Tanggal 15 Januari 2009, Riezky Andhika Pradana (Kikie), sang fasilitator Forum Lenteng Jakarta dalam program akumassa, kembali ke Jakarta setelah satu bulan lamanya berkolaborasi bersama kawan-kawan di Gardu Unik Cirebon. Dia berencana pulang dengan menggunakan transportasi kereta api yang berangkat dari Stasiun Besar Kejaksan Cirebon. Lantas, kami menelpon Reza Febriansyah (Reza), seorang kawan yang bekerja di PT. KAI Cirebon. Dia menerangkan bahwa jadwal keberangkatan kereta api jurusan Stasiun Gambir pada tanggal tersebut tidak terlalu padat penumpang, sehingga kami dapat membeli tiket langsung di loket. “Kereta Argo Jati untuk kelas eksekutif Rp.95.000,- untuk Cirebon Ekspres kelas eksekutif Rp.75.000,- kelas bisnis Rp. 60.000,-“, Jelas Reza. Setelah beberapa menit aku dan Reza berbicara via telepon, dia mengajakku untuk ikut menaiki kereta Cirebon Ekspres. Aku pun menerima tawaran tersebut. Namun, aku meminta untuk menaiki di dalam lokomotifnya bukan dalam gerbong kereta. Setelah berpamitan dengan Kikie, aku dan Reza menuju ke Stasiun Besar Kejaksaan Cirebon.
Sesampainya di tempat tujuan, aku mulai merekam aktivitas sekitar. Saat aku tengah merekam, tiba-tiba terjadi gangguan terhadap kamera yang aku pakai. Setelah aku periksa, ternyata head kamera kotor. Karena aku tidak membawa serta cleanernya, maka aku harus kembali ke laboratorium Gardu Unik untuk mengambil cleaner tersebut. Saat aku dan Reza kembali ke laboratorium, Kikie telah menuju ke Stasiun Kejaksan. Kemudian, aku dan Reza bertemu dengannya di stasiun tersebut. Dia pergi ke stasiun bersama Desie Bayu Rara Ningrum (Desie) dan Syaiful Anwar (Ipul). Setelah sedikit bercakap-cakap dengan Kikie, aku kembali merekam aktivitas di stasiun tersebut.
Saat ada kereta api yang datang, para juru angkut stasiun berlarian untuk mencari orang yang hendak menggunakan jasa mereka. Reza menyapa seorang juru angkut stasiun yang sedang membeli makanan di warung dalam stasiun tersebut. Kemudian, dia menghampiri juru angkut tersebut dan membicarakan sesuatu. Saat sedang merekam kereta api yang datang, seorang anak diborgol oleh pihak keamanan stasiun. Menurut massa sekitar, anak tersebut didapati mencuri tas milik seseorang. Saat aku mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian tersebut, mereka sudah menaiki kereta yang melaju lambat.
Kereta api yang ditumpangi oleh Kikie akhirnya melaju. Sekitar pukul 15.30 WIB, kereta api kami pun berangkat. Di dalam lokomotif, kami bertemu dengan Mas Wawan (masinis) dan Andi (asisten masinis). Setelah berkenalan, kami berbincang-bincang. Dari perbincangan yang ada, ternyata telah terjadi keterlambatan jadwal karena banjir di daerah Cikareng. Wawan juga mengeluh karena gajinya sering terlambat. Namun, Reza memberi sedikit sanggahan terhadap pernyataan tersebut. Dia mengatakan bahwa terkadang gaji mereka tidak terlambat. Kemudian, seseorang yang akrab dipanggil Haji Ali datang dengan mengejutkan Wawan. Keceriaan dalam lokomotif itu pun semakin terasa. “kaya kaya ari kru kereta api wong edan kabeh…(sepertinya kalau kru kereta api, orang gila semua…)” Wawan bercanda sambil menggelengkan kepala. “..Mantep..” Haji Ali menengahi perkataan Wawan.
Saat di Stasiun Babakan, kereta api yang kami tumpangi berhenti. Aku bertanya kepada Andi tentang hal yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas kereta api. Andi menjelaskan bahwa daerah Cikampek, Tambun, dan Bekasi adalah daerah yang paling rawan terjadinya kecelakaan tersebut. Sedangkan, untuk daerah Semarang dan Purwokerto tingkat terjadinya kecelakaan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena di daerah tersebut tingkat ketertiban masyarakat yang melintasi jalur kereta api masih cukup tinggi.
Beberapa saat kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Di Stasiun Losari, kami kembali berhenti karena ada lori (kendaraan kecil yang berjalan di rel kereta api) yang akan melintas dari arah yang berlawanan. Setelah lori tersebut berlalu, kereta Cirebon Ekspres yang kami tumpangi pun melaju lagi. Dari dalam kereta yang membuat kebisingan tersebut, aku melihat beberapa pemuda yang sedang bermusik. Aku pun melihat bendera-bendera partai di pagar tepi rel kereta.
Setelah melewati Stasiun Bulakamba, kami pun akhirnya tiba di Stasiun Brebes Sekitar pukul 16.30 WIB. Dari Stasiun Brebes, terlihat swalayan yang cukup terkemuka di daerah tersebut. Setelah melakukan lansiran, Kereta Api Cirebon Ekspres akan menuju ke Jakarta. Dalam perjalanan pulang, aku melihat Stasiun Tanjung. Stasiun kecil tersebut terlihat lengang. Tidak jauh dari Stasiun tersebut, aku melihat orang-orang yang melambaikan tangan dan memotret kereta yang kami tumpangi. Oleh warga sekitar, kereta api dijadikan tontonan yang menarik di senja hari. Di pintu perlintasan kereta api jalan Tentara Pelajar Cirebon, terdapat mobil yang berhenti ketika berusaha melintasi portal pintu yang akan ditutup tersebut. Dengan kewaspadaan masinis dan asistennya, hal buruk dapat dihindari. Beberapa kilometer perjalanan yang cukup melelahkan tersebut, aku syukuri dengan kebahagiaan. Saat itu adalah kali pertama aku melakukan perjalanan menggunakan lokomotif.
setelahnya: ingin ku dendangkan lagu milik Tommy J Pisa berjudul: “dibatas kota ini”
kenapa ga nyanyi lagu “pergi untuk kembali”…
iya, kan di lirik pada reff lagu ini Tommy berdendang:
“janganlah kau sesali, janganlah kau tangisi, aku pergi untuk kembali lagiiii” hihihi….
untuk kikie; kalo kembali lagi bawa dana pengganti kipas angin ya ki!!kayanya atot bakal dapet kipas angin nih…heeehheee
lagu yang cocok buat kiki judulnya jaelangkung jaylangse…datang tak di jemput..pulang bw cikungunya…
menarik