Jurnal Kecamatan: Ciputat Timur Kota: Tangerang Selatan Provinsi: Banten

Situ Antap Tinggal Kenangan

Situ Antap, setelah ditembok
Avatar
Written by akumassa

Diambil dari Harian Kompas, Rabu, 18 November 2009

Saiman (70) memandang lama lahan di hadapannya. Dari atas ketinggian, tepatnya di Kompleks Markas Besar Angkatan Darat (Mabad), Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, tampak satu ekskavator di lahan kosong yang telah dipagari beton setinggi tiga meter.

Di sisi luar pagar, air mengalir begitu deras tak tentu arah. Ada yang masuk ke lahan kosong itu lewat gorong-gorong berdiameter sekitar 60 sentimeter. Sisanya mengalir  liar di lahan pinggiran tembok yang berhubungan dengan rumah penduduk.

“Entah ke mana air akan mengalir, apalagi kalau hujan terus-menerus. Dulu lahan itu tempat penampungan air hujan, tetapi sekarang danau ini akan berubah menjadi perumahan,” ucap Saiman, sambil menunjuk hamparan Situ Antap yang sejak setahun lalu  terus diuruk.

Situ Antap

Beberapa hari lalu, Kompas menyusuri sebagian lahan warga di sekitar Situ Antap. Ketika itu, hujan turun deras. Meski hanya sebentar, sejumlah warga di pinggir tembok Situ Antap sibuk membuang genangan air di halaman depan rumahnya. Seperti yang dilakukan Nyonya Wati (45), warga yang tempat tinggalnya berjarak empat meter dari sisi selatan tembok situ.

“Setiap hujan lebat, saya harus siaga dan bersiap-siap mengangkut barang dagangan,” ujar Wati , yang membuka warung kelontong. Langkah antisipasi semacam itu dilakukannya karena, sejak Situ Antap ditembok tahun 2008, setiap kali hujan rumahnya tergenang air.

Nyonya Hom (40), tetangga Wati, mengatakan hal yang sama. “Sebelum situ ditembok dan diuruk, air got lancar. Setelah ditembok, air masuk dalam rumah,” katanya, sambil menunjukkan saluran air yang berjarak sekitar dua meter dari rumahnya.
Hom menambahkan, selama lebih kurang 12 tahun tinggal di tempat itu, belum pernah ia mengalami ketakutan seperti ini setiap musim hujan tiba.

“Sekarang setiap kali hujan saya harus waspada. Soalnya, saluran buangan air ke Situ Antap makin kecil. Apalagi kalau nanti sudah jadi perumahan, bisa-bisa saya dan warga di sekitar tembok kebanjiran. Kami takut air bah seperti yang terjadi di Situ Gintung,” tutur Hom.

Situ Antap, setelah ditembok

Situ Antap, setelah ditembok.

Banyak Kenangan
Situ Antap yang terbentuk secara alami menjadi penampungan air untuk kawasan sekitarnya. Di sisi timur, barat, dan selatan berupa dataran tinggi. Sementara sisi utara adalah dataran rendah dan tempat air mengalir menuju ke Kali Pesanggrahan, Bintaro, hingga daerah aliran sungai (DAS) Angke.

Dulu, air di Situ Antap lumayan jernih. Udaranya pun sejuk. “Saya sering memancing dan berenang,” kenang Saiman, yang sejak kecil tinggal bersama orangtuanya, petani penggarap di lahan milik negara itu. Kenangan serupa juga tidak bisa dilupakan Nana (47), warga RT 08 RW 02. “Saya suka bermain perahu bebek di danau. Sekarang anak-anak saya hanya bisa memandang tanah lapang. Entah kalau nanti terjadi banjir bandang, yang bisa kami lihat mungkin hanya penderitaan,” ucap Nana.

Sejak diuruknya Situ Antap, bukan hanya banjir yang ditakutkan warga. Mereka yang tinggal di dataran tinggi di sisi barat, timur, dan selatan situ mulai kekurangan air. Sebelumnya, cukup dengan sumur bor dengan kedalaman 10 meter warga sudah bisa mendapatkan air bersih. Belakangan ini mereka harus menggali lebih dalam lagi, minimal 20 meter. “Bagaimana kalau nanti situ itu sudah jadi perumahan? Mungkin yang ada kekeringan. Terus siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi kekeringan?” ucap Saiman.

Pengamatan menunjukkan, memang tampak beberapa mata air kecil di sekitar Situ Antap. Oleh karena itu, proses pengurukan tidaklah mudah. Apalagi Situ Antap sudah menjadi tempat penampungan air sejak zaman Belanda. Kondisi itu pun diakui Nukman, salah satu dari sekitar 40 kepala keluarga yang pernah menjadi penggarap lahan di sekitar situ. Mereka memanfaatkan tanah di sekitar situ yang subur dan berlimpah air dengan menanam pisang, sayur-mayur, bahkan beternak ikan.

Pada 30 April 2008, Pemerintah Kabupaten Tangerang secara resmi menggusur mereka dari tepian situ, dengan dalih pelestarian daerah tangkapan air. Namun, yang terjadi malah lahan itu direncanakan akan dikembangkan untuk membangun 100 unit rumah. Wajar kemudian jika bahaya banjir dan kekeringan mengintai warga di sekitar Situ Antap.

Kini, bagi Saiman, Nana, dan warga lainnya, memancing, main perahu bebek, atau beternak ikan hanya tinggal kenangan. Sementara ancaman banjir dan kekeringan bisa jadi kenyataan.

___
Foto: kompas.com


About the author

Avatar

akumassa

Program Pendidikan dan Pemberdayaan Media Berbasis Komunitas, atau biasa disebut AKUMASSA, adalah sebuah program pemberdayaan media yang digagas oleh Forum Lenteng sejak tahun 2008, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal di beberapa daerah di Indonesia untuk melaksanakan lokakarya dan memproduksi beragam bentuk media komunikasi (tulisan, gambar/foto, audio, dan video).

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.