Apa yang Anda tahu tentang Cirebon? Sunan Gunung Jati! Pantura! Pasti. Tentu juga kerajaan Islam Cirebon. Tapi tahukah Anda bahwa ada tiga keraton di daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ini? Kami kira hanya satu-satunya daerah yang mempunyai tiga keraton yang mempunyai kekuasaannya sendiri-sendiri.
Keunikan situasi kekuasaan ini berlanjut hingga sekarang. Meskipun posisi keraton yang tidak mempunyai kekuasaan secara politis, namun perebutan kekuasaan di dalamnya masih saja terjadi di antara para pewarisnya.
Cirebon berdiri pada 2 April 1482, setelah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyatakan merdeka dari kerajaan Pajajaran (Galuh) dengan cara tidak memberikan lagi upeti kepada Prabu Siliwangi. Peristiwa ini dirayakan sebagai hari jadinya Cirebon. Menurut Pustaka Jawadwipa pada tahun 1447, pendatang yang terdiri dari etnis Sunda, Jawa, Sumatera, India, Parsi, Arab, dan Cina bermukim di daerah ini berjumlah 346 orang. Dari sinilah terjadi proses akulturasi budaya dan sinkretisme yang menjadikan kebudayaan Cirebon saat ini. Ini dapat kita lihat pada bahasa, seni visual (batik), musik, tari, dan bangunan-bangunan tua yang tersisa saat ini. Orang-orang Cirebon pada umumnya bisa berbahasa Sunda dan Jawa.
Ada beberapa ahli mengatakan kata Cirebon berasal dari Caruban atau tempat pertemuan atau persimpangan jalan. Sebagian lagi mengatakan dari kata “carub” yang dalam Bahasa Jawa berarti campuran. Dari pengaruh Bahasa Sunda ditambahkan kata “Ci” (aliran sungai). Dan menjadi Cirebon pada perkembangannya yang berarti sungai yang mengandung banyak udang (rebon berarti udang kecil).
Tiga keraton di Cirebon sebenarnya mempunyai akar yang sama yaitu Syarif Hidayatullah. Namun, karena kepentingan pribadi dan penguasa kolonial pada waktu itu maka terbentuklah tiga keraton itu yaitu: Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Posisi Cirebon dalam peta politik Jawa sangat rentan sehingga tarik menarik antara kerajaan Mataram, Banten, dan Kolonial Belanda melahirkan jalan tengah untuk memberikan kekuasan kepada beberapa keturunan Prabu Siliwangi ini.
Saat ini kalau kita menyebut Cirebon ada dua wilayah administratif yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Kota Cirebon dahulunya adalah ibukota Kabupaten Cirebon. Ibukota Kabupaten Cirebon sekarang adalah Sumber. Kota Cirebon menjadi pusat ekonomi kawasan pesisir Jawa Barat. Dengan luas wilayah 37,54 km² dan jumlah penduduk kurang lebih 300.000 jiwa. Kota ini terkenal dengan pabrik rokok British American Tobacco (BAT), sebuah perusahaan rokok multinasional yang memproduksi rokok putih untuk kawasan Indonesia dan Asia Tenggara. Sedangkan Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 988,28 km² dan jumlah penduduk 2.085.500 jiwa, merupakan kawasan pertanian dan tempat berdirinya beberapa industri besar seperti pabrik semen Indocement.
Secara sosiokultural, walau masyarakat Cirebon mendapat pengaruh dari berbagai budaya, namun tradisi Islam lebih dominan. Peran Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) sebagai pendiri kerajaan Islam Cirebon memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya hingga saat ini. Posisi pesantren dan tokoh agama (Kyai) sangat penting dalam berbagai aktivitas sosial dan politik di Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati masih tetap menjadi tempat ziarah utama.
Karena posisi geografis kota ini merupakan kawasan perlintasan jalur ekonomi antara kawasan barat pulau Jawa (Jakarta, Banten, Bandung, dan sekitarnya) dari dan ke kawasan timur pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur). Cirebon menjadi tempat pemberhentian jalur distribusi industri dan pertanian antara dua kawasan ini yang sering disebut Jalur Pantura.
Sejak era otonomi daerah dimulai, Kota Cirebon telah memulai membangun beberapa kawasan sebagai pusat bisnis dengan berbagai kelengkapannya seperti mal dan pusat perbelanjaan super megah. Salah satu yang paling terbaru adalah Cirebon Superblock. Kota ini mulai bersolek menjadi kota metropolitan. Namun, yang menjadi korbannya banyak bangunan tua dan peninggalan penting sejarah kota ini terbengkalai menunggu kehancuran.
Dari situasi kota yang unik inilah Forum Lenteng memilih Cirebon sebagai salah satu situs akumassa dengan mengirim Mahardika Yudha dan Riezki Andhika Pradana untuk berkolaborasi dengan komunitas Gardu Unik Cirebon dalam mengembangkan program akumassa untuk membaca kota tua ini lebih jauh. Baik secara kultural, maupun sosial politik dari perspektif masyarakatnya sendiri.
___
Tulisan dan foto dirangkum dari berbagai sumber.
terima kasih infonya.sangaat nbagus
Herman Jayapura
kalo masjid al azham itu dimana alamatnya….?
Terima kasih untuk informasi ini.. saya ingin memaklumkan bahawa saya sedang ingin mencari susur galur sunan gunung jati ini.. sekiranya saudara ada susur galurnya bolehla menghubungi saya…
Bisa tolong informasikan daftar nama cafe yang ada di cirebon.. saya mencari alamat dan no telpon sebuah cafe dgn nama (kalau tidak salah, atau mendekati) LolaPalaza.. ada yang tau? tolong informasinya sesegera mungkin.. terima kasih..
gedong tua aja disulap dadi mall,tulung ya kang bardi
bozzz…kirim gambar Gedung Wanita donk..??!!!
Terims atas pendahuluan ke Cirebon dengan foto-foto dan keterangannya dan nama-nama. Petanya hanya kurang tempatnya Banten, yang terkait kepada Cirebon. Lampung juga terkait kepada Cirebon lewat Banten. Cirebon terkait kepada Majapahit lewat budaya, sejarah & sejarah-seninya. Kalung manik-manik = Majapahit-Cirebon-Banten-Lampung = memperlihatkan kepentingan sejarah, sejarah seni, dan budayanya Cirebon. Kalau monumen Cirebon yang mengandung seni, biarpun seni arsitektur, gamelan, meubel, dsb., kalau mau di konservasikan, mbok dilakukan lewat jiwa asli Cirebon tua, dengan menikuti aliran seni Cirebon lama.
CIREBON sangat eksotik, keratonnya, mesjid, pasar, docang, nasi jamblang, empal gentong ….CIREBON…i miz you !
Saya belum pernah mendatangi Kota Cheribon. Kelihatan nyaman juga nih kota udang. Saya baru menulis sesuatu tentang BCB Gedung BAT, di forum Indo belanda http://www.onzeplek.nl. Siapa tahu kapan-kapan saya mendatangi kota ini. Wasallam Alaikum – May God’s peace be with you.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Wah jadi Pangling nich….Alhamdulillah Kota Cirebon semakin maju setelah saya tinggalkan merantau.. 3 tahun sudah aku meninggalkan kotaku ini….terutama masjid Al-Azham bukannya dulu itu Masjid At Taqwa…???
saya ingin mengajukan sebuah pertanyaan dan tolong dijawab secepatnya pada blog saya antonajjah.blogspot.com.
sya mahasiswa UIN jogja yang baru masuk KPC cabang jogja dan sekarang sudah mulai intens membahas tentang otentiktitas budaya cirebon, namun saya (pribadi) masih janggal ketika tetua anggota KPC mengutarakan pendapatnya tentang itu. oleh karena itu, saya ingin mengajukan pertanyaan sederhana, yaitu adakan budaya asli cirebon dan kalau ada, budaya apakah itu?? apakah benar asli dari masyarakat cirebon atau memang budaya campuran dari cina, jawa, sunda dan persia seperti yang tercantum dalam tulisan diatas????
mohon bantuannya.,.,
Subhanalloh.. Kami sangat berterima kasih untuk para pemerhati sejarah, semoga kita semua senantiasa sehat lahir bathin dan sukses.. Amein!
masjid al adzham mah di tanggerang atuh..