“Allahhua…”
“…coba kau pikirkan, apa yang kau inginkan t’lah aku berikaaan…”
“Allahu Akbar..dung tet teret tet…”
Aku bukan sedang mempermainkan kalimat takbir. Namun, itulah yang kudengar saat sholat tarawih di Masjid At-Taqwa pada malam minggu yang lalu. Masjid terdekat dari rumahku. Karena, setiap malam minggu sepanjang jalan masuk komplek perumahan tempatku tinggal, area dipenuhi oleh para pedagang kaki lima, alias pasar kaget.Pasar Kaget ini bukan hanya mengejutkanku sebulan yang lalu ketika pertama kali muncul di komplek perumahan yang biasanya sangat sepi ini. Namun pasar kaget ini juga mengejutkanku karena saat ceramah dan sholat berlangsung, para tukang dvd tidak mematikan musik mereka. Jadilah konsentrasiku dan mungkin konsentrasi jamaah yang lain juga terpecah, antara menyembah tuhan dengan mengikuti alunan musik yang samar-samar itu.
”Tas nya Bu.. tas nya Bu, tas nya Bu.. Daripada ke Tanah Abang, mendingan beli sama abang, Bu..”
”Lima belas ribu saja.. lima belas ribu saja.. sandal lebaran, sandal lebaran..”
Begitulah sapaan para pedagang. Semua bersemangat menarik pembeli. Seperti pasar kaget pada umumnya, barang yang dijual sangat beragam. Mulai dari dvd bajakan, sandal jepit, sepatu, celana, kaos, topi, kacamata, tas, buah-buahan, bumbu dapur, hamster, kura-kura, hingga pakaian dalam pun ada. Ditambah lagi dengan para penjaja makanan seperti siomay, cimol, sate padang, es durian, dan bakso. Pantas saja pasar ini lebih ramai dibandingkan jamaah yang sholat di masjid.
Aku menyempatkan mampir ke pasar ini setelah tarawih. Dari ujung kanan hingga kiri, kujelajahi pasar ini. Keadaan jalan menjadi macet, dan tubruk-menubruk antar manusia pun terjadi. Bukan main banyaknya tetangga yang aku temui. Dari sekian banyak pedagang, hanya satu pedagang yang benar-benar menarik perhatianku, tukang dvd. Aku pun memulai percakapan sangat singkat dengannya.
“Bang, ramai ya kalau habis sholat tarawih seperti ini?”
“Yaa, ramai lah Neng, ramai yang lewat..”
“kok pas ceramah dan sholat, musiknya nggak dimatiin sih?”
“Ntar pada nggak tau kalo saya jualan dvd…”
Aku pun memutuskan untuk menyudahi percakapan, karena ternyata sedikit membuat naik darah mendengar jawaban asal dari abang tukang dvd ini.
Namun di balik ramai, heboh dan kelap kelip lampu, pasar kaget ini sebenarnya cukup menolong juga. Karena anak-anak yang biasanya berisik di sekitar pekarangan masjid jadi berpindah tempat ke pasar kaget. Mereka biasanya jadi target omelan ibu-ibu yang terganggu sholatnya karena bunyi petasan mereka, atau sekedar ketawa-ketiwi sambil lari mengitari masjid. Para ibu yang biasanya sibuk mendiamkan mereka jadi dapat sholat dengan lebih tenang. Apalagi seandainya takbir terdengar tanpa embel-embel lagu Kangen Band dari abang tukang dvd tersebut.
Survei pribadiku membuktikan ternyata pasar kaget lebih menarik daripada aktivitas sholat tarawih, terbukti dari berkurangnya jamaah di masjid. Untung saja pasar ini hanya hadir setiap malam minggu, kalau setiap hari mungkin bisa terjadi tawuran antara pengurus masjid dengan pedagang kaki lima. Dan masjid At-Taqwa tentunya akan kehilangan tamu-tamunya.
wauuuw…. rame
gue pikir cuma ada disetiap mesjid-mesjid sekitar jakarta selatan dan cuma hari jumat (sholat jumat)yang serng gue lewatin dulu!!! ternyata malem2 juga ada asiiik yah
kira-kira pendapatan mereka gede ga ya?? kalo gede gue juga mau ikut jualan kue coklat ahay
wow seru juga yah tarawih sambil belanja…
ngomong2 shalat tarawih berapa raka’at mer???
trus klo ditambah witir jd berapa gaya???
disini sholat tarawihnya 8 rakaat. witir 3 rakaat, gaya bebas..
wah,,
parah..
klo dibiarkan terus begini, nasib umat akan semakin terpuruk..