Lenteng Agung, Jakarta Selatan

Berkelana: Kelurahan Lenteng Agung dan Kecamatan Jagakarsa

Lima hari sudah program akumassa Lenteng Agung berlangsung, sedikit demi sedikit riset kami lakukan dan kumpulkan. Karena minimnya data dalam situs web, jadi menghambat sekaligus menantang. Biasanya dengan sekali klik saja, semua informasi dan data yang dibutuhkan langsung muncul. Namun, tidak dengan daerah Pasar Minggu dan Lenteng Agung. Untuk wilayah Depok, data yang terdapat di situs web cukup banyak, tapi tetap saja kami mencoba melengkapi kekurangannya. Pencarian dimulai dengan bertanya kepada orang-orang terdekat. Ajat, salah satu partisipan, mencoba dengan bertanya kepada engkongnya yang asli warga Depok. Dari semua partisipan yang terlibat, memang hanya Ajat yang asli Depok, selebihnya bisa dikatakan pendatang, termasuk saya.

Rambu arah jalan
Rambu arah jalan

Tiga tahun tinggal di Lenteng Agung ternyata belum banyak yang saya ketahui tentang daerah perbatasan ini. Seperti asal nama Lenteng Agung itu sendiri, ada yang bilang karena dahulu, ada banyak kelenteng di wilayah ini maka namanya Lenteng Agung. Tapi saya sendiri belum pernah menemukan satupun bangunan kelenteng di Lenteng Agung. Menurut petugas kelurahan dan kecamatan yang sempat saya datangi, ia juga mengatakan tidak ada bangunan kelenteng di wilayah ini. Adanya justru di daerah Depok.

Lalu, saya mulai lagi dengan mendatangi kantor kelurahan Lenteng Agung yang tidak jauh dari kosan saya, cukup berjalan kaki kurang lebih 50 meter. Saya datang pukul 12.30 siang, suasana kantor kelurahan tidak begitu ramai, di ruangan pelayanan ada beberapa orang petugas kelurahan tetapi mereka sedang asyik mengobrol tanpa memperhatikan ada orang yang datang. Setelah saya tanya petugas yang lain mengenai kepada siapa jika ingin meminta data tentang Lenteng Agung, ia menjawab, “Ooo..sama pak lurahnya langsung, cuma sekarang dia sedang sakit”.

Lambang Kotamadya Jakarta Selatan
Lambang Kotamadya Jakarta Selatan

“Sekretarisnya ada ga pak?”, tanya  saya.

“Ooo.. Lagi rapat dia, besok saja balik lagi, sekarang ga ada orang”, jawabnya.

Akhirnya saya pulang dan kembali keesokannya. Sekitar pukul.11.00 siang, di sana ada seorang petugas di ruang pelayanan, kemudian saya bertanya seperti biasa. Dengan jawaban yang tidak jelas, ia menyuruh saya untuk masuk ke ruangannya dan menanyakan pada kawannya yang lain, seorang petugas wanita berumur kurang lebih 30 tahun, dan ia sedang tidur. Hmm… Akhirnya saya menemukan sendiri pegawai negeri yang seperti ini, petugas wanita lainnya menyuruh saya ke ruang sebelahnya, saya lupa nama ruangannya. Akhirnya sedikit lebih baik, saya diberi laporan monografi tahunan. Tidak begitu lengkap juga isi laporan tersebut, ada beberapa poin yang masih kosong. Tapi berhubung yang saya butuhkan mencukupi, jadi ya sudahlah.

Pedagang buah di Pasar Minggu
Pedagang buah di Pasar Minggu

Berbeda lagi ketika saya dan kawan saya datang ke kantor Kecamatan Jagakarsa. Disana semua urusan lebih birokratis, saya bertemu langsung dengan sekretarisnya dan beliau mengatakan, saya harus meminta surat izin ke walikota untuk meminta data tentang Kecamatan Jagakarsa. Saya bilang saja ini untuk tugas kuliah (sebelumnya saya sudah datang dan dimintai surat keterangan dari kampus), dan akhirnya saya diizinkan juga. Ternyata, menggunakan status sebagai mahasiswa saja belum cukup kuat. Namun, petugas yang diminta membantu saya mengatakan data yang saya minta tidak ada, entah beliau tidak mau mencarinya atau bagaimana. Akhirnya saya diberikan laporan tahunan lagi, berisi data enam kelurahan yang masuk Kecamatan Jagakarsa, yaitu: Lenteng Agung, Srengseng Sawah, Cipedak, Tanjung Barat, Ciganjur, dan Jagakarsa. data ini juga berisi luas wilayah kelurahan masing-masing dan demografi penduduk.

Pepaya, Mangga, Pisang, Jambu

Melihat lambang Kotamadya Jakarta Selatan yang terpampang di sudut ruang kantor kecamatan tersebut saya jadi ingin menanyakan kenapa lambangnya ada burung gelatik dan buah rambutan dalam sebuah perisai. Saya iseng bertanya pada salah satu petugas kecamatan, kenapa buah rambutan yang menjadi lambang? beliau lalu menyenandungkan sebait lagu, “Pepaya, mangga, pisang Jambu.. dibawa dari Pasar Minggu”. Saya hanya bisa senyum-senyum menahan tawa. Setelah saya tanyakan alasan lainnya, beliau tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Lalu kenapa Burung Gelatik? Beliau langsung menjawab, “kebun binatang Ragunan”. Lagi-lagi saya dan kawan saya hanya main lihat-lihatan saja sambil tersenyum.

Kawasan Pasar Minggu
Kawasan Pasar Minggu

Dari situs resmi Kotamadya Jakarta Selatan, saya mendapatkan lambang Kotamadya Jakarta Selatan berbentuk perisai di dalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah rambutan rapiah (flora) serta burung gelatik (fauna) yang mengandung arti alam lingkungan hijau dan teduh yang melambangkan persatuan, kekuatan, ketenangan serta kebersamaan.

Burung gelatik Jawa atau padda oryzivora adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang lebih kurang 15 cm, dari suku estrildidae. Perilakunya senang berkelompok dan cepat berpindah-pindah. Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata rambutan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut.

Tidak salah, jika petugas kecamatan tersebut menyanyikan lirik lagu buah-buahan yang khas dari Pasar Minggu, karena Pasar Minggu dari jaman dahulu terkenal dengan pedagang buah-buahannya yang lengkap dan segar, serta cukup dikenal oleh penduduk Jakarta Selatan. Semua pedagang dari segala penjuru di selatan menjual hasil buah-buahannya yang terbaik di Pasar Minggu. Mungkin ini alasan mengapa petugas kecamatan tersebut menyanyikannya.

Tentang Pasar Minggu, akan saya ceritakan dikesempatan berkelana berikutnya.


About the author

Avatar

Ajeng Nurul Aini

Dilahirkan di Jakarta, 29 Oktober 1985. Perempuan ini telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta sebagai Sarjana Komunikasi konsentrasi Jurnalistik. Sekarang, selain aktif di Forum Lenteng, ia juga aktif di Ruang Rupa.

5 Comments

  • teruslah ajeng semangat jangan lupa yah kenalan sama tukang dukuh di deket jembatan haha.. pepaya jambu… hahaha… nice song from goverment hahay… tetap semngat dan jangan ragu melangkah.. amien semoga cepat turun yah hehe..

  • nice info sis.

    saya udah tinggal di sini dari kelas 1 esema. tapi baru kepikiran buat nyari tau sejarah lenteng agung beberapa minggu yang lalu.

    kalo ada info lagi, share ya sis. tks

  • Assl’
    kebetulan neh, sy kelahiran LT. Agung…
    dulu wkt kecil sy prnh dpt cerita dr slh seorang guru SD sy brnama Pak Gimin, dia blg asal-usul nama LT. Agung berasal dr nm seorang Sunan pendakwah Agama Islam yg smpat singgah d LT. Agung.
    btw, menarik utk disimak mengenai lagu “Pepaya, Mangga, Pisang, Jambu…” klo crt bpk sy dlu, sebenarny buah2an itu asalny dr LT. Agung yg d bawa para pedagang k Ps. Minggu, krn memang duluny d LT. Agung begitu byk pohon-pohon tsb… Trims…

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.