Situ Gintung yang terletak di kawasan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan dibangun sejak jaman kolonial Belanda 1932-1933. Luas awalnya 31 hektar kemudian menyempit menjadi 21 hektar. Kapasitas penyimpanan airnya bisa mencapai 2,1 juta meter kubik . Situ Gintung memiliki fungsi sebagai daerah resapan . Sekitar tahun 1970 tempat ini dijadikan tempat wisata alam dan perairan, dikarenakan memiliki pemandangan yang menarik. Didukung pula dengan banyaknya restoran dan tempat outbond yang ada di sekitar Situ Gintung. Sejak dijadikan tempat wisata alam, luas Situ Gintung pun mengalami penyempitan menjadi 11 hektar, karena tanah-tanah sekitar yang seharusnya menjadi tanah resapan dan pengairan dijual oleh orang pribumi setempat.
Jika kita perhatikan dan sejumlah orang mengatakan, bentuk Situ Gintung seperti ketapel, tapi menurut penuturan dari Pak Mamat seorang warga setempat, “Situ Gintung ini seperti tubuh manusia tapi tanpa kepala, karena punya 3 pintu air, nah yang jebol itu kan yang tengah (pintu air kedua) itu ibarat lehernya tapi gak ada kepalanya, kalau yang sebelah kanan dan kiri itu ibaratnya adalah bagian tangan.”
Mengenai keberadaan warga yang tinggal di belakang lokasi tanggul jebol, menurut pengetahuan dan informasi yang saya dapatkan seharusnya tanah-tanah yang ada di belakang tanggul itu digunakan untuk persawahan atau penambakan ikan, tetapi malah dijadikan sebagai tempat tinggal penduduk. Menurut Haji Mudori yang biasa disapa Haji Tahu, karena dia memiliki pabrik tahu di belakang tanggul, ternyata mereka yang tinggal tepat di belakang tanggul itu adalah mereka yang mengontrak dan menyewa tanah kepada pihak swasta yang memiliki area pertanahan di belakang tanggul, yaitu PT. Sigma Karya.
Setiap tahun Haji Mudori harus membayar sewa sebesar 4 juta rupiah kepada sang pemilik tanah. Dan kini pun ia harus rela mengalami kerugian yang sangat besar karena harus mengulang kembali usaha yang ditekuninya sejak tahun 1983, akibat terkena musibah Situ Gintung. Sebelumnya dia memiliki karyawan sebanyak 64 orang. Kini hanya tersisa 24 orang. Sungguh bukan modal yang kecil tentunya.
***
Nuansa Mistis
Kisah mistis juga mengiringi perjalanan sejarah Situ Gintung sampai saat ini. Situ yang jebol pada bulan Maret lalu ini katanya banyak memiliki kisah mistis, diantaranya adalah Nyi Mas Melati, Pulau Geser serta Buaya Putih. Tak sedikit mereka menelan tumbal. Menurut seorang warga Situ Gintung, Pak Mamat, masih terbayang dalam ingatannya kala enam orang wisatawan menggunakan perahu untuk menikmati indahnya Situ Gintung. Dua orang di antaranya ABK (anak buah kapal) dan sisanya adalah warga biasa.Perilaku sang ABK yang dinilai tidak sopan di mata temannya saat berada di situ, membuat salah satu kawan menegurnya. Kawannya memberi informasi bahwa sang penunggu situ tidak suka terhadap orang yang berperilaku amoral di tempatnya. Akan tetapi nasehat tersebut hanya menjadi kata-kata yang tidak berguna di telinga Sang ABK, malahan dengan menantang ia menyatakan kalau dirinya sangat ahli dalam urusan berenang. Belum saja mulutnya tertutup, kapal tersebut mengalami masalah yang menyebabkan perahu terkoyak tidak karuan. Beberapa saat kemudian, sontak perahu itu terguling dengan kencang menghantam air. Semua orang tenggelam. Namun yang mengherankan, semuanya selamat termasuk anak kecil yang ikut menjadi penumpang, kecuali Sang ABK yang tak kunjung muncul di permukaan. Esok harinya barulah jenazah ABK tersebut ditemukan mengapung di situ dengan keadaan yang mengenaskan dengan tubuh yang membiru.
Ada pula kejadian lain yang seolah memakan tumbal, saat dua orang sedang memancing tiba-tiba lenyap hilang, dan sampai sekarang belum ditemukan. Hal ini disebabkan karena terlalu serakah, mereka berusaha memancing ikan sebanyak-banyaknya. Menurut penuturan Pak Mamat, perilaku serakah dan sombong membuat ‘Si Penghuni’ situ tidak menyukainya.
Dua cerita mistis Situ Gintung tersebut merupakan beberapa kisah diantara banyaknya hal mistis yang terungkap mengiringi ragam cerita di Situ Gintung yang bagi masyarakat setempat merupakan pelajaran yang berharga agar manusia tidak terjerumus ke perilaku negatif. Mungkin ragam cerita mistis inilah bagian dari kearifan lokal masyarakat di Situ Gintung.
Kini Situ Gintung telah berubah menjadi lahan kosong yang hanya ditumbuhi oleh rerumputan dan sedikit aliran air dari mata air yang berada di sekitar situ. Begitu pula dengan kisah mistis yang mengiringinya. Apakah tetap hadir di tengah masyarakat, atau akan ikut hilang bersama tergerusnya Situ Gintung. Kita pun tak tahu kapan Situ Gintung kembali dipugar seperti yang berkali-kali dijanjikan oleh Pemerintah, terutama di saat peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung masih hangat jadi pembicaraan. Namun saat ini realisasinya tak kunjung datang. Kita pun masih menantikan Situ Gintung kembali pada fungsinya, persis seperti yang disuarakan oleh ‘Masyarakat Peduli Situ Gintung’ di dalam sebuah pesan di banner yang terpampang di sisi-sisi jalan: “Kembalikan Situ Gintung Kami agar bencana ini tak terulang kembali”.
hehehe…asikk..cihuyy,,,,’nguk.ngukk..
kembalikan situ gintung koe..sekarang atau tidak sama sekali…
tempatku nyimeng dulu, kini telah di azab!!!
Nyi Mas Melati, Pulau Geser serta Buaya Putihnya diceritakan disini dong, saya ingin tahu
ya cerita buaya putih ma pulau gesernya dong biar ada memorinya juga tetep semangat dan terus apa ya?????/ jd bingung ma situ gintung
thanks buat komennya yah..buat cerita mistisnya nti qta lanjutin ..
keep spirit all..