Bioskop yang kukenal pada saat kecil sangat menyeramkan. Karena film pertama yang kulihat adalah film horor. Dan kenangan itu sempat membuat aku takut. Suatu malam aku diajak nonton bioskop oleh tanteku dan pacarnya. Aku tidak tahu judul film tersebut sampai sekarang. Yang aku tahu film tersebut menceritakan orang mati, mempunyai badan tanpa kepala dengan darah berceceran di mana-mana kemudian mengejar siapa saja yang ditemuinya. Lucunya, akibat kesertaan aku dalam acara nonton tersebut, kencan tanteku jadi berantakan. Sampai sekarang memori tersebut tersimpan dalam kepalaku, pengalaman nonton pertama yang tidak terlupakan.
Pada 1980an, anak muda mana yang tidak mengenal Apollo dan Seminar. Kedua nama itu adalah nama bioskop yang hadir pertama kalinya di Rangkasbitung, Bioskop Seminar kemudian disusul Bioskop Apollo. Pertama, Bioskop Apollo letaknya di jalan Sunan Kali Jaga, depan terminal lama lalu yang kedua Bioskop Seminar letaknya di pasar malam. Kedua bioskop ini banyak sekali dikunjungi anak muda, bukan saja dari Rangkasbitung tapi ada juga dari daerah seperti Pandeglang, Parung, Bogor, Labuan, dan masih banyak dari daerah sekitar Rangkasbitung. Film-film yang sering diputar di bioskop tersebut kebanyakan ber genre horor, action, dan film India. Hingga kini, aku sendiri masih nge-fans sama film Jaka Sembung. Tiketnya pun pada waktu itu berharga Rp.200 sampai Rp.250, dan kalau nonton midnight untuk film khusus dewasa di hargakan 500 rupiah. Uniknya, kita bisa membeli tiket dengan kumpulan bungkus rokok Djarum Coklat.
Menjelang akhir 80-an Bioskop Seminar mengalami defisit sebelum akhirnya gulung tikar. Hal ini tidak terlepas dari mulai banyak penduduk yang menjadikan rumahnya sebagai lahan bisnis untuk bioskop video rumahan. Pemutaran video dilakukan di rumah pribadi dengan tiket antara 50–100 rupiah. Dalam sekali pemutaran video, penonton bisa diperkirakan mencapai 70 orang lebih. Hal ini mungkin dikarenakan film-film yang diputar relatif baru.
Memasuki era 90-an, film-film percintaan anak muda mulai menghiasi baliho kedua bioskop. Seperti Catatan Si Boy, Lupus, Si Roy yang banyak digandrungi anak–anak muda saat itu. Pada 1990-an awal dibangun bioskop baru Mandala letaknya di jalan raya Pandeglang —letaknya saya kurang tahu persis yang pasti nama bioskop ini kemudian diabadikan sebagai nama daerah di Rangkasbitung sampai sekarang.
Mandala Theatre adalah bioskop spesialis film-film mandarin dan ternyata keberadaannya mendapat animo besar dari masyarakat, terutama anak–anak muda. Terbukti dengan setiap pemutaran film yang selalu dikunjungi banyak orang, padahal pada waktu itu daerah ini masih sangat sepi. Seiring jalannya waktu, daerah ini kemudian berubah menjadi hidup dan bergairah dengan hadirnya bangunan toko sampai terminal. Mandala bukan lagi sekedar sebutan untuk nama bioskop tetapi juga daerah penting di Rangkasbitung.
Kembali ke awal 90-an sebenarnya dunia perfilman Indonesia boleh dikatakan sedang lesu–lesunya, ditambah lagi dengan banyaknya televisi swasta, seperti RCTI, SCTV, Indosiar, dan TPI, lengkap sudah permasalahannya mengapa banyak bioskop yang gulung tikar pada era ini. Begitu pun di Rangkasbitung, kira-kira pada 1996 Bioskop Mandala yang umurnya baru seumur jagung pun akhirnya menurunkan baliho untuk seterusnya. Sedangkan Bioskop Apollo masih bisa bertahan walaupun harus berjalan dengan sempoyongan. Untuk menyiasati dari kebangkrutan, kemudian Bioskop Apollo banyak memutar film–film panas dengan bintang ternama. Aku pun sering nonton film tersebut tiap sore bareng teman–teman. Hampir keseluruhan temanku sangat menyukai film tersebut. Sebelum akhirnya bioskop ini menjadi cerita menjelang tahun awal, menyusul nasib kedua bioskop yang tenggelam duluan.
helmi, darling,
bisa cari tahu ga asal nama2 bioskop tersebut, juga kepemilikannya, pribadikah? atau pemerintah yang menyediakan untuk masyarakat? misalnya nama mandala yang biasanya dekat dengan ikon tentara, apakah bioskop itu dimiliki oleh seorang perwira atau semacam itu? lalu yang lebih menarik lagi bioskop bernama seminar. lho kok seminar?? aneh juga ya?? tulisanmu kurang lengkap, seperti misalnya kamu menyebutkan mandala merupakan daerah penting sampai sekarang di Rangkasbitung. kenapa??/apa betul nama daerah itu ditandai dengan kehadiran bioskop mandala? tapi anyway, tulisanmu lumayan juga untuk orang yang malu2 kucing dan manis seperti kamu. selamat berjuang kebih keras ya..
a’ helmi ko’ foto bioskopnya g’ ada sech……??
se ngga’2nya yang bekas2nya aja dech…..