Jurnal Kecamatan: Harjamukti Kota: Cirebon Provinsi: Jawa Barat

Pather Panchali

Pather Panchali
Saat Saya menonton film Kidung Lelangkah (Pather Panchali, 1955) karya Satyajit Ra, saya merasa film ini sangat menyentuh walaupun awalnya saya tidak mengerti . Tapi dari situ saya tertarik untuk melihat lagi dan saya pun mengerti. Cerita yang membuat saya sedih saat Apu masih kecil ia sudah merasakan ditinggal oleh bibi (Indri Thakrun) yang disayangi oleh kakaknya. Lalu Durga meninggal karena demam tinggi akibat kehujanan saat melihat kereta api. Sebelum Durga meninggal, ia berjanji pada adiknya untuk melihat kereta lagi jika ia sembuh nanti. Tapi nyatanya ia tidur untuk selamanya. Dari cerita itu saya merasakan Apu yang kehilangan kakaknya yang biasa menyisir rambutnya, memakaikan baju dan mengantar dan menjemput sekolah saat hujan tapi setelah kakaknya tidak ada itu semua harus dilakukan sendiri dan Durga pun pernah bilang kepada temannya bahwa dia tidak akan menikah.

Pather Panchali

Pather Panchali.

Pather Panchali 3

Pada saat ayah Durga (Harihar Ray) datang dan membawakan kain sari buat Durga, ibunya (Sarbajaya) pun menangis. Karena pada saat Durga ‘tidak ada’, ayahnya sedang bekerja di luar kota untuk waktu yang cukup lama. Ketika Durga masih hidup, ia dituduh mencuri manik-manik milik Tunu. Saat itu Durga dipukuli oleh ibunya. Awalnya saya berfikir Durga tidak mencuri manik-manik itu tetapi hanya mencuri buah-buahan milik ibu Mukherjee. Tapi di akhir cerita, manik-manik itu ditemukan oleh Apu yang sudah tersusun menjadi gelang yang ditemukannya di batok kelapa bersarang laba-laba kepunyaan Durga. Durga benar mencuri. Apu pun membuang gelang itu ke kolam depan rumah.

Pather Panchali 1

Selain itu, beberapa adegan lain yang menyentuh: Ketika ibu Apu menjual piring emas untuk membeli beras yang murah; ketika Apu berlari-lari sambil berteriak, “Surat, surat, surat . . .,‘ ketika Ayah Apu tidak memberi kabar selama lima bulan dan ayahnya membawa kabar gembira kalau ia akan pulang sebentar lagi dengan uang yang banyak; ketika Durga berdoa kepada sebuah pohon kecil, “Tuhan, aku ini buta tidak mengenal agama, tapi aku hanya ingin hidup bahagia bersama suamiku.”

Pather Panchali 2

About the author

Avatar

Desie Bayu Raraningrum

Dilahirkan di Cirebon, pada tanggal 29 Desember 1988. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Cirebon. Sekarang ia juga aktif untuk membantu para mahasiswa-mahasiswi di sekitarnya dalam menyelesaikan skripsi.

2 Comments

Tinggalkan Balasan ke pasti bisa X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.