Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke CCCL, Pusat Kebudayaan Perancis yang berada di Surabaya. Tujuannya untuk menghadiri sebuah pemutaran dan diskusi film yang berlangsung pada waktu itu. Saya menjumpai hal yang cukup menarik ketika melewati food court Rumah Susun Penjaringan Sari, di sana terdapat sebuah ring (arena tinju) yang terpasang di ruang terbuka. Seketika saya sangat ingin sekali menonton pertandingan tinju secara langsung seperti yang ada di layar kaca.
Setelah selesai hadir dalam pemutaran dan diskusi film bersama komunitas film berbasis kampus tersebut, saya segera bergegas menuju tempat berlangsungnya pertandingan tinju yang tadi saya lewati. Tapi ternyata pertandingannya sudah selesai beberapa menit yang lalu. Sungguh sial waktu itu, tapi ketika saya bertanya pada salah seorang penjual Sego Sambel (Nasi Sambal) di tempat tersebut, ia menjelaskan bahwa pertandingan tinju berlangsung dua kali, yaitu hari Jumat dan Sabtu (yang berarti esok hari).
“Mene ono maneh kok, Mas, iki mau cuman babak penyisihan tok kok” (“Besok ada lagi kok, Mas, tadi hanya babak penyisihan saja, kok!”) menurut penjual Sego Sambel tersebut .
Ternyata pertandingannya besok akan berlangsung kembali, jadi saya tidak akan menyia-nyiakan momen tersebut. Dan akhirnya Sabtu malam pun tiba, waktu itu saya berniat untuk membeli sebungkus makan malam di sekitar kontrakan, kemudian saya memilih untuk ke food court Rusun Penjaringan Surabaya, yang hanya berjarak 500 Meter dari kontrakan. Tak lama kemudian saya pun sampai ke tempat tersebut. Saya melihat keramaian orang sedang berbondong–bondong menuju tempat tersebut untuk menonton pertandingan tinju.
Saya tiba tepat pukul 21.00 WIB dan ternyata pertandingan telah dimulai, Lagi–lagi saya ketinggalan untuk menonton pertandingan tersebut sejak awal. Ketika itu yang sedang bertanding adalah petinju asal Surabaya melawan petinju asal Nganjuk dan dimenangkan oleh petinju asal Surabaya yang tidak saya ketahui namanya.
Tua, muda, anak-anak, nampaknya sangat antusias untuk menikmati pertunjukkan tersebut. Ternyata momen tersebut tidak kalah menariknya dengan keadaan di sekelilingnya. Banyak sekali pedagang asongan yang tidak mau kalah untuk membuka lapak untuk barang-barang dagangannya demi meraih untung dari pengunjung setempat. Tukang parkir yang tanpa koordinasi sebelumnya juga tidak luput ikut andil dalam bagian tersebut. Pedagang stiker, pedagang Tahu Petis dan makanan ringan lainnya pun ikut meramaikan. Ada pula pasangan muda-mudi yang menyempatkan waktu untuk datang dalam acara tersebut untuk sekedar jalan-jalan dan bermalam mingguan.
Menurut Bapak R.M. Arief Wibowo selaku Ketua Pelaksana sekaligus Ketua Pertima (Persatuan Tinju Amatir) Surabaya yang merangkap sebagai Ketua Harian Provinsi Jatim, pertandingan tinju ini telah diikuti 40 atlet tinju yang berasal dari provinsi masing – masing.
Selain untuk persiapan menuju PON (Pekan Olahraga Nasional), Kejuaraan Daerah (Kejurda) Petinju Amatir Senior Elit yang memperebutkan Piala Walikota tersebut sangat berpengaruh terhadap pembinaan prestasi petinju–petinju lokal yang tersebar di seluruh penjuru kota besar maupun desa.
Pertandingan kemarin terbagi menjadi 7 kelas yang masing–masing memiliki kemampuan dan penggolongan secara terdaftar. Di antaranya adalah :
1. 48 Kg (Kelas Layang)
2. 52 Kg (Kelas Terbang)
3. 54 Kg (Kelas Bantam)
4. 57 Kg (Kelas Bulu)
5. 60 Kg (Kelas Ringan)
6. 64 Kg (Kelas Welter Ringan)
7. 69 Kg (Kelas Welter)
Pertandingan sudah berlangsung hampir 2 jam lebih. Di akhir acara dewan juri telah menetapkan hasilnya sebagai berikut :
Untuk kelas 64 Kg atau bisa disebut Kelas Welter Ringan, dimenangkan oleh Yusuf, petinju asal Ngawi, dan Pedrus, petinju asal Surabaya. Sedangkan untuk kelas 69 Kg atau biasa disebut Kelas Welter, dimenangkan oleh Dian Agung, petinju asal Surabaya, Nurcholis, petinju asal Sidoarjo, serta Bagus, petinju asal Malang.
Menurut hasil penilaian dewan juri, juara umum diraih oleh petinju Surabaya yang banyak meraih poin pada tiap kelas–kelas pertandingan Kejurda Petinju Amatir Senior Elit kemarin.
Pertandingan ini sangat menarik bagiku, karena pertandingan yang digelar hampir dua kali dalam setahun tersebut juga mendapat respon yang sangat menarik pula dari warga sekitar. Selain sebagai hiburan alternatif di tempat tersebut juga terdapat ruang massa yang bisa diakses dengan mudah oleh semua kalangan.