADIA-Akademi Dinas Ilmu Agama) yang kini menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pengaruh positif terasa oleh masyarakat Ciputat. Secara perlahan-lahan kepercayaan animisme mereka hilang dengan sendirinya karena setiap masjid selalu mengadakan syiar dakwah. Timbul banyak paham baru terhadap agama Islam di kota Ciputat dan tidak ortodok lagi.

7

Istilah Ci pada kata Ciputat berasal dari kata Cai yang dalam Bahasa Sunda berarti air, sedangkan putat berasal dari nama pohon, yaitu pohon putat. Wilayah ini dahulu dipenuhi oleh pohon putat yang tersebar dimana-mana, putat adalah pohon yang dimanfaatkan sebagai makanan berupa lalapan oleh penduduk, selain pohon putat juga terdapat banyak pohon kelapa. Kota ini dipanggil Ciputat sejak masa kolonial belanda. Ditengah pasar Ciputat yang kini berdiri tiga lantai dan menjadi pusat perdagangan utama masyarakat dahulunya terdapat sebuah kobak (mata air) besar yang tidak pernah kering yang menjadi sumber pemanfaatan penduduk pada masa itu sehingga tempat itu dipanggil Ciputat. Kini kobak itu sudah tidak ada lagi dan dibangun menjadi pasar Ciputat yang menjadi ujung tombak kemacetan yang terjadi di Ciputat.

9

Sejak dahulu hingga kini Ciputat menjadi pusat pengembangan masyarakat di Tangerang Selatan karena pada waktu itu hanya ada satu sekolah yaitu SR (sekolah rakyat) yang berada di Ciputat. Pak Halim yang merupakan salah seorang veteran yang telah hidup selama 84 tahun menceritakan peperangan yang ia alami pada masa penjajahan kolonial Belanda dan Pendudukan Tentara Jepang hingga Perang Kemerdekaan yang terjadi di Ciputat. Pada saat itu BKR (Barisan Komando Rakyat) yang berada di Ciputat berada di sebelah Masjid Agung bahkan hingga kini tempat itu masih ada dan menjadi kantor pejuang veteran, tepatnya kini berada di depan kantor pos Ciputat. Sedangkan markas kolonial Belanda terletak di Kebayoran Lama. Pada masa peperangan melawan kolonial Belanda oleh para pejuang dibantu oleh Divisi Siliwangi. Peperangan melawan kolonial Belanda terjadi di Pasar Jumat, pada jembatan Pasar Jumat dipasangkan kawat berduri untuk melawan kolonial dan juga digunakan sebagai tembok pertahanan pejuang.

penjual buah di Pasar Ciputat

Penjual buah di Pasar Ciputat.

Sejak dahulu yang terbanyak yang dimanfaatkan dari Ciputat adalah hasil rempah-rempah, panen pangan, dan buah-buahan. Di Ciputat tidak ditemukan bangunan-bangunan arsitektur peninggalan kolonial Belanda karena memang di Ciputat ini hanya dimanfaatkan untuk pengambilan bahan pokok saja, kalaupun ada bangunan-bangunan yang didirikan kolonial Belanda  kini telah dihancurkan.

Kini Ciputat mengalami perubahan seiring dengan arus modernisasi, Ciputat menjadi sebuah kota padat penduduk dan menjadi sebuah kota mata pencaharian penduduk. Banyak lahan-lahan perdagangan, perkantoran, dan perindustrian. Saat ini perkumpulan veteran di Ciputat masih ranting, dan banyak sekali pejuang-pejuang veteran yang tidak dikenali bahkan makamnya tersebar di wilayah-wilayah sekitar Ciputat.

Pada tahun 1945 di dekat Masjid Agung al Jihad terdapat Tugu Nasional, yang didirikan oleh para pejuang. Sayangnya kini Tugu Nasional itu telah dihancurkan oleh para penghianat bangsa pada peristiwa G 30 S PKI. Tahun 1971 tuan tanah menjual tanah untuk kelangsungan hidup masyarakat yang mengalami kesulitan hidup. Perkumpulan pejuang veteran di kota Tangerang Selatan dilaksanakan setiap peringatan kemerdekaan RI pada 17 Agustus, sedangkan perkumpulan pejuang veteran pusat dilaksanakan setiap tanggal 02 Januari yaitu LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia). Peranan pemerintah terhadap pejuang veteran begitu bermakna pada masa pimpinan Presiden SBY, pada masa pimpinan sebelumnya tidak ada perhatian khusus terhadap pejuang. Hal inilah yang dirasakan oleh para pejuang veteran yang ada di Ciputat, karena hanya pada masa pimpinan SBY para pejuang veteran merasakan adanya dana kehormatan diluar tunjangan dan hal inilah yang membuat para pejuang veteran merasa terayomi.

Setelah usai perang, Pak Halim memutuskan untuk kembali ke masyarakat menjadi rakyat jelata dan bekerja sebagai pedagang dan kuli panggul, namun tidak semua para pejuang mengikuti jejak Pak Halim untuk kembali ke masyarakat, sebagian dari mereka tetap melanjutkan perjuangannya sebagai pejuang. Bahkan hingga kini perjuangan para veteran masih berlanjut. Contohnya kehadiran Ikatan Pemuda Panca Marga yang anggotanya merupakan anak-anak dari para pejuang veteran yang bertujuan melanjutkan perjuangan dan tugas orangtua mereka sebagai pejuang veteran. Tetapi tidak hanya anak pejuang veteran yang bias ikut serta dalam Pemuda Panca Marga, siapapun yang memiliki niat tulus untuk bangsa dapat bergabung dengan Pemuda Panca Marga.

About the author

Avatar

akumassa

Program Pendidikan dan Pemberdayaan Media Berbasis Komunitas, atau biasa disebut AKUMASSA, adalah sebuah program pemberdayaan media yang digagas oleh Forum Lenteng sejak tahun 2008, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal di beberapa daerah di Indonesia untuk melaksanakan lokakarya dan memproduksi beragam bentuk media komunikasi (tulisan, gambar/foto, audio, dan video).

22 Comments

Tinggalkan Balasan ke sarah sechan X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.