Jurnal Kecamatan: Genteng Kota: Surabaya Provinsi: Jawa Timur

Roadshow ARKIPEL Di Surabaya

Seorang penonton menyaksikan filem "Momentum".
Avatar
Written by Afrian Purnama

Tanggal 22 November, 2013, adalah hari penting bagi kami, orang-orang yang terlibat dalam ARKIPEL. Pada tanggal tersebut, kami menyelenggarakan roadshow ARKIPEL untuk yang pertama kali di Surabaya, tepatnya di Aiola Eatery, Jalan Slamet, No 16, Kecamatan Genteng. Roadshow ini bertujuan untuk memperkenalkan ARKIPEL pada masyarakat di luar Jakarta.

Roadshow Arkipel Di Surabaya_01

Sebagai festival filem dokumenter dan experimental pertama di Indonesia, yang diselenggarakan oleh Forum Lenteng, salah satu tujuan utama penyelenggaraan ARKIPEL adalah melakukan distribusi pengetahuan kepada khayalak ramai tentang apa itu experimentasi di dalam filem, dan memperkenalkan bentuk lain dari filem sehingga penonton juga memiliki alternatif tontonan selain filem-filem bermodal besar yang ramai diputar di banyak bioskop. Kegiatan roadshow ini berisi pemutaran filem-filem yang masuk seleksi ARKIPEL 2013, dan beberapa filem indonesia yang menurut kami layak untuk ditayangkan dan diperbincangkan. Selain pemutaran, kami juga menyediakan wadah bagi para penonton untuk berdikusi, yang dikemas ringan namun hangat. Kegiatan ini diwakili oleh Jayu, sebagai koordinator lapangan, dan dua kurator ARKIPEL, yaitu Bunga Siagian dan saya sendiri, Afrian Purnama.

Spanduk publikasi filem pada acara roadshwo Arkipel di depan Kafe Aiola, Surabaya.

Spanduk publikasi filem pada acara roadshwo ARKIPEL di depan Kafe Aiola, Surabaya.

Roadshow ARKIPEL yang pertama ini banyak dibantu oleh Komunitas Kinetik, selaku tuan rumah. Selain menyediakan tempat dan promosi di wilayah setempat, banyak kejadian tidak terduga, yang awalnya meresahkan, tapi teratasi berkat teman-teman dari Kinetik. Yang masih segar diingatan saya adalah saat laptop yang digunakan sebagai media pemutar dan penyimpanan filem berformat digital yang tidak bisa terkoneksi dengan proyektor. Hal ini karena proyektor yang digunakan tidak memiliki soket kabel berformat DVI, sementara kabel firewire dari laptop berformat DVI, sehingga tidak cocok dengan format lubang dari proyektor yang hanya mengenal soket berbentuk VGA. Dibutuhkan konektor khusus untuk menyamakan perbedaan ini. Sayangnya, konektor yang dibutuhkan tidak tersedia, atau pada saat itu, belum tersedia. Sebagai solusi darurat, kawan dari Kinetik menawari penayangan menggunakan laptop mereka. Jadi, sebelum penayangan, filem-filem dari laptop ARKIPEL dipindahkan dulu, dan diatur kembali urutan penayangannya. Karena permasalahan teknis tersebut, jadwal penayangan, yang harusnya pukul 7 sore, harus tertunda 35 menit.

Roadshow Arkipel Di Surabaya_03

Roadshow Arkipel Di Surabaya_04

Selain hal teknis seperti yang saya ceritakan itu, kami dan kawan-kawan dari Kinetik juga disibukan dengan hal-hal yang sepele, tetapi penting untuk publikasi umum, yaitu pemasangan atribut berupa standing banner dan spanduk di sekitar lokasi penayangan. Tempatnya sendiri berada di luar Aiola Kafe, tapi tidak misbar (gerimis-bubar—red). Empat baris pertama tempat duduk beratapkan terpal, namun kokoh karena disokong banyak fondasi di tiap sudut dan sisinya. Sementara itu, beberapa tempat duduk yang lain berada agak menjorok ke pintu keluar, disusun melingkar mengikuti meja dan diatapi oleh payung besar.

Suasana kafe saat penayangan filem.

Suasana kafe saat penayangan filem.

Setelah semuanya siap, Yoyok, selaku MC dan moderator saat diskusi, memperkenalkan para kurator yang diminta maju untuk memberikan sambutan pertama perihal festival dan filem-filem yang akan diputar.

Filem yang pertama kali diputar adalah kompilasi dari beberapa filem yang ditayangkan saat pembukaan Festival ARKIPEL. Kompilasi ini berisi 5 filem pendek, yaitu Tears Of Inge yang disutradarai oleh Alisi Telengut, J. Werier oleh Rhayne Vermette, Momentum oleh Boris Seewald, Les fantômes de l’escarlate oleh Julie Nguyen Van Qui, dan Hermeneutics oleh Alexei Dmitriev. Lalu kami juga memutar beberapa filem pendek Indonesia, diantaranya Keputusan Di sungai Ciujung yang disutradarai oleh Syaiful Anwar, Nona Kedi yang tak Pernah Melihat Keajaiban, dan Sore hari oleh Andrie Sasono

Karena tempat pemutarannya yang outdoor, roadshow ARKIPEL menjadi daya tarik unik bagi orang-orang yang kebetulan lewat, dan orang orang yang memang biasa nongkrong di situ. Beberapa anak muda yang berkelompok, kira-kira 5 orang, awalnya mereka duduk di dalam kafe, tapi ketika filem ditayangkan, mereka tertarik untuk melihat dan berpindah ke luar. Lalu, ada beberapa tukang ojek yang biasa mangkal di depan Aiola, juga ikut menonton sambil berdiri, dibatasi pagar sembari menjaga motor dan menunggu penumpang. Juga ada beberapa orang yang tinggal di daerah itu yang duduk di tangga luar rumah mereka untuk menyaksikan filem dari seberang jalan. Akipel, dalam hal ini, berhasil mewujudkan tujuannya, yaitu sebagai tayangan alternatif masyarakat.

Saat pemutaran hari pertama saya duduk di sebelah kiri, mendekati pagar dekat dengan deretan tukang ojek yang mangkal sambil nonton di balik pagar. Karena dekat, saya bisa sedikit mencuri dengar komentar-komentar mereka. Beberapa yang masih saya ingat adalah komentar sesaat setelah J. Werier diputar, dari kiri sayup-sayup terdengar “Opo iki…?”.

Seorang penonton menyaksikan filem "Momentum".

Seorang penonton menyaksikan filem “Momentum”.

Setelah filem terakhir, Sore Hari, Yoyok mempersilahkan saya dan Bunga untuk menjadi pembicara diskusi. Beberapa pertanyaan yang dilontarkan berupa seputar Festival ARKIPEL, seperti tentang apa yang melandasi terbentuknya ARKIPEL, apa tugas kurator, berapa banyak filem yang masuk seleks, hingga pertanyaan seputar filem-filem yang diputar sebelum diskusi.

Bunga (kiri) dan saya ketika sedang berbicara pada sesi diskusi.

Bunga (kiri) dan saya ketika sedang berbicara pada sesi diskusi.

Pemutaran pada hari kedua tidak berbeda dengan hari pertama, diisi semuanya oleh filem-filem berdurasi singkat dari Indonesia, diantaranya adalah Canggung yang disutradarai oleh Tunggul Banjaransari, lalu Halaman Belakang oleh Yusuf Radjamuda, Kelas 5000-an oleh Nur Jihad Ajie, Kamu Dikanan Aku Senang oleh BW Purba Negara dan The Flaneurs #3 oleh Aryo Danusiri. Pemutaran dimulai pada pukul 07.30 dan diputar dengan laptop dari ARKIPEL karena konektor dari DVI ke VGA sudah tersedia.

Roadshow Arkipel Di Surabaya_08

Suasana ketika pemutaran di hari kedua.

Suasana ketika pemutaran di hari kedua.

Sesi pemutaran hari kedua juga ditutup dengan diskusi ringan. Hanya saja, lebih sepi dan lebih singkat dari pertama. Karena minimnya pertanyaan dari penonton, saya dan Bunga bercerita pengalaman kami mengurus ARKIPEL saat Bulan Agustus, 2013, kemarin.

Roadshow Arkipel Di Surabaya_10

Satu hal yang menarik dalam roadshow dua hari itu adalah antusiasme penontonnya. Entah siapa yang memulai, saat penayangan, satu filem ke filem lain dipisahkan oleh sekat waktu selama lima detik. Jeda waktu ini dimanfaatkan oleh penonton untuk menilai bagus tidaknya filem yang baru saja selesai dengan tepuk tangan. Saya mendapat kesan bahwa jika semakin ramai tepuk tangannya, berarti semakin bagus filem itu. Beberapa filem yang dianugrahi tepuk tangan meriah adalah Momentum, Les fantômes de l’escarlate, Hermeutic, Keputusan Di sungai Ciujung, Nona Kedi Yang Tidak Pernah Melihat Keajaiban, Halaman Belakang, dan Kamu Dikanan Aku Senang. Sementara itu, filem-filem lainnya tidak dirayakan dengan tepuk tangan semeriah filem-filem tersebut, tepuk tangannya hanya sebatas penghormatan.

About the author

Avatar

Afrian Purnama

Afrian Purnama, lahir di Jakarta, 1989. Dia adalah lulusan Universitas Bina Nusantara, jurusan Ilmu Komputer. Memiliki hobi menonton filem. Saat ini dia aktif di Forum Lenteng, dan merupakan salah satu kurator di Arkipel pada tahun 2013.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.