Hal itu terbukti ketika aku sedang membeli makanan yang biasa saja yaitu, gado-gado. Penjual gado-gado itu sering sekali melintas di depan rumah temanku. Kali ini aku memang ingin makan gado-gado. Penjual itu lewat dengan cepat, aku memberhentikanya. Kebetulan sekali dia baru berangkat, jadi bahan makanan yang digunakan untuk membuat gado-gadonya masih terlihat banyak. Sambil membuatkan gado-gado, aku sedikit berbincang dengan bapak tiga orang anak tersebut.
Aku bertanya tentang perjalannya berjualan makanan khas Kota Bandung ini, “Pak, ini gado-gadonya ada komunitasnya gitu? Kok, Bapak berangkat bareng-bareng sama penjual gado-gado yang lain?”
“Oh, nggak Mas. Ini saya sendiri, cuma memang berangkatnya bareng-bareng soalnya kita, kan, satu terminal nyewa rombong (Rombong sebutan dalam Bahasa Jawa yang berarti gerobak).”
Aku kaget ternyata rombong yang digunakan untuk jualan adalah rombong sewaan. Karena sedikit aneh dan sesuatu yang baru buat aku, maka aku semakin ingin bertanya kepada bapak itu.
Namanya Sutikan, dia berjualan Gado-gado sejak tahun 2007. Sebelumnya Pak Sutikan pernah jualan berbagai macam makanan, seperti rujak dan siomay. Gado-gado adalah bisnis makanan yang baru dia jalani. Dia mengaku berganti dagangan karena ingin mencari peruntungan lain, karena Pak Sutikan memang cenderung cepat bosan menjalani suatu pekerjaan.
Pak Sutikan berasal dari Solo, dia berada di Surabaya sejak tahun 2000. Dia di sini sendiri, karena semua keluarganya berada di Solo. Selama di Surabaya, dia tidur di tempat penyewaan rombong itu. Ternyata banyak sekali yang menyewa rombong di tempat penyewaan itu dan tidak hanya rombong gado-gado saja yang disewakan. Tetapi ada beberapa macam jenis rombong yang disewakan untuk jualan, seperti siomay, bakso dan pentol.
Lalu saya bertanya “Loh Pak, apakah rombong yang disewakan tidak tertukar dengan orang yang nyewa rombong lain ?”
Pak Sutikan bilang setiap rombong sudah memiliki identitas dan ciri khas penyewanya, jadi tidak mungkin tertukar. Seperti milik Pak Sutikan ini, rombongnya telah diberi tanda berupa tulisan ‘Gado-Gado’ dengan cat putih. Dia bilang setiap rombong yang dia sewa selalu diberi tulisan dengan cat warna putih. Setiap penyewa memiliki cara sendiri untuk menandai rombong yang disewa. Ada yang diberi stiker, ada juga yang tidak tulisi tapi sang pemilik sudah tau kalau itu rombong sewaannya.
Markas juragan rombong itu letaknya tak jauh dari rumah temanku, yaitu daerah Ngagel Jaya, pemiliknya berasal dari Lamongan. Memang banyak teman-teman Pak Sutikan yang berjualan gado-gado dan menyewa dari juragan itu. Rombong yang di sewakan dengan harga Rp. 6.000 per hari ini sangat membantu Pak Sutikan. Dia tidak memiliki modal membangun sebuah rombong untuk jualan, karena sangat mahal. Jika dihitung-hitung, harga membangun sebuah rombong untuk jualan gado-gado bisa mencapai dua sampai lima juta per-rombong. Sungguh harga yang tidak saya duga untuk sebuah kotak kayu beroda.
Jika dilihat dari kejadian yang aku lalui tadi, membuat saya semakin mengerti bahwa kehidupan kota memang keras. Tapi di kota pulalah kita bisa membuat harapan dan kemungkinan itu menjadi nyata. Contohnya, bisnis penyewaan rombong untuk jualan saja bisa membuat beberapa orang memiliki penghasilan dan bisa menghidupi keluarganya. Padahal sebelumnya aku mengira penjual gado-gado atau makanan yang menggunakan rombong memiliki rombongnya sendiri.
Hal ini menunjukan jika kita mau berbuat dan berpikir sedikit lebih berbeda dalam memaknai arti kota, maka kita akan mampu melihat dan mengambil celah apapun yang mungkin bisa dilakukan. Penyewaan rombong adalah salah satunya.
satu ya pedesss….. 😀
wah aq juga bru tau ada persewaan rombong, good info PJ
eh kalo aq pengen jadi penulis lepasan di sini kira2 bisa ndak ceman2
Silahkan Mas Binyok, tinggal dikirim aja ke akumassa.forlen@gmail.com. File tulisan dan foto nya dipisah. Jangan lupa cantumkan nama asli Mas Binyok dan narasi/isi tulisan dari daerah atau tentang lokasi mana.
Terima kasih, salam akumassa.
bagus liputannya.. cuma sebaiknya ga pada kekota (pedagang)kasihan kota makin macet, mending hidupkan kampung dngan kemampuan yg dimiliki.. Sory buat akumassa buat liputan jg agar ada semangat hidup untuk yg di desa.. salam”
liputnya keren..
informatif, satu lagi terkuak ragam bisnis di indonesia..
ndag tau deh ini sesuatu yang membanggakan, atau memalukan atau apa… tapi faktanya Indonesia kaya akan profesi/bisnis yang unik..!!
namun yang dilakukan si penyewa, sangat kreatif sekali, dia mampu membca dan menanggapi semua masalah yang ada menjadi peluang…
beli 2 porsi
tlong kasih info nya ya..
q mau sewa gerobak nih..
mau jadi pengusaha
di emailq jg gpp
corp_jack@yahoo.com
atw hp q.. 085735543211
mas bisa mint infonya, alamt persewaan rombong di ngagel jaya, tq