Padangpanjang, Sumatera Barat

Sebuah Kabar Yang Terekam Tentang Pembukaan Pameran Video, Foto, Komik +audio Sarueh “Rekam Kita”

“…Perlu bagi kita tentang sejarah, terutama tentang sejarah Padang Panjang yang perlu kita buat rekamannya dan kita visualkan seperti cara ini yang sangat menarik dan tidak hanya menonton dengan monoton. Untuk itu saya menyampaikan apreasiasi yang besar terhadap komunitas Sarueh. Selamat untuk komunitas Sarueh, teruskan kreatifitas ini dan saya siap untuk mendorong ini.”

[ Edwin Anas, Wakil Wali Kota Padang Panjang ]

Setelah sukses memutarkan karya video akumassa Padang Panjang pada Februari 2009 di Bioskop Karia Padang Panjang. Pada 11 – 14 Juli 2011, Sarueh kembali mencatat sejarah di kota Serambi Mekah Padang Panjang dan juga di wilayah Sumatra Barat.

Dengan segala kekurangan dan kerbatasan, Sarueh memulainya dengan sebuah usaha dan semangat bersama, pameran “Rekam Kita” hadir sebagai pameran video dan komik dan audio pertama di Padang Panjang, Sumatra Barat, dan ke dua di Sumatra setelah pameran Seni Media Baru di Universitas Negeri Medan yang diselenggarakan oleh Forum Lenteng Jakarta dan Ruang Rupa Jakarta. Selain itu, pameran “Rekam Kita” juga pameran perdana bagi Sarueh sendiri di tempat Sarueh didirikan.

Pameran “Rekam Kita” adalah sebuah upaya yang dilakukan Sarueh untuk mendokumentasikan realitas keseharian yang sangat dekat dengan keberadaan Sarueh. Dokumentasi yang dilakukan tidak hanya sebatas merekam saja, tetapi juga merupakan sebuah representasi keseharian yang dibekukan dengan beberapa medium seperti gambar (komik), video, audio, dan foto yang telah diinterpretasikan secara estetis dan berada dalam wilayah tataran artistik.

Sejak pertama berdiri (Oktober, 2008) hingga sekarang, Sarueh hidup, bergerak, dan berkembang di sekitar kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Oleh sebab itu, karya-karya yang akan dipamerkan dalam “Rekam Kita” adalah narasi-narasi kecil yang ada di dalam dan di luar realitas keseharian kampus ISI Padangpanjang, dengan radius 100 meter. Karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil workshop internal Sarueh yang mendayagunakan fasilitas koleksi filem video di perpustakaan Sarueh dan teks kajian tentang filem video, yang telah dipilih secara bersama sejak pertengahan Juni hingga minggu pertama Juli.

Kemudian Sarueh juga mengundang seniman asal Ceko yang juga merupakan darmasiswa ISI Padang Panjang, yaitu Kristyna, dan salah seorang dosen Institut Seni Indonesia Padang Panjang, yaitu Wisnu Prastawa untuk ikut berpratisipasi dalam pameran “Rekam Kita”.

Rencana lokasi pembukaan Pameran "Rekam Kita"

Sehari sebelum pembukaan pameran, perasaan saya dan teman-teman Sarueh cukup senang melihat Padang Panjang tidak disinggahi oleh hujan. Akan tetapi pada pagi hari pembukaan, Senin (11/07), rintikan hujan lebih dulu hadir sebagai tamu pertama. Setelah matahari lewat dari jam 12 siang, hujan masih belum beranjak meninggalkan Padang Panjang. Meskipun hujan tidak masuk untuk melihat karya-karya yang dipamerkan di dalam Kediaman Rumah Sarueh,  perasaan cemas mulai menyertai kami karena perencanaan pembukaan yang diselenggarakan di ruang terbuka, yaitu di samping kediaman rumah Sarueh, tepatnya di dekat kebun milik Buk En (pemilik warung di depan rumah Sarueh) akan tinggal sebagai perencanaan.

Hingga pukul 14.00 WIB, empat buah trap yang dipinjam dari Jurusan Teater ISI Padang Panjang yang digunakan untuk kebutuhan panggung, empat buah ampli (gitar dua buah, vocal, bas) yang dirental dari seorang teman, satu buah tenda yang dirental dari salah satu pelaminan di Padang Panjang serta 35 kursi yang telah tersusun rapi tampak sepi dan tanpa satupun orang yang berada di sana. Senyum kemurungan mulai mendekati kami, karena satu jam lagi pembukaan akan dimulai. Jika hujan masih belum pergi dan pembukaan tidak jadi, setidaknya kami telah menikmati proses yang dilewati. Dan mungkin hujan adalah tamu yang tidak kami kirimkan undangan, hadir memberikan apresiasi yang sangat tinggi untuk pameran “Rekam Kita”.

Sekitar pukul 14.29 wib, saya cukup kaget menerima SMS dari Ajudan Wakil Wali Kota Padang Panjang, bernama Tedi, dan pesannya seperti ini: “David. Kalo persiapan dIsi dah oke. Tolong kbr’a. Dtunggu.” Karena saya pikir kalau Bapak Edwin Anas, Wakil Wali Kota Padang Panjang yang telah Sarueh undang, mungkin tidak jadi datang karena hujan. Tapi saya masih harus berpikir SMS balasan apa yang harus saya kirim.

Sebelum pukul 14.00 wib, Wendi HS vocalis grup akustik RJM yang Sarueh undang untuk tampil pada pembukaan telah datang ke Kediaman Rumah Sarueh mengabari kalau teman-teman RJM telah siap untuk kembali menyanyikan lagu Rang Mudo Aie Aji untuk mengapreasiasi pembukaan pameran “Rekam Kita”. Karena kami hanya mampu merental satu tenda dan tidak semua kursi-kursi yang kami susun terlindungi oleh hujan. Terpaksa saya mengatakan, “wak tunggu hujan agak taduh bang” (“Kita tunggu hujan sedikit reda, Bang.”)

10 menit setelah saya menerima SMS dari Ajudan Wakil Wali Kota Padang Panjang, saya mendapat panggilan telepon dari Keron, pemain bass grup akustik RJM mengabari hal yang sama. Dan saya masih terpaksa untuk mengatakan hal yang sama.

Sekitar pukul 15.08 yang seharusnya pembukaan sudah dimulai, Ajudan Wakil Wali Kota Padang Panjang kembali mengirimkan SMS: “Bagaimana vid persiapan’a?” Pada SMS ke dua, saya baru memberitahukan pada Harryaldi Kurniawan, Direktur Program pameran “Rekam Kita” dan teman-teman Sarueh lainnya. Kemudian Harryaldi memberikan saran, “Baa kalo pembukaan wak buek di dalam se..?” (“Bagaimana kalau pembukaan kita selenggarakan di dalam saja..?”)

Pembacaan puisi oleh Feri

Dan juga melihat beberapa teman-teman mahasiswa dari jurusan Seni Murni, jurusan Seni Teater, jurusan Seni Musik ISI Padang Panjang serta beberapa dosen dari Jurusan Seni Murni, Jurusan Teater ISI Padang Panjang sudah datang tapi masih berada di luar karena mungkin masih tampak ragu kalau pembukaan jadi atau tidak. Feri, mahasiswa Jurusan Teater ISI Padang Panjang yang diminta langsung oleh Harryaldi untuk membacakan puisi juga cukup lama berada di luar.  Kami semua saling pandang,  senyuman kemurungan kembali memotivasi semangat bersama kami lagi, kalau pembukaan harus tetap diselenggarakan. Kami semua menerima saran yang diberikan Harryaldi. Dan saya langsung menghubungi RJM untuk ke Sarueh kemudian mengirimkan SMS pada Ajudan Wakil Wali Kota Padang Panjang kalau pameran “Rekam Kita” akan segera dimulai.

Grup Musik RJM

Meskipun terlambat satu setengah jam dari waktu yang telah ditentukan dan tidak begitu banyak orang yang datang dengan kesederhanaan pembukaan pameran perdana Sarueh yang digiring oleh MC Rudi, penyiar Radio TOP FM Padang Panjang yang telah datang sebelum pukul 12.00 wib, serta penampilan musik grup akustik RJM, pembacaan puisi dari Feri, dan dibuka  oleh Edwin Anas, Wakil Wali Kota Padang Panjang sungguh memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa terhadap proses yang selama ini kami lakukan.

Wakil Walikota Pandang Panjang, didampingi oleh David dan Ibu

Kemudian Wakil Wali Kota Padang Panjang juga menyampaikan apreasiasi untuk Sarueh:

“Pada hari ini saya sangat kaget sekali, dengan kreasi yang serba terbatas, tetapi penuh inovatif, saya tidak mengira dan menyangka ternyata televisi bisa juga dijadikan seni dan sebelumnya belum terfikirkan oleh kita, kemarin yang terfikir oleh saya sewaktu diskusi dengan Pak Rustim (dosen Jurusan Televisi Film Institut Seni Indonesia Padang Panjang.red) hanya membuat televisi komunitas, tapi ada produk-produk lain yang bisa kita buat seperti Rekam Kita. Perlu bagi kita tentang sejarah, terutama tentang sejarah Padang Panjang yang perlu kita buat rekamannya dan kita visualkan seperti cara ini yang sangat menarik dan tidak hanya menonton dengan monoton. Untuk itu saya menyampaikan apreasiasi yang besar terhadap komunitas Sarueh. Selamat untuk komunitas Sarueh, teruskan kreatifitas ini dan saya siap untuk mendorong ini.”

Menyaksikan penampilan Grup Musik RJM

Selain itu Wakil Wali Kota Padang Panjang juga merasa senang dan sangat suka dengan penampilan grup akustik RJM yang memperkenalkan lagu-lagu Minang dengan kreasi musik yang ada unsur Jazz dan Rage-nya. Serta pembacaan puisi dari Feri, Wakil Wali Kota Padang Panjang juga menyampaikan, “Banyak bakat-bakat bagus dari Institut Seni Indonesia Padang Padang yang harus dikembangkan, dan diperkenalkan pada publik secara luas.”

Wakil Walikota Padang Panjang sedang menyaksikan karya Affan Jaya Rahman

Pembukaan pameran “Rekam Kita” yang kami bayangkan tidak jadi terlaksana karena hujan yang sudah begitu akrab untuk berlama-lama di Padang Panjang, akhirnya dapat terselenggara dengan baik. Akan tetapi untuk Open House yang direncanakan sampai hari Kamis (14/07), kami tidak bisa mempertahankan artistik ruangan hingga selesai. Karena Sarueh belum punya in-focus, satu persatu in-focus sebanyak tiga unit yang Sarueh pinjam sana-sini harus berkurang setiap harinya.

Pada hari ke dua pameran, Sarueh harus mengembalikan in-focus yang dipinjam dari Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang. Kebetulan in-focus tersebut memutar karya saya, terpaksa digabung dengan karya Fadly Nasrul. Pada hari ke tiga pameran, giliran in-focus milik Bagian Umum Pemerintahan Kota Padang Panjang yang harus dikembalikan. Terpaksa lagi, video dokumentasi “Sarueh Ngobrol Bareng Kristyna, Rita, Jackie” tidak bisa diputar. Pada hari ke empat, tidak ada lagi in-focus. Karena in-focus ke tiga yang memutarkan karya saya dan Fadly Nasrul harus dikembalikan ke SMUN 1 Padang Panjang. Sarueh memohon maaf sekali atas ketimpangan artistik ruangan yang terjadi untuk tamu yang datang. Tapi Sarueh mengucapkan terimakasih pada Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang, Bagian Umum Pemerintahan Kota Padang Panjang, SMUN 1 Padang Panjang yang telah meminjamkan in-focus untuk keberlangsungan Pameran “Rekam Kita”.

Tidak lupa, kami dari Sarueh menyampaikan ucapan terimakasih untuk teman-teman media di Sumatra Barat, TOP FM Padang Panjang, Radio PCA Padang Panjang, Bahana FM Padang Panjang, Triarga TV Bukitinggi, Bukittinggi [Bi] TV,  Padang TV, surat kabar Haluan Padang, surat kabar Singgalang Padang, dan surat kabar Padang Ekspres yang bisa hadir dan yang berhalangan hadir. Rasa terimakasih untuk grup akustik RJM, Feri jurusan Teater ISI Padang Panjang, Rudi penyiar Radio TOP FM Padang Panjang yang bersedia tampil mengapreasiasi pada pembukaan. Dan ungkapan terimakasih untuk Bapak Edwin Anas, Wakil Wali Kota Padang Panjang serta ajudannya yang telah menyempatkan diri untuk hadir. Kemudian rasa terimakasih untuk semua tamu yang telah datang.

Selamat untuk teman-teman Sarueh atas proses yang telah dilakukan. Kemudian perasaan yang paling membuat saya bahagia adalah kedatangan Mama dan Papa saya tercinta yang datang dari Padang untuk melihat pameran “Rekam Kita”.

About the author

Avatar

David Darmadi

David Darmadi lahir pada tanggal 7 Desember 1987 di Padang. Kuliah di Institut Seni Indonesia Padang Panjang sejak tahun 2007 dan merupakan salah satu pendiri komunitas Sarueh Padang Panjang. Dia mulai menulis dalam jurnal akumassa.org pada Februari 2009. Ia juga aktif dalam berbagai macam workshop dan pameran video, baik nasional maupun internasional.

4 Comments

  • Salut untuk temen2 sarueh, dengan segala kesederhanaan yang ada tetapi tercermin semangat yang “tidak sederhana”, terbukti dengan dukungan kawan2 media massa yang meliput acara ini, kehadiran Bpk Wakil Walikota juga merupakan wujud dorongan dan respon positif pemerintah daerah, Maju terus pantang mundur, mari kita wujudkan kreatifitas yang nyata !

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.