Terminal Pakupatan menjadi salah satu terminal pusat Provinsi Banten sejak 1995. Fungsinya adalah sebagai terminal dalam kota, antar kota dalam provinsi, serta antar kota antar provinsi. Seperti terminal pada umumnya, di sana aku melihat suasana yang ramai dengan para penumpang, pengamen, penjual rokok, penjual makanan, dan mobil yang ke luar masuk terminal. Biasanya mobil yang ngetem di dalam Terminal Pakupatan adalah yang bertujuan ke Jakarta-Merak, ada pula tujuan Ciamis, bahkan sampai ke luar Jawa.
Aku juga sempat bertemu para petugas Dinas Perhubungan yang menjaga keamanan terminal. Salah satunya adalah Bapak Muhammad Sabihis sebagai DANRU (Komandan Regu) yang juga merangkap sebagai Kepala Terminal Pakupatan atau bisa juga disebut KASTER. Beliau sudah hampir satu tahun bekerja di sana. Dinas Perhubungan yang bekerja di Terminal Pakupatan terbagi menjadi tiga regu, tiap regunya terdiri dari sembilan orang.
Menurut Bapak Sabihis, sebelumnya terminal pusat Serang berada di Ciceri, namun karena lokasinya terlalu berada di tengah kota dan penduduk, maka terminal tersebut dinilai kurang efisien dan dipindahkan ke Pakupatan.
Terminal Pakupatan dulunya adalah petakan sawah yang begitu luas dan disertai rawa. Tidak sulit bagiku membayangkan lokasi Terminal Pakupatan ketika masih menjadi sawah, karena kondisi jalan di Terminal Pakupatan kini rusak parah, dan membentuk kubangan-kubangan yang sangat mengganggu penglihatan serta kenyamanan. Jalan rusak itu lah yang membuat para supir enggan masuk ke terminal untuk menunggu penumpang. Akhirnya, kemacetan di depan Terminal Pakupatan tidak dapat dihindarkan.
Beberapa angkutan yang ngetem di sepanjang jalan, di antaranya PS (angkutan mini bus), angkot dalam kota, serta bus dan beberapa kendaraan besar lainnya (truk dan tronton). Para tukang ojek pun ikut berjejalan di depan Terminal Pakupatan.
Selain jalan rusak dan kemacetan di depan terminal, kesemrawutan juga terlihat di area ruang tunggu Terminal Pakupatan. Karena ruang tunggu itu telah berganti fungsi seperti pasar yang membuat tidak nyaman pengunjung untuk menunggu kendaraan umum yang akan mereka tumpangi.
Karena banyaknya kerusakan jalan, sejak empat tahun yang lalu jumlah penumpang angkutan umum dan bus antar kota yang ada di Terminal Pakupatan mulai berkurang. Padahal menurut Pak Sabihis, biasanya Terminal Pakupatan selalu ramai oleh lalu-lalang penumpang dan pengendara. Terlebih menjelang lebaran dan hari-hari besar lainnya.
Saat ini, Terminal Pakupatan sedang mengalami perbaikan yang sudah berjalan sekitar 3 bulan. Dana yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi untuk perbaikan tersebut sekitar 2,5 Milyar. Meskipun perbaikan yang dilakukan baru mencapai sekitar 10% dari seluruh kerusakan, namun aku tetap berharap ke depannya Terminal Pakupatan tidak lagi tercantum sebagai salah satu terminal terburuk di Pulau Jawa, seperti yang ku baca dalam sebuah media massa beberapa waktu lalu.
Saya juga sempat ngobrol dengan oknum di terminal itu. Ya katanya bahwa harus dipertanyakan kemana dana perbaikan di terminal??? Karena masyarakat Kota Serang sangat mendambakan terminal yang rapih dan teratur…
wah keren nih tulisan..
saya sempat keterminpakupatan dua tau lalu kerusakan yg parah semoga tahun depan saya pulang kampund dah rapi ….
Saya warga banten yang sekarang menetap dibandung, ketika saya pulang dari terminal leuwi panjang (bandung) dengan suasana terminal yang rapi serta bisa menunggu bis di kursi halte yang menurut saya cukup nyaman. ketika saya sampai di terminal serang, apa yang saya lihat terminal tersebut terminal yang kumuh serta kotor. sungguh malu saya sebagai warga banten yang notabene sekarang ibu kota provinsi tapi terminalnya ngga lebih bagus dari terminal pasar ciroyom kalau dibandung. Apa gubernur banten ngga malu sama warganya… contoh terminal leuwi panjang itu namanya terminal bis antar provinsi