Beberapa hari yang lalu Komunitas Sarueh mengadakan acara diskusi santai di tiga tempat, yaitu di KSBJ (Komunitas Seni Berjalan) Trotoart-Padang, Andalas Sinematografi, dan Unit Kegiatan Filem Foto UNP (Universitas Negeri Padang). Acara ini digelar untuk berbagi pengalaman seputar pameran akumassa di Images Festival yang sempat dihadiri oleh salah satu anggota Sarueh, David Darmadi.
Setelah berkerumun hujan dari Padangpanjang menuju kota Padang yang harus menempuh waktu sekitar satu setengah jam, kami sampai di tempat kunjungan pertama di Sekretariat Komunitas Trotoart. Setiba di sana, seperti yang sudah direncanakan, sebelum ngobrol bareng dimulai kami terlebih dahulu memutarkan foto-foto dokumentasi David Darmadi bersama Hafiz (Ketua Forum Lenteng) selama tiga minggu berada di Images Festival, Toronto, Kanada.
Kemudian dilanjutkan dua video wawancara Hafiz dan Scott Berlly, Direktur Images Festival sebagai pengantar obrolan seputar akumassa dan Images Festival. Diiringi dengan suara hujan, presentasi tentang akumassa disambut baik oleh teman-teman Trotoart. Beberapa pertanyaan muncul, seperti; bagaimana cara kerja akumassa dalam membangun jaringan sehingga bisa menjadi besar seperti saat ini. Sempat ada asumsi dari mereka bahwa komunitas dampingan akumassa seperti Sarueh dan delapan komunitas lainnya bekerja di bawah perintah Forum Lenteng. Perlahan kami pun mencoba untuk meluruskannya bahwa sistem kerja berjejaring akumassa dengan komunitas di 9 lokasi tersebut bersifat egaliter kedudukannya. Pada awalnya program akumassa memang digagas oleh Forum Lenteng, tapi setiap komunitas dampingan diberi kebebasan untuk mengembangkan akumassa dengan cara mereka sendiri. Dan karena akumassa adalah program pemberdayaan masyarakat dan berkelanjutan, maka setiap komunitas dampingan tetap diberi support untuk dapat berkembang dengan program-programnya sendiri. Seperti dalam waktu dekat ini, Forum Lenteng akan mengirimkan “Buku Untuk Semua” ke 9 komunitas jejaring akumassa. Selain itu Forum Lenteng juga memperkenalkan jaringan mereka dengan komunitas dampingan. Sehingga komunitas dampingan dapat membangun jaringan sendiri lewat program yang dibuat.
Sebelum David Darmadi mendapat kesempatan untuk hadir dalam Images Festival, kawan-kawan di Forum Lenteng mengadakan kompetisi terbatas bagi para anggota komunitas dampingan akumassa. Kompetisi itu mengharuskan setiap kompetitor untuk membuat tulisan, video, serta menjawab beberapa pertanyaan seputar pemahamannya terhadap akumassa. Kemudian terpilihlah David Darmadi.
Obrolan semakin seru. Rasa penasaran mulai tertuju tetang Images Festival. Riswandi Sudarsho Kiwiok (Kiwi), pendiri Komunitas Trotoart ikut serta menanyakan, seperti apa standar karya di Images Festival. Pertanyaan yang menarik tapi membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membahasnya, karena terkait dengan banyak hal.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video akumassa, Nyanyian Indiana Café, dan satu filem yang lolos seleksi di Images Festival berjudul The Future’s Getting Old Like the Rest of Us. Namun sangat disayangkan, karena terjadi kesalahan teknis, filem tersebut hanya bisa ditonton pada menit pertama. Sehingga keinginan Sarueh untuk meperlihatkan seperti apa standar karya yang ditayangkan, terpaksa teman-teman Trotoart hanya bisa membaca dari katalog Images Festival 2011 yang Sarueh berikan.
Esok harinya pertemuan dengan UKFF (Unit Kegiatan Film Fotografi) UNP diadakan. Sesampainya di sana kami disambut dengan senyum ramah. Rencana pertemuan hari itu adalah pertemuan langsung dengan UKFF dan Andalas Sinematografi (Unand Padang). Acara yang dijadwalkan pukul 15:00 WIB dimulai dengan perkenalan masing-masing dari kami dan dari anak-anak UKFF. Sesuai dengan perencanaan yang akan di bicarakan. Selesai memutar video wawancara Hafiz dan Scott. Obrolan yang dinahkodai oleh salah satu anggota Sarueh, Haryaldi Kurniawan, berlangsung semakin seru setelah M. Fandi Taufan selesai mempresentasikan tentang akumassa. Setengah jam berlalu dengan cepat. Kemudian teman-teman dari Andalas Sinematografi yang berjumlah sekitar 15 orang datang dan ikut menghangatkan obrolan dalam ruangan berukuran kira-kira 4×3 meter.
Acara ngobrol bareng ini sebenarnya direncanakan akan diadakan pada tiga tempat, yaitu di Trotoart pada 29 April 2011, di Andalas Cinematografi pukul 10:00 WIB 30 April 2011, dan pukul 15:00 WIB di Sekretariat UKFF. pada hari yang sama. Namun, karena kesalahan komunikasi antara Komunitas Sarueh dan Andalas Sinematografi, maka pertemuan akhirnya hanya di lakukan di Trotoart dan UKFF UNP Padang.
Sambil menikmati beberapa potong kue ulang tahun UKFF yang berlangsung dua hari sebelum Sarueh datang, kami meneruskan perbincangan dan dilanjutkan dengan memutar karya video dan filem seperti pertemuan di Trotoart sebelumnya. Untunglah kali ini filem yang lolos seleksi di Images Festival dapat diputar.
Perbincangan semakin seru ketika kami saling bersahutan pertanyaan tentang akumassa dan disambut dengan saling berbagi curhat tentang komunitas mengenai keluhan dan kendala masing-masing. Antara lain mengenai kendala jaringan dan pembangunan komunitas. Kami juga saling berdiskusi tentang bagaimana membangun sebuah komunitas yang baik dan dapat berkembang.
Sama seperti hari sebelumnya, obrolan hari itu kembali ditutup dengan hujan lebat. Sebelum pulang tak lupa kami menyempatkan untuk berfoto dengan dua komunitas tersebut sambil berjanji akan terus membangun komunikasi yang baik untuk pembelajaran ke depan.
Foto Oleh : Yopi
terima kasih telah berbagi, banyak pelajaran yg bisa diambil dari diskusi yang telah diadakan Sarueh.. http://trotoart8.blogspot.com/