Jurnal Kecamatan: Tambaksari Kota: Surabaya Provinsi: Jawa Timur

Irama Budaya

Avatar
Written by Eko Hariadi
Salam itu aku berada dalam lingkungan kampung seni Taman Hiburan Rakyat (THR), tepatnya di salah satu gedung ludruk bernama Irama Budaya. Kampung seni THR merupakan kompleks khas kesenian asli Jawa Timur. Di sana juga banyak terdapat gedung-gedung pagelaran untuk menampung apresiasi para seniman lokal Jawa Timur.

Para Sinden di Gedung Ludruk Irama Budaya

Para Sinden di Gedung Ludruk Irama Budaya

Saat memasuki pintu Irama Budaya terdapat sebuah loket pembelian karcis masuk dengan tarif sebesar Rp 5000,- untuk bisa menonton pertunjukkan Ludruk Irama Budaya. Setelah masuk ke dalam gedung terdapat jajaran kursi penonton yang sudah tua, aku melihat kursi itu terakhir saat kelas 3 SD, kursi yang berkerangka besi dan terdapat spon atau bantalan kursi yang bermotif retro.

Tampak hanya segelintir penonton yang duduk dan bersiap melihat pertunjukan Ludruk malam itu. Aku mencoba duduk di barisan bangku ke dua dari depan panggung, sambil melihat para pemain Gending Jawa sedang mempersiapkan alat mereka untuk pertunjukan.

Ruang pentas ini hanya disinari oleh lampu berwarna kuning yang membuat suasana dalam gedung tampak temaram. Sangat ironis sekali Ludruk yang merupakan aset khas Jawa Timur terasa kurang diperhatikan dengan baik oleh pemerintah, bahkan di daerah asalnya sendiri.Dari jumlah penonton yang hadir, bisa dilihat bahwa kesenian Ludruk kini sudah mulai ditinggalkan oleh para penggemarnya. Hiburan-hiburan baru yang lebih modern tentunya menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat saat ini tidak terlalu mencintai kesenian daerah.

Jam 21.15 WIB lampu gedung mulai dipadamkan, pertunjukan Ludruk pun segera dimulai. Alunan Gending Jawa mulai dimainkan. Pertunjukan pertama dimulai dengan hiburan Tari Remo, yaitu tarian khas Jawa Timur.  Kemudian pertunjukkan dilanjutkan dengan Lerok, yaitu nyanyian oleh para Sinden.

Aneh sekali saat aku melihat beberapa Sinden yang mayoritas kaum waria nyanyi Gending Jawa dengan lancar. Satu per satu Sinden mulai menyanyi di depan panggung. Tiba–tiba telingaku terasa kaget saat mendengar lengkingan suara salah seorang Sinden yang sedang bernyanyi. Ternyata Sinden tersebut menyanyikan lagu dangdut berjudul Sahara, yang mungkin sudah tidak asing lagi. Biasanya aku mendengar lagu ini dalam versi dangdut dan besar volume yang cocok untuk telingaku. Tapi malam ini, dengan sound system kira-kira 500 Watt yang tepat berada 5 Meter di depan ku, lagu itu terasa sangat memekakan telinga, terutama pada lirik “Ohh…. sahara…”

Para Sinden mayoritas adalah waria

Lagu Sahara yang aslinya dinyanyikan dalam versi dangdut, sudah sangat akrab di masyarakat. Lagu ini memang sering dinyanyikan dalam banyak versi, di antaranya koplo, remix, house musik, keroncong dan masih banyak lagi. Namun, aku baru sekali mendengar lagu ini didendangkan oleh Sinden di Gedung Ludruk Irama Budaya.

About the author

Avatar

Eko Hariadi

Dilahirkan di Surabaya pada tanggal 26 Mei 1987. Sekarang sedang menyelesaikan studinya di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Surabaya, Jawa Timur. Ia juga aktif di komunitas Kinetik.

6 Comments

  • “Dari jumlah penonton yang hadir, bisa dilihat bahwa kesenian Ludruk kini sudah mulai ditinggalkan oleh para penggemarnya. Hiburan-hiburan baru yang lebih modern tentunya menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat saat ini tidak terlalu mencintai kesenian daerah.”

    nah, dengan gerakan seperti akumassa ini lah sejarah tentang keseneian tradisional yang ada di Indonesia dapat diabadikan.

    cerita yang menarik. Lanjut, Gan!
    hehehe

  • tragis memang dengan keadaan ini,seharusnya yang bisa di teruskan oleh para generasi muda,bisa dibilang ini adalah kebudayaan asli yg (sengaja) tertinggal dengan modernisasi saat ini.

  • sungguh terlalu . . .
    ironi mememang . .
    mari kita bersatu,mempererat persatuan dan kesatuan untuk melestarikan budaya2 asli.
    semangat!

  • wah saya tertarik sekali ttg ludruk ini…Saya mohon sekali bantuan teman teman untuk memberitahukan no kontak/ hp/ telp pimpinan ludruk ini, irama budaya atau orang2 yang terkait dengan ludruk ini…saya ingin mendalaminya…mohon diberitahu ke email saya : wirakosasih@yahoo.co.id atau prawiradisastra@yahoo.com..atau kontak/sms saya di 081381039541 atau 08881625886…trimakasih banyak

Tinggalkan Balasan ke manshurzikri X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.