Mensilaq: Polong Renten

Forum Lenteng & pasirputih menghelatkan sebuah pertunjukan monolog, “MENSILAQ: Polong Renten” oleh Ahmad Saleh Tabibuddin a.k.a Asta, pada tanggal 18 Februari, 2016, di Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Pertunjukan ini merupakan bagian dari proyek seni akumassa Chronicle, sekaligus rangkaian acara dalam menyambut Bangsal Menggawe 2016: Membasaq pada 28 Februari, 2016, yang juga menjadi bagian dari akumassa Chronicle di Lombok Utara.

Mensilaq: Polong Renten (2016) adalah salah satu karya yang masuk dalam seri karya teater  monolog yang dibuat Asta dalam rangka mengikuti kegiatan akumassa Chronicle di pasirputih. Pada karya ini, Asta akan menemui lantas mengajak salah seorang kusir cidomo yang ada di Bangsal untuk berkeliling Kecamatan Pemenang, melintasi Dusun Karang Baru, Dusun Karang Bedil, Dusun Tebango, Dusun Karang Subagan, Dusun Karang Desa, Dusun Karang Pangsor, Pelabuhan Bangsal, dan daerah Perempatan Pemenang. Saat cidomo melintasi wilayah-wilayah tersebut, Asta akan bermonolog menggunakan pengeras suara melafalkan bait-bait yang berhubungan dengan ide acara Bangsal Cup yang ia gagas bersama warga di Pemenang.

Ahmad Saleh Tabibuddin (lahir tahun 1991) adalah seniman asal Lombok Barat. Dia aktif bermain teater di Sasentra dan SFN Labs. Tahun 2015, dia menjadi salah satu partisipan dalam lokakarya Penulisan Seni Rupa di Jakarta yang diadakan oleh ruangrupa dan Dewan Kesenian Jakarta. Asta, panggilannya, juga aktif menulis tentang isu-isu seni di Nusa Tenggara Barat.

akumassa Chronicle adalah proyek seni yang digagas oleh Forum Lenteng, dengan melibatkan seniman dari berbagai disiplin, aktivis kebudayaan, penulis dan peneliti profesional, yang fokus pada satu tema yang berhubungan dengan persoalan sosiokultural di lokasi yang menjadi tempat proyek tersebut dijalankan. Proyek seni ini dikuratori oleh Otty Widasari (Direktur Program Pendidikan Media Berbasis Komunitas, Forum Lenteng) dan Arief Yudi (pendiri sekaligus pegiat Jatiwangi Art Factory). akumassa Chronicle Lombok Utara diselenggarakan oleh Forum Lenteng bekerjasama dengan pasirputih.

Forum Lenteng & pasirputih organize a monologue performances, “MENSILAQ: Polong Renten”, by Ahmad Saleh Tabibuddin a.k.a Asta on February 18th, 2016, in Pemenang Subdistrict, North Lombok. The performances is part of akumassa Chronicle art project, as well as a series of events aiming the folk festival, Bangsal Menggawe 2016: Membasaq. The festival that is also part of akumassa Chronicle at North Lombok will be held on February 28th, 2016.

Mensilaq: Polong Renten (2016) is part of Asta’s project in the framework of his participation in AKUMASSA CHRONICLE at pasirputih. In this performance, Asta will meet and persuade a coachman at the Bangsal to walk around at the Pemenang Subdistrict, passing through some backwoods: Karang Baru, Karang Bedil, Tebango, Karang Subagan, Karang Desa, Karang Pangsor, Bangsal Harbor, and the intersection area near the Bangsal. When the cidomo pass through the areas, Asta will do the monologue by using a loudspeaker, reciting a speech related to his Bangsal Cup project which he has been conducting collaborated with some residents of Pemenang.

Ahmad Saleh Tabibuddin (b. 1991) is an artist from West Lombok. He is active playing theatre in Sasentra and SFN Labs. In 2015, he became one of the participants in the workshop of Art Critics, Jakarta, organized by ruangrupa and the Jakarta Arts Council. Asta, his nickname, also writes about arts development in West Nusa Tenggara.

akumassa Chronicle is an art project initiated by Forum Lenteng which involves artists from various disciplines, cultural activists, writters and researchers, which focuses on specific theme related to sociocultural issue in the location that be a place for its implementation. This art project is curated by Otty Widasari (Program Director of Community-based Media Education Program at Forum Lenteng) and Arief Yudi (a founder and cultural activist of Jatiwangi Art Factory). akumassa Chronicle at North Lombok is organized by Forum Lenteng in collaboration with pasirputih.