Ketika Panti Asuhan Aria Putera masih ada, Ciputat memiliki terminal bus. Pada tahun 1988 PEMDA Kabupaten Tangerang mengalihfungsikan panti asuhan tersebut menjadi pasar, karena pada saat itu Ciputat telah menjadi pusat lalu lintas utama menuju kota Jakarta dan dinilai butuh sebuah pasar yang mapan dan efektif untuk menjadi sebuah pasar tradisional. Pada awal berdirinya, pasar ini hanya beroperasi dua minggu sekali, kemudian berkembang menjadi seminggu sekali, hingga kini menjadi 24 jam, dengan luas sekitar 70 meter.
Pasar Ciputat dahulu letaknya bertetangga dengan Masjid Agung Al Jihad. Memasuki periode 90-an Pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan Aria Putera. Sebelum Panti Asuhan Aria Putera dialihfungsikan menjadi Pasar Ciputat, PEMDA juga mengalihfungsikan terminal menjadi Pasar Ciputat. Kini, pasar yang dahulunya terminal itu telah berganti nama menjadi Pasar Biru dengan mayoritas pedagangnya adalah pedagang buah segar.
Pasar Biru berada di lorong tengah Pasar Ciputat yang menghubungkan jalan menuju Masjid Agung Al Jihad. Tidak heran bila Ciputat dikenal dengan kota yang kemacetan lalu lintasnya tinggi, karena Pasar Ciputat kini menjadi sangat luas. Hilangnya terminal yang pernah ada, membuat angkutan umum dan bus-bus kota seringkali mangkal lama di sepanjang jalan utama Ciputat.
Wilayah Pasar Ciputat meliputi Masjid Agung Al Jihad, Kantor Ranting Veteran, Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar Ciputat kini terus berkembang seiring dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri. Contohnya dengan kehadiran fly-over yang dibangun pada 2007, memberikan respon yang positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi Ciputat. Hal lainnya adalah adanya kantor Pegadaian di pinggir pasar. Ironisnya, kini Pasar Ciputat diwarnai dengan hadirnya mini market seperti Alfa Mart dan Alfa Midi di tengah-tengah pasar. Bagi pedagang sayur, buah, kain, dan daging, kehadiran mini market tersebut tidak begitu merugikan mereka, namun beda halnya dengan para pedagang bahan pokok, mereka merasa dengan adanya mini market, karena sebagian konsumen menjadi malas untuk berbelanja di Pasar Ciputat yang merupakan pasar tradisional.
Di sekitar Pasar Ciputat juga terdapat pusat-pusat perbelanjaan seperti Ramayana dan Plaza Ciputat. Walaupun banyak anggapan berbelanja di pasar modern lebih nyaman, namun nyatanya Pasar Ciputat sebagai pasar tradisional tetap memiliki konsumennya sendiri, karena Pasar Ciputat sudah terkenal sebagai sentral perbelanjaan bagi masyarakat sekitar. Tidak sedikit masyarakat yang tinggal di luar Ciputat mendatangi pasar ini. Seperti ibu saya, memilih berbelanja di Pasar Ciputat selain faktor harga yang relatif murah, negosiasi antara penjual dengan pembeli pun terjadi begitu hangat. Pengalamanku yang sering kali menemani ibu berbelanja di Pasar Ciputat menjadikan aku merasa ketergantungan belanja di pasar ini. Ketika itu aku membeli beberapa kilogram buah mangga, pedagangnya ramah dan sopan, bahkan aku dipilihkannya buah yang matang dan manis rasanya, selain itu aku ditambahkan jumlah buah yang aku beli setelah menawar harga. Pedagang buah itu sama sekali tidak merasa keberatan ketika aku menawar harga buah yang aku beli sekitar 2 kilogram itu.
Selain kemacetan, masalah yang kerap kali timbul karena pasar ini adalah TPS (Tempat Pembuangan Sampah) yang berada di pinggir jalan dan menyatu dengan lantai dasar Pasar Ciputat. Aromanya sangat menyengat hingga mengganggu pengguna jalan, apa lagi di depan TPS tersebut terdapat sebuah sekolah yang di sekitarnya banyak penjual makanan. Sampah dari dan sekitar Pasar Ciputat yang dikumpulkan di TPS ini dibersihkan dan di angkut oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Tetapi setiap kali aku melintasi TPS ini disaat pagi dan sore, tidak pernah dalam sehari pun aku melihat TPS itu bersih dari sampah. Pasti selalu saja ada sampah yang menumpuk meninggalkan baunya seolah tak terurus. Aku merasa terganggu dengan keadaan TPS pasar Ciputat yang bau dan mengganggu jalan di sekitar pasar itu.
Pasar Ciputat sudah banyak mengalami kemajuan seiring dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Hal lain yang tidak lepas dari permasalahan Pasar Ciputat yang menyebabkan kemacetan adalah pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan Pasar Ciputat. Sebelum Pasar Ciputat menjadi Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini menikmati jualan mereka karena tidak ada yang mengusik, namun setelah pembentukan Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini selalu mengalami penggusuran lahan pada pagi hari pukul 06.00-09-00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00-18.00 WIB. Pengawasan Satpol PP setiap hari menjadi momok menakutkan bagi mereka sebagai pedagang kaki lima karena akan berpangaruh terhadap penghasilan mereka.
Pasar Ciputat yang berdiri tiga lantai ini dipadati oleh pedagang yang berasal dari berbagai wilayah, namun mayoritas berasal dari Ciputat dan sekitarnya, walaupun tidak sedikit juga pedagang yang berasal dari luar Jakarta, seperti Padang, Banten, Jawa, dan lain-lain. Lantai satu Pasar Ciputat banyak diisi oleh pedagang sembako dan sayur, lantai dua diisi oleh pedagang baju, sepatu, dan toko kain, sedangkan pada lantai tiga hampir sama dengan lantai dua yang kebanyakan pedagangnya penjual baju, sepatu, pakaian dalam, kain, dan kerudung. Di lantai tiga pasar ini masih banyak kios-kios kosong yang menunggu untuk ditempati.
__
Foto : Mufti Al Umam
luas=panjang x lebar = meter persegi,
hdirnya,
mangkal,
lenih,
2kg,
Kota Tangeran Selatan
menarik, tapi kenapa setelah ada flyover ciputat tetep macet??? apa ada kaitanya dengan tata ruang kota yang berantakan???
Dah mulai bgus ni foto2ny…
Mantap…!!
Like this,,,
Nah kan jd pmbaca bsa kut merasakan or dpet feelny dgn mlihat foto2ny…. ^^
Slamat y…
pasar ciputat dan amoyy..
sesuai fakta bener tuh moy walaupun w jarang bgt kesana.. smogaa dah lingkungan nya jadi lbh bersih..gad sampah” betumpuk di tps lagii..moga ga macet lagii.. biar ga ganggu aktifitas orang”..
kenapa permasalahan yg selalu muncul di setiap pasar adalah “sampah”
????
salam hangat,
untuk para pedagang, mungkin kami bagaikan momok, tapi cobalah liat dari sudut pandang yang sedikit berbeda, kami menjadikan jam2 sibuk tersebut untuk memaksimalkan fungsi jalan yang sebenarnya. dan kalo boleh sedikit membuka mata, mereka berjualan di badan jalan, dimana badan jalan bukanlah tempat untuk berjualan. cobalah tengok ke dalam pasar karena ada 1300 lebih kios tebengkalai di dalam pasar, cobalah mereka sadar dan mau masuk ke dalam pasar, pasti kemacetan tidak akan pernah terjadi, dan kami tidak perlu melakukan penertiban.
maaf sebelumnya…sepertinya kamu sgt senang dgn adanya pasar ciputat ini y?klo mnurut saya langkah pemerintah dgn mngubah terminal dan panti asuhan mnjadi sebuah pasar adalah langkah yg salah dan fatal.karena mnyebabkn kmacetan dan bnyk lagi.Shrusnya dahulu pemerintah mmbuat pasar sedikit ke dalam, dan mmbuka lahan baru utk pasar dan tentunya tidak mengganggu teriminal.Memang sbuah pasar tradisional itu pnting namun pntingnya sbuah terminal tdk dpt diabaikan!Karena meski bagaimanapun Ciputat adalah lokasi pnghubung jakarta dan kota lainya, dan sangat diperlukannya sbuah terminal.Karena akibatnya adlh sprti skrng.Solusinya adlh shrsnya pasar yg skrng dialihkan ketmpt lain.Dan dgn prtimbangn tmpt trsbt strategis baik utk penjual dan pembeli.Dahulu pemerintah mnjadikan terminal trsbut adlh krna pertimbangan bahwa ciputat adlh tmpt lalu lintasnya org ke jakarta, dan akan baik kalau ada sbuah pasar yg mnjalankn perekonomian di Ciputat.Namun pemerintah mngbaikan faktor transportasi, prtumbuhan penduduk dan peradaban yg terjadi dlm masyarakat..