Lenteng Agung, Jakarta Selatan

Jelajah Pertamaku ke Stasiun Lenteng Agung

Papan nama Stasiun Lenteng Agung
Papan nama Stasiun Lenteng Agung

Tidak banyak hal yang saya ketahui tentang stasiun kereta api. Namun, di sini saya akan mencoba menguraikan sedikit tentang stasiun kereta api. Di tempat ini tidak hanya terdapat orang-orang yang ingin menggunakan jasa transportasi kereta api, tetapi juga terdapat banyak orang yang memiliki tujuan yang beragam ketika berada di stasiun kereta api tersebut. Sekarang banyak orang yang menggunakan stasiun ini sebagai ruang kerja atau tempat untuk mencari uang, bukan lagi menjadi tempat untuk menunggu kedatangan kereta api seperti biasanya. Banyak di antara pedagang-pedagang ini yang memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan pembeli, karena di stasiun terdapat banyak orang yang datang dan pergi, serta para penumpang yang akan naik turun kereta api.

Suasana di Stasiun Lenteng Agung
Suasana di Stasiun Lenteng Agung

Secara umum, setiap orang yang datang ke stasiun memiliki tujuan yang sama, untuk menanti kedatangan kereta api dan menaikinya dengan tujuan pemberhentian yang berbeda. Stasiun kereta api tidak akan pernah sepi dengan penumpang, karena kereta merupakan salah satu alat transportasi yang murah dan cepat (tanpa macet), sehingga banyak masyarakat yang memilih alat transportasi ini. Mereka menggunakan jasa transportasi kereta api dengan alasan yang beragam, seperti untuk menghindari macet dan harga karcisnya yang lebih murah. Selain itu, bisa juga karena angkutan umum lainnya kurang menjangkau tempat-tempat tujuan mereka. Setiap harinya mungkin kita akan menemukan beberapa orang yang sama di stasiun kereta api, karena mereka melakukan rutinitas tersebut untuk menunggu kedatangan kereta api. Rasa bosan dan jenuh harus dibuang jauh-jauh karena mau tidak mau, transportasi darat inilah yang bisa mengantarkan mereka pada aktivitasnya sehari-hari.

Kereta listrik ekonomi dari arah Bogor
Kereta listrik ekonomi dari arah Bogor

Di tempat tersebut kita akan menemui berbagai hal yang menarik. Beragamnya karakteristik dan profesi orang-orang yang ada di sana mulai dari: pelajar, mahasiswa, pedagang, penjaga loket, pengajar, musisi (pengamen) dan masih banyak lagi. Aktifitas yang terjadi di sana pun beragam, di stasiun kita akan melihat berbagai transaksi jual-beli. Kita dapat menemui beberapa kios kecil yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman, pedagang asongan, pedagang aksesoris, kios penjual pulsa telepon, ada pengamen-pengamen kecil, jika beruntung mungkin kita akan melihat pencopet sedang melakukan aksinya.

Kereta listrik ekonomi dari arah Jakarta
Kereta listrik ekonomi dari arah Jakarta

Pertama Menginjakkan Kaki di Stasiun Lenteng Agung dan Stasiun UI (Universitas Indonesia)

Januari 2009, ini kali pertama saya menginjakkan kaki di Stasiun Lenteng Agung. Saya diajak beberapa teman (Adel, Mira, Chika, dan Ajat) untuk naik kereta listrik dari Stasiun Lenteng Agung menuju stasiun UI (Universitas Indonesia), dengan harga karcis Rp.1000,- per orang. Karcis sudah kami pegang masing-masing dan tinggal menunggu kereta listrik datang. Memang, jarak dari Stasiun Lenteng Agung ke Stasiun UI tidak jauh bahkan sangat dekat, hanya melewati satu stasiun saja yaitu Stasiun Universitas Pancasila (UP). Alasan utama kami ke stasiun, selain untuk naik kereta listrik adalah untuk mengetahui apa saja yang ada di stasiun tersebut, bisa di bilang riset kecil-kecilan. Selain itu juga, karena saya ingin mencoba naik kereta listrik Jabodetabek. Semenjak kecil hingga kuliah semester 8 ini, saya belum pernah menggunakan jasa kereta listrik Jabodetabek. Bila diperhatikan, apa yang saya lihat di stasiun ini, tidak jauh berbeda dengan stasiun-stasiun lainnya. Di sana banyak terdapat penumpang yang sedang menanti kedatangan kereta, ada kios-kios kecil yang menjual berbagai jenis kebutuhan, tas sekolah, aksesoris, kios penjual pulsa telepon, cenderamata, buku-buku bekas, majalah, koran, kaset dan CD bajakan, dan sebagainya. Tidak semua orang yang datang ke stasiun bertujuan untuk meggunakan jasa kereta listrik, tapi ada juga orang yang datang ke Stasiun Lenteng Agung ini hanya untuk membeli kebutuhannya yang memang tersedia di sana.

Penumpang yang ingin memasuki kereta
Penumpang yang ingin memasuki kereta

Sebelum kereta datang, saya dan teman-teman mencari tempat duduk yang nyaman. Selain itu, kami mencoba memfoto keadaan sekitar Stasiun Lenteng Agung. Kami duduk di depan kios yang menjual minuman dan makanan kecil. Di sebelahnya ada kios yang menjual minuman tradisional semacam wedang jahe, tapi tak satupun dari kami yang membeli jajanan tersebut, kami hanya duduk-duduk saja. Beberapa kali kereta melintas, tapi bukanlah kereta yang akan mengantarkan kami ke stasiun UI.

Teman saya, Adel tertarik dengan salah satu kios yang menjual tas yang juga menerima reparasinya. Ia menanyakan harga tas yang dijual di kios itu. Kisaran harga rata-rata dari tas yang dijual sekitar Rp. 30.000,- sampaiRp. 50.000,- yang masih bisa ditawar. Adel tertarik dengan tas ransel yang berwarna merah cerah, sesuai dengan pakaian yang dipakainya saat itu. Ia mencoba menawar harga tas tersebut, dan akhirnya tas berwarna merah itu terjual dengan harga Rp.20.000,-. Melihat Adel membeli tas dengan harga murah, saya jadi tertarik untuk membelinya juga. Tapi teman saya Mira mengatakan, “kalau mau beli tas nanti saja di stasiun UI, karena pilihannya lebih banyak”.

Suasana Stasiun Lenteng Agung
Suasana Stasiun Lenteng Agung

Sudah sekitar satu jam saya bersama teman-teman menunggu kedatangan kereta, tapi tidak juga lewat. Seingatku kami menunggu antara jam sepuluh atau jam sebelas pagi. Bukan hanya kami saja yang sedang menunggu kereta api tersebut, di sana juga terdapat banyak orang yang sama-sama menunggu kereta jurusan Jakarta-Bogor. Setelah lama menunggu akhirnya ada satu kereta yang datang, namun saya dan teman-teman tidak jadi naik kereta tersebut, karena kereta sudah penuh dengan penumpang dari stasiun sebelumnya. Kami mencoba untuk menunggu kedatangan kereta api berikutnya, tapi kereta pun tak kunjung datang dan kamipun sudah menghabiskan banyak waktu di stasiun ini. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya kami memutuskan untuk naik angkutan umum dan karcis yang telah kami beli terbuang dengan percuma.

Kami pun bergegas keluar dari Stasiun Lenteng Agung, dan menuju Stasiun UI. Kami naik mikrolet 04 jurusan Depok Timur-Pasar Minggu dengan membayar Rp.2000,- per orang. Dalam waktu kurang dari 10 menit kami sudah sampai di depan gang kecil yang menuju Stasiun UI. Sama seperti ketika saya menginjakkan kaki di Stasiun Lenteng Agung, kali ini saya lebih terkesan lagi karena sepanjang gang kecil menuju Stasiun UI terdapat deretan kios-kios yang menjual berbagai jenis barang. Saya melihatnya seperti sedang tidak berada di sebuah kawasan stasiun, tetapi saya merasa seperti berada di sebuah pusat perbelanjaan kecil. Di mana jenis barang yang dijual lebih beragam, mulai dari makanan dan minuman, buku, pakaian, tempat fotocopy, kaca mata, tas, cuci cetak foto, kios penjual pulsa telepon dan semuanya tertata dengan rapih. Tidak hanya itu saja, di sekitar stasiun ini kita juga akan menemukan pemandangan mahasiswa-mahasiswa yang hanya sekedar nongkrong di stasiun.

Kios-kios di Stasiun Lenteng Agung
Kios-kios di Stasiun Lenteng Agung

Bicara masalah stasiun tak akan ada habisnya, karena akan terus bermunculan cerita-cerita baru yang menarik. Secara tidak langsung sirkulasi perekonomian terjadi di stasiun ini. Banyaknya jenis pedagang di stasiun bisa juga dikarenakan letak stasiun ini berdekatan dengan pusat kota Depok. Tak jauh dari stasiun terdapat dua pusat perbelanjaan megah yaitu Margo City dan Depok Town Square (Detos). Stasiun UI memang agak berbeda dengan stasiun lainnya yang berada pada jalur Pasar Minggu-Depok, karena di stasiun ini semua kereta akan berhenti, termasuk kereta ekspress. Dekatnya stasiun UI dengan pusat kota Depok mengakibatkan stasiun ini sebagai salah satu tempat utama transit para penumpang.

Berada di dalam kawasan sebuah Universitas Negeri ternama yaitu Universitas Indonesia juga merupakan keuntungan dari stasiun ini, bisa di katakan bahwa stasiun ini sangat strategis. Mahasiswa yang hilir mudik tidak begitu saja diabaikan oleh para pedagang yang ada di sekitar stasiun, hal ini dijadikan peluang dan kesempatan mereka untuk meraih keuntungan. Mulai dengan menjual keperluan para mahasiswa tersebut seperti buku-buku, fotocopy, dan keperluan lainnya dengan harga yang terjangkau oleh kantong mahasiswa.


About the author

Avatar

Arry Susanti

Telah menamatkan studinya di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Pernah terlibat dalam kegiatan workshop akumassa.

5 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.