Aku pertama kali mengetahui keberadaan Stasiun Jurangmangu ketika sedang melintasi bilangan Bintaro, tepatnya di bundaran Bintaro Sektor 9 di depan Bank Permata. Terpampang, papan penunjuk arah yang berukuran 10 x 30 menandakan lokasi Stasiun Jurangmangu. Terlintas rasa penasaran, karena sebelumnya tidak ada papan tersebut, dan aku pun baru mendengar nama Stasiun Jurangmangu. Setelah kutelusuri, ada plang lagi yang menunjukkan letak stasiun tersebut. Aku semakin tertarik dan penasaran untuk segera mengetahui.
“Ooohhhhh, ternyata di sini toh,” ucapku dalam hati, ketika menemukan letak stasiunnya. Ternyata letaknya di bawah jembatan Tegal Rotan. Tempat itu pernah menjadi objek risetku waktu semester 1. Namun aku baru menyadari keberadaannya, apakah karena letaknya yang menjorok ke bawah, di bawah Jembatan Tegal Rotan?
Nama stasiun ini diambil dari nama daerah setempat, yaitu Jurangmangu. Nama stasiun ini sendiri berasal dari kata jurang dan mangu. Jurang berarti tanah yang menjorok ke bawah atau tebing, karena memang lokasi tersebut berada seperti di bawah tebing. Sedangkan mangu sendiri berarti manggut-manggut. Karena orang pendatang yang mendatangi daerah tersebut akan manggut-manggut karena melihat ke-eksotisan pemandangan daerah tersebut. Aku pun setelah melihat kawasan itu, langsung manggut-manggut, ternyata ada juga kawasan yang masih lestari di pinggiran Kota Jakarta.
Daerah Jurangmangu sebelum ada stasiun merupakan daerah semak belukar yang dipenuhi rumput dan pepohonan liar, seperti hutan. Sebelum Stasiun Jurangmangu berdiri, daerah itu sudah memiliki stasiun kereta api yang dibuat sejak penjajahan Belanda, dengan nama yang sama. Namun stasiun tersebut hanya untuk kereta uap dan hanya berfungsi satu rel. Ketika muncul kereta api listrik (KRL) stasiun tersebut tidak difungsikan lagi, dan bangunan tersebut kini menjadi perumahan warga.
Aku masuk lagi ke dalam stasiun, terlihat suasana sepi, berbeda dengan stasiun lainnya yang pernah aku kunjungi. Aku melanjuti penyusuranku, menyusuri bangunan stasiun sampai ujung. Ohhh, asri sekali daerah sini, udaranya masih sejuk, seperti berada di kawasan Bogor, jauh dari keramaian kota, aku pun tak mau mencemari udara ini dengan menghisap rokok. Berbeda sekali dengan stasiun lainnya yang kumuh dan bau pesing.
Sebelumnya, akses stasiun terdekat dari Stasiun Jurangmangu adalah Stasiun Pondok Ranji, kira-kira jaraknya 10 km dari Stasiun Jurangmangu dan Stasiun Sudimara yang jaraknya juga sekitar 10 km. karena kawasan tersebut tidak memiliki stasiun kereta api, maka dibuatlah Stasiun Jurangmangu yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Jurangmangu yang lama pada masa penjajahan Belanda.
Aku pun menyusuri letak Stasiun Jurangmangu yang lama, menurut penuturan warga setempat gedungnya sudah rubuh yang tersisa hanyalah bangunan kecil yang ditempati kepala stasiun. Sampai kini bangunan tersebut masih ada, dan masih ditempati oleh keturunan Kepala Stasiun Jurangmangu yang dahulu, walaupun sudah mengalami sedikit renovasi.
Stasiun ini bisa terbilang stasiun baru, dengan arsitektur modern, dan catnya yang masih mengkilap. Karena stasiun ini masih baru, belum banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan stasiun ini. “Dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat khususnya warga Kota Tangerang Selatan mengenai stasiun baru ini.,” ungkap Fariz Kurniawan selaku petugas loket Stasiun Jurangmangu.
Sama seperti stasiun lain yang melintasi rute Rangkasbitung-Serpong-Tanah Abang, Stasiun Jurangmangu juga melayani para penumpang jurusan yang sama Pulang Pergi (PP). Di stasiun tersebut juga menyediakan jasa penitipan kendaraan bermotor untuk para penumpang kereta api yang ingin berpergian jauh. Jasa ini dikenakan biaya Rp.2000.- /hari/motor. Saat itu terlihat hanya beberapa motor saja yang dititipkan, hal ini wajar, karena memang stasiun ini masih terbilang baru.
Menurut warga sekitar, Pak Marwal (70), setelah stasiun ini jadi, warga sekitar sering datang ke sini bersama sanak familinya, hanya untuk rekreasi, duduk menggelar tikar dan makan bersama, karena memang kawasan ini sangat sejuk, dan indah. Warna hijau pepohonan menambah kelestarian kawasan tersebut.
Aku pun jika menjadi warga sekitar sini, akan mengunjungi daerah ini bersama keponakanku, menghabiskan waktu sore yang sangat melelahkan sehabis pulang kuliah. Dengan tawa canda keponakanku yang masih kecil, sepotong roti dan segelas susu dingin, ditemani suasana Jurangmangu, tentunya sudah cukup membayar kepenatanku dibangku kuliah.
kira2,penumpangnya siapa ja ya???
hmm..setasiun mengingatkan kenakangan buruk saat naik kereta jurusan rangkasbitung. saya mengalaminya kecopetan beberapa bulan yang lalu. apesnya gara-gara ketiduran. sua saat saya akan coba turun di sini.
wah, seandainya keasrian itu bisa terjaga dengan baik, dan keasrian itu juga diterapkan di setiap stasiun di Indonesia, betapa senangnya,,
boleh tuh…kita naek kereta d st.jurang mangunya bareng2…sekalian beli korek gas,,soalnya murah kalo beli dikereta…
@ akudiadanmereka… penumpangnya warga sekitar jurang mangu, dan mayoritas mereka bekerja di Jakarta.
@ Vianto.. hahaha, sekalian aja beli gemblong,hehe
@ manshurzikri… benr tuh, like this, semuanya indah, pasti jarang ada yang bunuh diri gara-gara stress, hoho
@ Fd… owh,,, so sad! besok-besok dompetnya di gembok ya, hehe
eMm,.. sya bRu tAu ad Stasiun jurangmangu!!!
tp sukses & byr irit
halo, mau tanya, jika saya harus tiba di kntr daerah gatot subroto jam 8 pagi, enaknya naik jadwal kereta sudirman atau cijung dari stasiun jurang mangu jam brp ya? terima kasih
mulai ada kemajuan tentang perkereta apian indonesia ..
GOOD LUCK !