Blora adalah salah satu kota yang merupakan penghasil sapi terbesar di Jawa Tengah. Sapi adalah “Raja Kaya” di kota ini, sebab ketika baru lahir harga sapi berkisar Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah). Bayangkan seumpama sehari di Randublatung 10 ekor pedet (anak sapi) dilahirkan maka Rp 30 juta dihasilkan. Setelah sapi ini mulai besar maka harganya berbeda, biasanya berkisar Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Yang paling mahal adalah sapi brahma yang berkisar antara Rp 13 juta sampai Rp 17 juta. Harga sapi brahma ini tergantung dari kualitasnya. Keunggulan sapi brahma dibandingkan dengan sapi biasa terdapat pada tubuh si sapi, karena selain dagingnya banyak, susunya juga bisa menyehatkan manusia jika diminum.
Sapi adalah hewan yang merupakan sahabat para petani, karena bisa digunakan untuk ternak dan membajak sawah. Air susu sapi petani, tidak layak untuk dikonsumsi karena jenisnya bukan termasuk sapi perah. Di tempat saya tinggal, semuanya adalah sapi ternak untuk bertani, bukan untuk diminum susunya. Kotoran sapi juga bisa dibuat pupuk kompos yang berguna untuk memupuk tanaman seperti padi, jagung, cabe dan sebagainya.
Sapi merupakan alat membajak sawah paling tradisional di tempat saya. Mungkin di tempat anda juga ada alat untuk membajak sawah tradisional. Di tempat saya ada alat yang bernama Krakal dan Garu. Krakal dipakai pada saat musim kemarau untuk membalikkan tanah dan mematikan rerumputan sedangkan Garu dipakai saat musim penghujan tiba. Namun alat tradisional ini hampir ditinggalkan masyarakat, sebab sekarang masyarakat menggunakan traktor yang merupakan alat paling modern. Padahal alat tersebut sebenarnya menghasilkan polusi udara yang lumayan besar karena asapnya yang hitam pekat, namun masyarakat kurang menyadari hal itu.
Hari pasaran di Randublatung jatuh di setiap hari Jawa yaitu Pahing. Disini dikenal dengan Pasar Pahing yang juga terdapat jual beli sapi. Disana para Blantik (makelar/calo) sapi dan para pembeli saling bercakap-cakap untuk mencapai kesepakatan harga yang pas. Di pasar itu juga ada pedagang-pedagang yang menjual makanan, warung kopi, penjual jamu tradisional dan masih banyak lagi.
Penjual dan pembeli sapi itu memiliki penanda yang terletak pada topi yang dikenakannya, untuk penjual mereka memakai Topi “vedora” yang bentuknya seperti topi koboi sedangkan para pembeli memakai Capil (topi khas petani yang tebuat dari bambu). Transaksinya memakai uang ribuan dan setelah mendapat kesepakatan baru memakai jutaan (tergantung dari harganya yang disepakati sebelumnya).
Sapi-sapi itu datang dan dibawa ke Pasar Pahing sekitar jam 7 malam. Sapi di Pasar Pahing itu tak hanya datang dari wilayah Randublatung saja, tetapi juga yang dari luar kota seperti Ngawi, Bojonegoro, Cepu, Blora, Purwodadi, dan kota-kota lain. Pasar Pahing sendiri berada di jalan menuju Polsek Randublatung. Konon, di Pasar Sapi itu juga terdapat lokalisasi, yaitu pada saat malam Pahing. Disitu jablai-jablai dan para ‘lelaki hidung belang’ saling bercengkrama.
Sapi juga perlu perawatan yang sangat maksimal salah satunya dengan memandikannya di sungai atau sumur sekitar desa. Kalau sore tiba, sapi-sapi itu digembala atau dalam bahasa jawa aktivitasnya disebut Angon Sapi. Penggembala sapi biasanya mengangon di hutan, bukit maupun di tempat-tempat yang banyak rumputnya. Sambil mengembala biasanya pengembala bermain permainan tradisional, seperti layang-layang, tembak-tembakan memakai batang pisang, bernyanyi dan sebagainya. Saat menjelang matahari terbenam, para pengembala segera memasukkan sapinya ke dalam rumah. Ada hal yang unik di sini, yaitu masyarakat memiliki kandang sapi yang terletak di ruang tamu, kamar bahkan sejajar dengan ruang makan.
Kecintaan seseorang kepada sapi mengingatkanku pada sebuah film klasik dari Iran yang pernah kutonton. Film itu berjudul The Cow/Gaav karya Sutradara Darius Mehrjui. Film itu bercerita tentang seorang lelaki bernama Hassan yang sayang sekali terhadap sapinya. Pada suatu hari, sang sapi tiba-tiba mati dan akhirnya Hassan menjadi gila dengan hidup bagaikan kemasukan arwah dari sapinya itu. Hassan tidur di kandang sapi dan makan hanya jerami serta tidak lagi berbicara melainkan melenguh seperti sapi. Film ini dilarang diputar di Iran sampai kepemimpinan Ayatollah Khomeini karena dianggap gambaran nyata sosial politik rakyat Iran di era tersebut.
Nah, jika anda berminat untuk menjadi bandar sapi musiman terutama di musim haji, alangkah baiknya jika anda berkunjung ke Randublatung yang merupakan salah satu kota penghasil sapi terbesar di Jawa Tengah.
jadi juga tulisan Lu… sayang gw baru nnton setengah yg sapi… po po po pocong…..
ayo pethek, menulis lagi!!
ceritakan pada kami tentang buah mangga di kebunmu yang rasanya seperti durian itu!!
ya alhamdulillah tu karya q dah masuk akumassa…
senang gue….!!!
ya ngk papalah,yang penting kpn2 nonton lgi film SAPI q . . .
yang pasti PO PO PO PO POCOOOOOOOONGGGGGG….
hahahahahahahaaaaaaa
….
Inilah tulisan yang sangat merakyat.
Membaca artikel ini mengingatkan ku pada rumah di kampung halaman.
Sapi ku sekarang berapa ya..
Sudah beranak lagi belum..
ok kikie,
sory bru sempet bales,
ntar q pasti akn nulis mangga q,
tapi seyelah pulang liburan dari
JOGJA………!!!!
kikie wahhhhhhhhhh apieeeeee…..!!!
ya terimakasih dah membaca tulisan saya,
boneng
saya penasaran sama film The Cow/Gaav nya,,!!???
ya nonton ajalah dikomunitas akumassa.
lo…lo..kok malah ngomongin pocong toh!!
sip…sip…he..he..tetap semangat kawanku pethek ayo kawan tunjukan kreativitasmu..
saya ingin menjadi penjual sapi di pasar pasar sapi bagai mana caranya ?tolong saya diberi tahu…
bravo buat lu….
sapiiiiii,,,,,, jual sapi yg berani harga tinggi dimanana yaaaa?
pengen juga jd blantik sapi……. klu da kesempatan coba deh. dukung aq fren…!
sekarang harganya ancuuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrrrr…………………………. 2 bln yang lalu katany babon aja seharga 3 000 000
Mas ! pasaran sapi di psr randublatung sekarang berapa ? untuk sapi jenis PO umur 1,5 – 2 th. Matur thank’s
untuk alamat lengkapnya pasar pahing dimana yaa..???
ada no telp yg bisa di hubungi gak sebagai bandar sapi di sana???
mas edi : untuk pasaran skarang klihatanya menurun tak sperti tulisan ini di muat…
mas ashabi : wah kalau no hpnya bandar sapi kurang tau mas,,,,nanti kalau saya ke pasar pahing saya kabari lagi,,,
Yen ono sapi sing murah kabari aku bos…
Dinas Pertanian Blora sangat mendukung tulisan panjenrngan, lanjutkan dukungan utk memajukan Blora