Dia tidak lagi sekadar membuat komik strip sebagaimana hari-hari sebelumnya, tetapi sedang membuat zine (majalah mini) seukuran kerta A5, berisi narasi-narasi Pemenang dan Bangsal. Rencananya, zine akan dicetak dan disebarkan ke seluruh warga masyarakat di Pemenang.
Hari Senin, 15 Februari, 2016, dilangsungkan pertemuan para tokoh dan pegiat olahraga Pemenang di kantor pasirputih.
Pada kesempatan itu, hadir pula Bapak Suardi (Sekretaris Daerah Lombok Utara) dan Bapak Fahri (Camat Pemenang). Sembari mendengarkan diskusi, Hujjatul Islam pun tak berhenti membuat karya lukisan. Dengan cekatan, Hujjatul membuat lukisan wajah Bapak Najmul, untuk dimasukkan dalam proyek karya...
Pada Minggu malam, 14 Februari, 2016, pasirputih mendapat kunjungan dari Bapak Rifa’i, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Utara.
Para penari sudah mulai memainkan gerakan tarian kipas, sedangkan para pemain musik memainkan musiknya lebih semangat. Muhaimi sebagai pemimpin permainan musik, memainkan alat musik suling. Hari itu, Muhaimi juga membawa pengeras suara yang ia gunakan ketika bermain musik sehingga suara musik...
Pada kesempatan itu pula, Ahmad Saleh Tabibudin AKA Asta (partisipan akumassa Chronicle) mengutarakan ide karyanya untuk menyelenggarakan Bangsal Cup 2016 untuk akumassa Chronicle. Dr. Muchsin tertarik dengan ide itu. Untuk mendukung rencana karya Asta tersebut, Dr. Muchsin bahkan menyatakan bahwa...
Pada hari Minggu, 14 Februari, 2016, saat Jabo dan Pak Jaka melakukan performans rudatnya dalam rangka akumassa Chronicle, salah seorang partisipan akumassa Chronicle lainnya, Hujjatul Islam, melanjutkan proyek Lukisan Sensus Penduduk-nya. Jatul dengan sigap mengeluarkan perlengkapan melukisnya dan...
Rombongan penari rudat berangkat dari kantor pasirputih menuju Pelabuhan Bangsal dengan berjalan kaki pada pukul 11. Tampak Jabo mengenakan baju kemeja putih berlengan panjang, mengiringi Pak Jaka yang melantunkan syair-syair pengiring tarian rudat. Setibanya di Pelabuhan Bangsal, warga-warga yang...
Tidak banyak tawa dan teriakan. Tidak banyak tegur-menegur. Hanya mulut-mulut yang tertutup, ditutup, dan dimasker, sampai magrib memerintah azan untuk menyuruh sembahyang, lalu kampung ini menjadi sepi.
Film Malin Kundang ternyata sangat diminati oleh para penonton malam itu. Hal itu terbukti dari antusiasme mereka menonton hingga film berakhir. Hal itu berbeda dengan dua penyelenggaraan sebelumnya, yang mana suasana sudah menjadi sepi di tengah-tengah penayangan film. Hal ini menjadi catatan...
