Jurnal Kecamatan: Tanah Abang Kota: Jakarta Pusat Provinsi: DKI Jakarta

Sembilan Catatan Kala Demonstrasi September

Avatar
Written by akumassa
PENGANTAR REDAKSI
MENYIMAK PERISTIWA YANG terjadi akhir-akhir ini, terutama kejadian demonstrasi yang berlangsung tanggal 23-24 September 2019 (yang mana sesungguhnya gelombang itu telah terjadi sejak tanggal 16 September 2019), entah itu di media massa arus utama ataupun di media sosial, sudah semestinya kita mendasarkan pandangan pada kritisisme atas beragam bingkaian yang sarat akan kepentingan. Tidak jarang, bingkaian media massa arus utama justru mendiskreditkan kelompok tertentu dan menghaluskan posisi yang semestinya kita kritik. Menanggapi situasi bermedia yang demikian, dalam terbitan ini, Tim Redaksi AKUMASSA memuat sejumlah catatan dari pemuda-pemudi yang secara langsung mengalami peristiwa tatkala demonstrasi itu terjadi, dalam rangka memberikan sudut pandang lain yang jauh lebih berimbang, atau menegaskan keberpihakan terhadap warga masyarakat yang berupaya menyuarakan aspirasinya. Disunting oleh Manshur Zikri, Dhuha Ramadhani, dan Anggraeni Widhiasih, catatan-catatan yang termuat di sini ditulis berdasarkan sudut pandang para penulis dalam melihat, menilai, dan mengalami peristiwa.

___

Catatan Manshur Zikri (Redaksi AKUMASSA)
Dalam artikel berjudul “Suara Mahasiswa Didengar” yang termuat pada situs Kompas.id kolom “Arsip Kompas”, tanggal 25 September 2019, pukul 10:14 WIB, disebutkan bahwa “tuntutan unjuk rasa mahasiswa yang terjadi di sejumlah daerah telah didengarkan. Pemerintah dan DPR memutuskan menunda pengesahan sejumlah rancangan undang-undang untuk memberi waktu guna meninjau kembali pasal-pasal.”[1]Baca selengkapnya di artikel “Suara Mahasiswa Didengar”, 25 September 2019, 10:14 WIB, di Kompas. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:16 WIB.

Menurut saya, menanggapi berita yang saya kutip di atas, kita masih perlu mempertahankan kritisisme terhadap berbagai bentuk dan isi pemberitaan. Sebab, “didengarkan” bukan berarti “dikabulkan” secara penuh, bukan?

Sejak minggu —seperti halnya dengan apa yang mungkin teman-teman alami sendiri— saya juga melihat beberapa postingan disebar oleh beberapa kawan di media sosial; orang-orang saling sebar postingan dari grup WhatsApp ke grup WhatsApp, dari akun ke akun, dari platform media sosial yang satu ke platform media sosial lainnya, berisi sejumlah seruan terkait demonstrasi. Salah satu postingan yang mencolok ialah postingan yang berisi tujuh poin desakan yang menjadi alasan mengapa demonstrasi dilakukan dalam beberapa hari terakhir ini. Pokoknya adalah tuntutan kepada pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya untuk mau mengambil sikap terhadap sejumlah RUU bermasalah dan RUU yang semestinya segera disahkan. Semua kehebohan ini terjadi beruntun, bahkan terasa seakan-akan tanpa jeda, mulai dari isu kekerasan yang dialami masyarakat Papua, kebakaran hutan di Riau dan Kalimantan, dan kemudian munculnya gejala pelemahan KPK. Nyatanya: negara kita memang benar-benar bermasalah; hingga akhirnya mobilisasi massa terjadi, lantas pecah menjadi kerusuhan semalam.

Terkait masalah RUU bermasalah tersebut, Tirto.id telah memuat artikel berjudul “Isi RUU Bermasalah Didemo Mahasiswa Hari Ini di Jakarta & Kota Lain” yang secara rinci menjabarkan hal-hal yang dianggap bermasalah pada sejumlah pasal.[2]Baca selengkapnya di artikel Dipna Videlia Putsanra, 24 September 2019, “Isi RUU Bermasalah Didemo Mahasiswa Hari Ini di Jakarta & Kota Lain”, di Tirto.id. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:19 WIB. Jabaran mengenai pasal-pasal kontroversial di RKUHP juga dipaparkan dalam artikel berjudul “Isi RUU KUHP dan Pasal Kontroversial Penyebab Demo Mahasiswa Meluas” yang ditulis oleh Addi M. Idhom, jurnalis dari media yang sama.[3]Baca selengkapnya di artikel Addi M. Idhom, 25 September 2019, “Isi RUU KUHP dan Pasal Kontroversial Penyebab Demo Mahasiswa Meluas”, di Tirto.id. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:48 WIB. Sementara itu, kronologi peristiwa demonstrasi di sekitaran gedung DPR diceritakan oleh jurnalis Kompas, Jessi Carina, hari ini, dalam artikel berita yang berjudul “Menit Demi Menit Demo Mahasiswa Ricuh di DPR, Demonstran Melawan hingga Kehadiran Oknum Perusuh”.[4]Baca selengkapnya di artikel Jessi Carina, 25 September 2019, 10:27 WIB, “Menit Demi Menit Demo Mahasiswa Ricuh di DPR, Demonstran Melawan hingga Kehadiran Oknum Perusuh”, di Kompas. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:23 WIB.

Instagram Storiy dari akun Rahmat Ahadi.

Tak lebih dari satu jam yang lalu (saat saya menulis ini), sejumlah aktivis di grup WhatsApp Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) saling berbagi informasi untuk memverifikasi nasib Faisal Amir, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Al Azhar, yang dikabarkan meninggal dunia akibat demonstrasi tersebut. Ternyata, berita itu hoaks, sebagaimana dijelaskan oleh Dieqy Hasbi Widhana, jurnalis Tirto.id, dalam artikel berjudul “Isu Faisal Amir Mahasiswa Pendemo DPR Meninggal Adalah Hoaks”.[5]Baca selengkapnya di artikel Dieqy Hasbi Widhana, 25 September 2019, “Isu Faisal Amir Mahasiswa Pendemo DPR Meninggal Adalah Hoaks”, di Tirto.id. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:43 WIB. Akun Instagram Rahmat Ahadi juga berbagi keterangan di Instagram Stories-nya; ia menyatakan: “…berita yang mengatakan bahwa adik saya meninggal, itu semua hoaks, adik saya dalam masa pemulihan dan telah menjalani proses operasi dengan lancar…”. Salah satu anggota grup WhatsApp SINDIKASI juga membagi hasil pindaian surat Siaran Pers dari pihak Universitas Al-Azhar Indonesia, bertandatangan Rektor Asep Saifuddin, yang menginformasikan bahwa Faisal Amir telah mendapatkan penanganan medis di Rumah Sakit PELNI.

Pindaian dokumen siaran pers dari Universitas Al-Azhar Indonesia yang disebar di grup WhatsApp SINDIKASI.

Beberapa orang di WhatsApp mengatakan bahwa katanya ada rencana aksi lanjutan di hari-hari lain. Dalam situasi yang belum benar-benar lepas dari kehebohan ini, kita masih berhadapan dengan upaya-upaya penyebaran kabar simpang siur oleh pihak-pihak yang tak diketahui, yang bisa berdampak pada kepanikan publik yang berisiko mengalihkan fokus kita terhadap tujuan asli dari tuntutan massa.

Karenanya, dalam terbitan ini, kami mencoba menghadirkan sejumlah catatan dari beberapa kawan yang turun langsung pada saat demonstrasi terjadi. Sudut pandang mereka bisa saja bersifat subjektif, tetapi subjektivitas mereka, dalam konteks ini, layak kita simak karena catatan-catatan yang didasarkan pada pengalaman riil dan mengandung keberpihakan kepada warga adalah narasi yang nyatanya kerap diabaikan oleh media massa arus utama. Catatan mereka juga dilengkapi dengan sejumlah dokumentasi dalam bentuk foto dan video, yang diharapkan dapat menawarkan narasi yang lain, karena disaksikan langsung oleh mereka yang berada di sana.

Silahkan klik tombol “Next” pada bagian bawah post ini untuk membaca catatan-catatan mereka. Selamat membaca!

Footnote   [ + ]

1. Baca selengkapnya di artikel “Suara Mahasiswa Didengar”, 25 September 2019, 10:14 WIB, di Kompas. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:16 WIB.
2. Baca selengkapnya di artikel Dipna Videlia Putsanra, 24 September 2019, “Isi RUU Bermasalah Didemo Mahasiswa Hari Ini di Jakarta & Kota Lain”, di Tirto.id. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:19 WIB.
3. Baca selengkapnya di artikel Addi M. Idhom, 25 September 2019, “Isi RUU KUHP dan Pasal Kontroversial Penyebab Demo Mahasiswa Meluas”, di Tirto.id. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:48 WIB.
4. Baca selengkapnya di artikel Jessi Carina, 25 September 2019, 10:27 WIB, “Menit Demi Menit Demo Mahasiswa Ricuh di DPR, Demonstran Melawan hingga Kehadiran Oknum Perusuh”, di Kompas. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:23 WIB.
5. Baca selengkapnya di artikel Dieqy Hasbi Widhana, 25 September 2019, “Isu Faisal Amir Mahasiswa Pendemo DPR Meninggal Adalah Hoaks”, di Tirto.id. Diakses tanggal 25 September 2019, pukul 11:43 WIB.

About the author

Avatar

akumassa

Program Pendidikan dan Pemberdayaan Media Berbasis Komunitas, atau biasa disebut AKUMASSA, adalah sebuah program pemberdayaan media yang digagas oleh Forum Lenteng sejak tahun 2008, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal di beberapa daerah di Indonesia untuk melaksanakan lokakarya dan memproduksi beragam bentuk media komunikasi (tulisan, gambar/foto, audio, dan video).

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.