Teks Sejarah
Kisah Pertempuran Di Bojongkokosan
Pada hari Minggu tanggal 9 Desember 1945, pukul 15.30. Datang sebuah konvoi besar dari jurusan Bogor menuju Sukabumi dengan kekuatan empat tank raksasa, “panser wagon” dan seratus dua puluh truk penuh dengan pasukan yang dikawal oleh tiga pemburu udara dengan senjata modern pada saat itu. Kedudukan pasukan kita pada waktu itu berada di sekitar Bojongkokosan, sebagai berikut: Kompi 3 BN 1 di bawah pimpinan Kapten Murad Idris (almarhum) yang terdiri dari 4 seksi, kekuatan anggota seluruhnya 165 orang ditambah pasukan pembantu dari rakyat yang terdiri dari 1 regu barisan banteng, ½ regu barisan Hizbullah, dan 3 orang PERSINDO Cicurug. Kekuatan senjata kita berupa beberapa pucuk senjata jenis campuran, dari senjata tajam seperti golok, tombak, bambu runcing, dan granat botol diisi dengan bensin dan karet sebagai granat pembakar.
Jalannya Pertempuran:
Kira-kira pukul 12.00, diterima berita dari Pos Cigombong bahwa dua truk tentara sekutu Inggris sedang menuju jurusan Sukabumi. Maka Komandan Kompi menginstruksikan untuk menduduki pertahanan yang telah dipersiapkan sebelumnya, yaitu di antara kedua belah pinggir utara dan selatan jalan, dan 50 meter dari talang air dibuat barikade yang ditutup dengan batu-batu, bahan bangunan, dan enam batang pohon kelapa. Kira-kira pukul 16.00, tibalah konvoi besar tersebut bersama tank-tank raksasa dan diikuti oleh beberapa “panser wagon” kemudian disusul dengan truk-truk yang penuh dengan pasukan Gurka. Ternyata konvoi tersebut bukan 2 truk melainkan sebanyak 120 truk penuh dengan pasukan Gurka. Tank-tank raksasa dan beberapa truk tersebut berhenti mendadak, mereka terlihat panik karena tidak menduga ada barikade. Komandan kompi mulai mengeluarkan isyarat berupa tembakan 2 kali, tanda pertempuran dimulai. Terjadilah pertempuran beberapa jam dengan pelemparan-pelemparan granat tangan diikuti tembakan-tembakan senapan.
Setelah pertempuran selesai, ternyata banyak korban dari pihak seksi 2 karena truk-truk tersebut berhenti tepat di depan kubu-kubu mereka, walaupun musuh dengan mudah dapat ditembaki dari lubang perlindungan. Karena jarak tembak antara kita dengan lawan terlalu dekat, maka kubu-kubu pertahanan kita ditembaki senjata berat dari tank-tank raksasa dan panser. Hal itu yang mengakibatkan tanah-tanah kubu tersebut longsor, dan beberapa anggota pasukan kita terbawa jatuh ke jalan besar. Terjadilah perkelahian satu lawan satu. Pasukan kita banyak terbunuh. Di antara pasukan yang ditempatkan di atas jalan, ada satu regu yang mengisi lubang-lubang pertahanan di pinggir jalan dengan bersenjatakan empat buah granat setiap orangnya. Mereka dipimpin oleh Sersan Sa’ban sebagai komandan. Namun akhirnya, regu yang beranggotakan 12 orang tersebut semuanya gugur, sedangkan sang komandan tubuhnya hancur. Di tengah-tengah pertempuran, tiba-tiba datang sebuah panser kecil dan berhenti di muka pertahanan.
Kemudian dari panser tersebut keluar dua orang, yang satu duduk dan yang lainnya berdiri. Orang yang berdiri melihat-lihat sambil tertawa-tawa, menghisap cangklong dan memakai baret hitam. Sedangkan yang duduk memakai ugel-ugel. Diduga kedua orang tersebut adalah pemimpin pasukan sekutu, karena selalu memberi komando terhadap pasukannya. Pada waktu itu komandan pasukan seksi 2 memerintahkan salah satu anggota yang berada dekat sekali dengan kedua orang tersebut, untuk menembak orang yang memakai baret hitam. Tembakan itu tepat sasaran dan orang itu mati seketika, sedangkan temannya langsung lari ke belakang. Setelah pasukan kita kehabisan peluru dan granat, pertempuran pun berhenti sejenak. Selanjutnya, pasukan musuh membentuk formasi melingkar dari samping dan belakang untuk mengurung dan menyergap pasukan kita. Namun, dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa hujan turun dengan lebatnya disertai kabut dan akhirnya pasukan kita diperintahkan mundur ke tempat yang telah ditentukan, yaitu ke Jalan Pakuwon, Parungkuda.
Setelah pasukan kita mundur meninggalkan pertahanan, Pasukan Gurka yang akan menyergap dan kekuatannya yang besar menduduki bekas pertahanan seksi 2. Maka dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa untuk kedua kalinya, datanglah bantuan tentara sekutu berupa 3 pesawat pemburu udara ke tempat tersebut dan terus menembaki bekas pertahanan kita yang telah penuh diduduki oleh tentara Gurka. Sehingga memakan korban yang tidak sedikit. Pada kira-kira pukul 17.30 hujan berhenti, tembakan-tembakan dari pesawat udara lebih hebat lagi ke tempat pertahanan tersebut dan terdengar suara-suara dari mereka menjeri-jerit kesakitan dan melarikan diri mencari perlindungan. Diantaranya ada beberapa orang yang mendekati tempat persembunyian pasukan kita, kemudian dengan mudahnya ditembaki oleh pasukan kita. Beberapa pucuk senjata mereka rampas, selanjutnya setelah itu hujan berhenti. Cuaca terang kembali, maka tembakan dari pasukan udara berhenti dan terdengar suara peluit dari mereka, tanda-tanda perhentian pertempuran. Tak lama kemudian terdengar suara kendaraan bergemuruh, tanda mereka melanjutkan perjalanan dan terus-menerus mengeluarkan tembakan dari panser sepanjang jalan secara membabi buta sepanjang perjalanan menuju ke Sukabumi. Sehingga menambah lagi korban dari pihak rakyat kita. Setelah keadaan reda, komandan seksi 2 dengan 1 regu memeriksa sekitar tempat kejadian dan mencari komandan kompi yang kebetulan tidak jauh berlindung di bawah rumpun bambu di sekitar sebelah utara, disertai dengan seorang ajudannya.
Terdapat 3 orang yang masih hidup sampai saat ini yaitu, saudara Osih, saudara Sukardi dan saudara Hamim. Dari regu 1 dan regu 2, seksi 2, terdapat 23 orang gugur, diantaranya 2 orang mayatnya hancur, yaitu sersan Sa’ban dan saudara Aceng. Tidak lama kemudian, datanglah pak haji Toha dengan 3 orang anggotanya, selanjutnya ketiga orang tersebut diperintahkan untuk menghubungi markas PERSINDO di Cicurug dan Parungkuda untuk meminta bantuan kepada rakyat mengangkut para korban yang tidak sedikit jumlahnya. Akhirnya, korban di pihak kita di Bojongkokosan berjumlah 53 orang pejuang dan belum diketahui jumlah korban dari pihak rakyat sendiri.
Demikian secara garis besar mengenai Kisah Pertempuran di Bojongkokosan ini.
Sukabumi, 17 Agustus 1972
Atas nama
P3D 15 Kotamadya Kabupaten Sukabumi
Ketua Umum,
P. Sukindar
Teks Sejarah tersebut merupakan arsip di Bojongkokosan yang berhubungan dengan peristiwa perjuangan masyarakat Sukabumi demi kedaulatan Republik Indonesia. Sampai saat ini, teks tersebut selalu dibacakan dalam Peringatan Hari Pahlawan 10 November. Sejak tanggal 7 Nopember – 10 Nopember 2009, di Bojongkokosan diadakan Perkemahan Sepuluh Nopember (PERSENOP) yang diikuti oleh gerakan Pramuka tingkat Penegak se-Kabupaten Sukabumi.
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan kali kedua yang diadakan oleh gerakan Pramuka Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi. Namun sejak tahun 1972, pembacaan Teks Sejarah “Kisah Pertempuran di Bojongkokosan” rutin dilakukan setiap tahunnya sebagai bentuk penghormatan masyarakat di Sukabumi dalam mengenang perjuangan para pahlawan di daerah ini, khususnya. Kami sendiri merasa terbawa suasana khidmat ketika mendengarkan pembacaan teks sejarah tersebut dalam upacara renungan malam (9/11), sekitar pukul 23.30 WIB.
Menurut saya pribadi, teks sejarah tersebut dirasa perlu ditelaah kembali tentang informasi basis datanya sendiri, seperti: tentang kejelasan jumlah korban dalam kisah pertempuran tersebut. Meskipun demikian, teks tersebut dapat terimajinasikan dengan jelas dalam upaya pengenangan oleh seorang pendatang dari luar Sukabumi seperti saya.
Dian Komala adalah salah seorang yang memiliki kenangan kegiatan tersebut semasa sekolah. Diakuinya bahwa ada hal yang berbeda dengan pelaksanaan kegiatan kali ini. Menurut pengalamannya, kegiatan gerakan Pramuka yang pernah ia alami lebih ramai peserta dibandingkan yang kali ini. Berdasarkan pernyataan Deden – Sekretaris Bidang Pendidikan Kwarcab Kabupaten Sukabumi, antusiasme peserta Perkemahan Sepuluh Nopember tersebut sangat tinggi seperti semangat kepahlawanan 9 Desember 1945 yang inspiratif dalam arsip teks sejarah di Kabupaten Sukabumi.
Teks Sejarah “Kisah Pertempuran di Bojongkokosan” yang dibacakan oleh Endah Hasanah tersebut menjelaskan kronologi pertempuran besar di Bojongkokosan yang menjadi ‘rekaman’ masyarakat setempat dalam menelaah peristiwa kepahlawanan rakyat Sukabumi, meskipun peristiwa tersebut tidak terjadi pada 10 Nopember. Namun demikian, 10 Nopember merupakan momen yang dirasakan tepat oleh masyarakat setempat dalam mengenang aksi kepahlawanan di Sukabumi.
___
Teks : Bayu Alfian
Transkrip & Foto : Dian Komala
wahh…sungguh sangat berjasa para pahlawan kita, dengan senjata seada nya bisa menghadang dan memporak-porandakan sekutu, kalau malaysia baca kisah perjuangan ini tentu mereka akan berpikir 2 kali untuk berperang dengan indonesia. merdeka!!!
informan dari cigombong itu bulan dari pos tapi dari stasiun KA cigombong, sampai sekarang informan itu belum tahu siapa orangnya,begitu menurut bapak edi sukardi, coba cek bukunya “pertempuran convoy sukabumi-cianjur”
Komandan pasukan ketika pertempuran Bojong Kokosan adalah Bapak Letkol Eddy Sukardi, beliau putra kedua Bapak Sukardi mantan Menteri Negara Pasundan jaman RIS yang kini menjadi nama jalan di Sukabumi. Bapak Eddy Sukardi sampai Hari ini, 9 Maret 2011 masih bisa ditemui di Bandung, dalam usia 94 tahun. yang lain adalah anak buahnya… sebuah disertasi doktoer telah disusun oleh seorang dosen dari IAIN, Sekarang sedang disusun buku untuk publik oleh seorang penulis sejarah yang tidak terkenal, tapi dapat dipertanggungjawabkan nantikan bukunya…