Tasikmalaya, Jawa Barat

Tidak Ada Siaran Piala Dunia di Bilik Ardi dan Adrian

Setelah menyusuri lorong Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya yang berbelok-belok, barulah saya menemukan ruangannya. Ya, bilik tepatnya. Di Bangsal nomor 3 bagian bedah, bilik nomor 5, tergeletak anak kecil yang kulit wajahnya seperti dilapisi lakban kuning karena bernanah. Tangan, punggung, dan kakinya masih diperban.

Lorong RSUD Tasikmalaya

Lorong RSUD Tasikmalaya menuju bilik Ardi dan Adrian

Ya, namanya Ardi, dan saya baru tahu itu dari berita televisi. Sebelumnya saya cuma tahu anak kelas satu SD itu salah satu putranya Teh Mimi, tetangga saya,  yang kadang main sepakbola atau layangan di lapangan badminton dekat warung Bi Jejen tempat saya sering membeli Gehu (gorengan berbahan dasar Tauge dan tahu). Tapi awalnya saya agak ragu juga, karena wajahnya sudah tidak saya kenali lagi. Tentunya akibat luka bakar yang lumayan parah dari ledakan gas elpiji di rumah temannya, Buruju I, hari sabtu 5 Juni 2010.

Lorong menuju bilik 3 dan 5

Lorong menuju bilik 5

Di sebelahnya terdapat seorang anak kecil juga, dengan wajah terkelupas yang kurang jelas, namun tidak terlalu parah dibandingkan Ardi. Sedangkan Ardi, saya tidak yakin dia sedang tidur atau terjaga, karena kelopak matanya yang terbuka. Untunglah saya bertemu dengan neneknya, Bi Nonoh, yang ternyata tidur beralas samak (tikar) di bawah ranjang Ardi. Bi Nonoh terbangun mendengar saya ngobrol dengan bapak-bapak di sudut bilik, “Iya, Ardi Tidur, Neng,” kata Bi Nonoh. Saya angguk-angguk saja. Habis susah membedakannya sih, karena kelopak matanya terbuka terus.

Untunglah ada neneknya, jadi saya sampaikan langsung kiriman doa dan bantuan dari teman-teman lintas kota yang mengenal Ardi dari facebook. Bi Nonoh sempat terkesima, lalu berterimakasih dengan haru. “Sama-sama, sing enggal damang, Bi,” (semoga cepat sembuh) tambah saya.

Ardi (korban ledakan tabung gas elpiji di Tasikmalaya) sedang menjalani perawatan

Ardi (korban ledakan tabung gas elpiji di Tasikmalaya) sedang menjalani perawatan

Sedikit mengorek, saya bertanya apa sebenarnya yang terjadi. “Bocor gas, Neng. Bocor dari selang di ruangan. Terus ruangan itu deket kompor yang nyala. Jadi Waktu pintunya dibuka, yah …”

Ruangan itu tidak sunyi, karena anak kecil di sebelah Ardi, yang juga terkena luka bakar di wajah, tangan, dan kakinya, terdengar tengah berceloteh dengan bapaknya sambil main game di telepon seluler.

“Ini mah, senangnya main HP, Neng”.

“Asik dong Pak, libur sekolah terus, ya,” kata saya sedikit tolol. Bi Nonoh ikut ketawa, “Iya, libur. Ardi sama Adrian, kata gurunya, udah pasti naik kelas dua, walau nggak masuk juga”.

“Wah, alhamdulillah… tapi pasti bosan tiduran terus, ya?” kata saya.

“Kalau Ardi mah ini, Neng, harus ada koran bola. Si Gonzales. Iman (kakaknya) yang bacain skor-skor pertandingan”. Wah, canggih juga kakaknya, pikir saya.

“Makanya pengen pulang cepet, ini Ardi teh. Piala Dunia,” Bi Nonoh mewakili Ardi yang tidur.

Saya menukas, “Ya, Amiin…”.

Koran sepakbola, dan game di handphone. Mungkin cuma itu hiburan buat mereka berdua, di bilik 5A yang agak sumpek dan sempit, fasilitas RSUD Tasikmalaya yang ditanggung penuh Askeskin. Melihat kondisi mereka berdua, saya tidak bisa membayangkan berapa lama Ardi dan Adrian bisa main bola di lapangan, menikmati dunia hiburan ala barudak (anak-anak) SD, terutama menonton siaran Piala Dunia 2010 yang ditunggu-tunggu.

***

Di kepala saya terngiang terus lirik “Cara aman pakai bung Ijo…”, karena cukup sering muncul di televisi. Dari televisi jugalah saya menyaksikan banyak acara berita siang, dengan isi yang cukup mengganggu, yaitu ledakan gas yang mengakibatkan korban luka, misalnya yang terjadi di Jakarta, bersamaan dengan ledakan tabung gas di Probolinggo.

Tabung gas elpiji 3 kilogram

Tabung gas elpiji 3 kilogram

Ledakan gas tersebut mengingatkan saya lagi pada Ardi dan Adrian, serta janji saya untuk membawakan koran bola dan majalah. Maka, seminggu kemudian saya kembali lagi  ke ruangan 5A di RSUD Tasikmalaya. Namun, yang saya temui adalah tempat tidur yang kosong.

Awalnya cukup senang, karena saya pikir mereka sudah membaik. Perawat jaga Ruang UPDF Bedah memberitahu saya, Adrian memang sudah diijinkan pulang pada hari itu (15 Juni 2010) pukul 15.00 WIB. Tetapi, pihak keluarga Ardi memilih untuk pulang paksa pada hari yang sama, meskipun Ardi belum sembuh. Pihak keluarganya memilih untuk merawat Ardi di rumah mereka.

“Pulang paksa, Neng. Nangis terus, panggil-panggil ‘Aki….! Nini…!’ terus. Apalagi Adrian pulang, ya jadi tambah pengen pulang,” jawab neneknya. Keluarganya pun memilihkan pengobatan alternatif dengan obat Cina yang katanya sudah berhasil menyembuhkan korban ledakan di Bekasi di hari yang sama dengan kejadian Ardi dan Adrian, lebih cepat dari pengobatan konvensional.

Ardi kini menjalani perawatan di rumah dan bisa menonton siaran Piala Dunia

Ardi kini menjalani perawatan di rumah dan bisa menonton siaran Piala Dunia

Bibinya Ardi menerima koran bola yang saya bawa, lalu Ardi ribut minta dicarikan gambar atau berita tentang Gonzales, yang sayangnya tidak ada, untungnya ada berita soal Argentina, tim favoritnya.

“Untungnya sekarang bisa nonton Piala Dunia, tadi pulang-pulang langsung nonton itu,” celetuk salah satu keluarganya. Jika Piala Dunia bisa menyemangati seorang anak kecil untuk sembuh, saya jadi ingin ikut merayakan dan bersuka cita juga, meskipun saya tidak suka sepakbola.

***

Di kepala saya masih ada satu hal, saya masih tetap tidak nyaman dengan fakta bahwa tetangga saya mengalami luka bakar karena ledakan gas yang diakibatkan kebocoran pada selang. Bukankah itu bisa terjadi pada siapa saja, dan tetangga siapa saja? Bagaimana dengan lirik yang dinyanyikan ibu-ibu berdaster itu di televisi, “Asal caranya pada ngerti…?”

Ternyata cara pemakaian yang benar saja tidak cukup. Semoga pemerintah menanggapi kelalaian standar  aksesori tabung gas ini dengan serius, tidak hanya kasus Ariel-Luna saja. Dan yang paling penting, semoga Ardi dan Adrian sembuh, juga korban ledakan gas lainnya di Indonesia.

 

About the author

Avatar

Rina Amalia Budiarti

Dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 10 April 1989. Ia kuliah di Universitas Siliwangi, jurusan Akuntansi. Ia juga menekuni usaha di bidang kuliner. Selain itu perempuan ini juga aktif menulis di beberapa website seputar jurnalisme warga. Sebelumnya ia aktif di komunitas Soca Tasikmalaya, namun kini lebih mengaktifkan diri bersama Komunitas Blogger Tasikmalaya.

1 Comment

  • Untung saja keinginan Ardi nonton piala dunia 2010 bisa kesampean… emang parah ya masalah tabung gas elpiji jadi ngeri liatnya…
    Kasus Ariel Luna Cut Tari berjalin kelindan sama kebocoran gas elpiji ditambah moralitas penegak hukum sama pejabat… jadi satu… sotoy bgt ya gw…

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.