Dalam rentang tiga hari itu, kantor pasirputih juga mendapat kunjungan dari beberapa remaja dan pemuda yang tinggal di sekitaran Dusun Karang Baru. Mereka adalah Dodi dan Reza, anak Pak Najamudin (seorang musikus di Pemenang). Dodi adalah salah satu pemuda yang memiliki hobi di bidang grafiti dan mural, sedangkan Reza adalah mahasiswa desainer grafis di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Denpasar, Bali. Mereka datang ke pasirputih pada tanggal 27 Januari, 2016, karena tertarik untuk turut berkolaborasi dengan seniman-seniman yang menjadi partisipan akumassa Chronicle. Namun, pada hari itu mereka tidak berkesempatan bertemu dengan seniman mural (yakni Sulung dan The Broy) karena kedua seniman sedang melakukan riset di lapangan. Sementara itu, pada tanggal 28 Januari, dua orang remaja, Hijrah dan Harum, mendatangi kantor pasirputih karena mereka berlangganan meminjam buku di perpustakaan mini milik pasirputih. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Muhammad Gozali mengajak mereka berbincang ringan, menawari mereka untuk ikut berpartisipasi di akumassa Chronicle. Yang namanya jodoh, ternyata Hijrah memiliki ketertarikan dengan sastra karena dia sering membuat cerpen sehingga kami mengenalkannya kepada Baiq Ilda Karwayu (sastrawan), salah satu partisipan akumassa Chronicle. Sedangkan Harum, senang membuat manga, sehingga ada peluang baginya untuk berbagi pengalaman menggambar dengan The Broy. Kami berencana untuk mengenalkannya kepada The Broy di hari yang lain.
Merancang Acara “Bangsal Menggawe”
Dalam waktu tiga hari, 27-29 Januari, 2016, kantor pasirputih hiruk-pikuk dengan kesibukan beberapa anggotanya dalam merancang sebuah acara yang akan menjadi bagian dari akumassa Chronicle. Di sela-sela kegiatan sosialisasi dengan berbagai elemen desa dan kecamatan, anggota pasirputih mencoba mendedah satu kata kunci yang diharapkan dapat dinilai sebagai pemicu pluralitas di Kecamatan Pemenang. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang didampingi oleh Otty Widasari (kurator akumassa Chronicle), diputuskanlah satu konsep acara berbentuk pesta rakyat yang akan diselenggarakan di Bangsal. Tema yang akan diangkat ialah “Kembali ke Bangsal”, karena Bangsal adalah satu lokasi di mana sebagian besar masyarakat Pemenang memiliki memori tentang kearifan lokal yang masih bersih dari dampak-dampak negatif pembangunan pariwisata. Salah satu pemicu pemilihan tema tersebut ialah memori tentang kegiatan ‘mandi bersama’ yang sering dilakukan oleh beberapa golongan masyarakat. Bahkan, tiga agama yang hidup berdampingan di Pemenang (Islam, Hindu dan Budha) juga memiliki tradisi lokal untuk melakukan perayaan hari-hari besar dengan mandi beramai-ramai di pantai di Pelabuhan Bangsal. Akhirnya, untuk menyingkat tema tersebut, dipilihlah kata “Membasaq” (berarti: ‘membasah’ atau ‘membasuh’ atau ‘mandi’), sedangkan acara pesta rakyatnya dinamai “Bangsal Menggawe” (berarti: Bangsal Berpesta). Selain itu, seluruh kegiatan dan karya seniman-seniman dalam proyek akumassa Chronicle di Lombok Utara juga akan dipresentasikan secara publik dalam acara Bangsal Menggawe 2016: Membasaq. Acara ini rencananya akan melibatkan seluruh elemen di Kecamatan Pemenang, dan juga seluruh warga masyarakat lokalnya. Harapannya, acara tersebut akan terus ada setiap tahun, diinisiasi dan dikelola oleh warga masyarakat Pemenang.
semoga… semoga… semoga….