Jurnal Kecamatan: Wonokromo Kota: Surabaya Provinsi: Jawa Timur

Taman Bungkul “Alun-alun” Kota Surabaya

Taman Bungkul memiliki fasilitas tempat bermain anak, salah satunya ayunan
Avatar
Written by Al Harif Jaya
Kenapa taman ini dikatakan Taman Bungkul? Karena di dalam taman tersebut terdapat sebuah makam. Makam ini  adalah makam salah satu sunan yang menyebarkan Agama Islam di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya. Sunan tersebut adalah Sunan Mbah Bungkul.

Taman Bungkul

Taman Bungkul.

Mbah Bungkul juga disebut Sunan oleh masyarakat Surabaya karena Mbah Bungkul dianggap sebagai wali lokal, di luar nama-nama 9 wali atau yang biasa yang biasa dikenal dengan Wali Songo, menurut konsep sejarawan Sartono Karto Dirjo. Sebutan itu karena beliau adalah tokoh Islamisasi tingkat lokal. Keberadaan Mbah Bungkul sejajar dengan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), KI Ageng Gribig (Klaten), Sunan Panggung (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), dan Wali lokal lainnya yang banyak tersebar di berbagai kota.

Taman ini sangat ramai. Mulai pagi hingga malam taman ini tidak pernah sepi. Banyak kaum muda, tua, laki-laki maupun perempuan yang nongkrong di taman ini, ada juga muda-mudi yang sedang berpacaran.

Taman Bungkul dianggap sebagai alun-alun Surabaya, karena selalu ramai pengunjung.

Banyak yang mengatakan kalau Taman Bungkul merupakan Alun–alun Kota Surabaya. Sebenarnya Taman Bungkul bukan Alun-alun Kota Surabaya melainkan Taman Kota yang sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat Surabaya maupun Masyarakat luar Kota. Alun–alun yang sebenarnya terdapat di Jalan Pemuda, yaitu di Taman Contong. Tetapi taman itu sudah sepi bahkan seringkali terlihat hanya beberapa orang yang nongkrong di Taman Contong. Maka dari itu masyarakat beranggapan kalau Alun–alun Kota Surabaya sudah pindah ke Taman Bungkul.

Di Surabaya memang terdapat banyak sekali taman, seperti Taman Prestasi (di Jalan Ketabang Kali), Taman Apsari (di depan Gedung Grahadi), Taman Sulawesi (di Jalan Sulawesi), Taman DR. Soetomo (di Jalan DR. Soetomo Darmo), Taman Mayangkara (di depan Rumah Sakit Islam/RSI), Taman Ronggo Lawe (di Jalan Gunung Sari), Taman Buah (di Jalan Undaan), dan Taman Bungkul (di Jalan Darmo Raya). Tetapi, entah kenapa, masyarakat lebih berminat nongkrong di Taman Bungkul, terbukti dari pengunjung taman ini yang lebih ramai dibandingkan dengan taman–taman lain.  Apalagi di malam Minggu. Taman Bungkul juga mempunyai fasilitas lebih banyak dari pada taman–taman yang lain.

Penjual Boneka di Taman Bungkul.

Banyak pedagang memanfaatkan Taman Bungkul sebagai tempat mencari nafkah

Banyak pedagang memanfaatkan Taman Bungkul sebagai tempat mencari nafkah.

Banyak juga yang memanfaatkan “alun-alun” Taman Bungkul ini untuk mencari uang atau nafkah seperti membuka warung makanan, menjual kopi, minuman ringan, menjual jam tangan, pijat urat, menjual obat kuat. Ada seniman pembuat tato, penjual gelang, pelukis wajah, hiburan sulap, bahkan sampai ada yang membuka lapak permainan catur ‘3 langkah mati’. Skak 3 langkah mati ini merupakan permainan yang sangat menyenangkan, sekaligus melatih kita untuk berfikir. Jika ingin bermain permainan ini kita harus mengeluarkan uang Rp 4000,-. Cara bermainnya, kita harus mengalahkan orang tersebut dengan cara menjalankan buah catur maksimal 3 kali dan harus skak mat. Hadiahnya adalah 1 bungkus rokok dan sebuah jam tangan.

Catur

Lapak Permainan Catur 3 Langkah Mati.

Ada jajanan yang menarik, yaitu ‘pentol colek’. Pentol adalah sebutan lain untuk bakso. Kalau di Surabaya, sebutan bakso ditujukan untuk hidangan semangkuk makanan yang terdiri dari pentol, mie kuah dan teman-temannya. Sedangkan si bola daging yang ada dalam mangkok bakso disebut dengan pentol. Jadi pentol colek adalah bakso yang tidak dihidangkan dengan kuah. Bumbunya  memakai kacang yang sudah dihaluskan sampai encer setelah itu diberi sambal. Cara menikmati bakso alias pentol itu dicolokkan ke bumbu kacang tersebut. Rasanya enak sekali.

Pentol (Bakso) Colek

Pentol (Bakso) Colek.

Di Taman Bungkul terdapat pula permainan anak-anak seperti, jungkat jungkit, ayunan, perosotan, dan sebagainya. Ada pula tempat permainan anak muda, yaitu skate park. Di sini masyarakat pengunjung Taman Bungkul juga bisa melihat para bikers beraksi, tepatnya pada Minggu pagi pukul 06.00. Bahkan pengunjung bisa melihat beraneka macam sepeda, seperti sepeda balap, sepeda dahon/sepeda lipat, sepeda fixie, sepeda bmx, dan banyak lagi sepeda yang lain. Tidak hanya itu, setiap seminggu sekali, tepatnya di hari Sabtu malam dari sekitar jam 19.00 WIB ada acara live music di taman ini.

Taman Bungkul memiliki fasilitas tempat bermain anak, salah satunya ayunan

Taman Bungkul memiliki fasilitas tempat bermain anak, salah satunya ayunan.

Di Taman Bungkul juga terdapat perkumpulan gay dan lesbian yang nongkrong berkelompok dengan komunitasnya masing-masing sekedar untuk menikmati suasana malam hari. Mereka sangat sering, bahkan sampai setiap malam hari, berkumpul di Taman Bungkul. Sebagian dari anggota komunitas lesbian ada yang mencari uang dengan cara mengamenngamen di Taman Bungkul hanya dengan alat seadanya, yaitu satu gitar.

Menurut saya pemandangan yang paling aneh adalah di saat ada live music di Taman Bungkul tersebut terdapat para peziarah yang sedang berziarah ke makam Mbah Bungkul. Itu sangat mengganggu para peziarah. Karena suara dari peralatan  sound itu terdengar sangat keras hingga ke makam Sunan Mbah Bungkul. Lebih parahnya lagi orang-orang yang ada di sana (kecuali para peziarah) lebih memilih melihat live music tersebut dari pada menghargai orang-orang yang berziarah.

Acara live music sering diadakan di Taman Bungkul

Acara live music sering diadakan di Taman Bungkul.

Barangkali di jaman dahulu, berziarah menghormati orang yang dianggap berjasa menyebarkan agama adalah hal yang penting. Namun, sekarang sudah berbeda. Menonton hiburan musik sama pentingnya dengan pergi berziarah untuk menghargai pahlawan.

About the author

Avatar

Al Harif Jaya

Dilahirkan di Surabaya pada tanggal 2 Oktober 1991. Sekarang sedang menempuh pendidikan strata satunya di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur. Ia juga aktif di Komunitas Kinetik dan Lab Media Kampus.

12 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.