1. Foto Buya Pariaman
Foto tiga orang kakek tua menjadi karakteristik tersendiri bagi kebanyakan rumah makan orang Pariaman. Tiga orang tersebut merupakan tokoh terkemuka di masyarakat. Mereka adalah Tuanku Buya Shaliah, Syekh Burhanudin, dan Syekh Ismail. Orang Pariaman menjadikan foto-foto tersebut sebagai pawang untuk menolak bala bencana dan supaya barang dagangan cepat laku. Foto ini tidak boleh digandakan, diperjualbelikan pada sembarang orang dan hanya dimiliki oleh keluarga yang masih saudara dengan para tokoh tersebut.
2. Babi vs Anjing
Dengan iuran sukarela, para pemburu di Kampung Jambak membeli seekor babi seharga Rp.200.000,- untuk melatih anjing buru mereka. Kegiatan ini diadakan 3 kali seminggu dan diikuti sekitar 15 ekor anjing. Masyarakat pun antusias menyaksikan kegiatan ini, mulai orang dewasa hingga anak-anak sorak sorai melihat babi terikat dan dikeroyok oleh anjing-anjing pemburu. Di Kampung Jambak ada seekor anjing yang paling buas diantara yang lain. Namanya “Coy”, anjing berumur tiga tahun ini berbulu putih kecokelatan.
3. Penambang Batu Kapur
Proses pengolahan batu kapur di kaki bukit telah berlangsung bertahun-tahun yang lalu. Kegiatan ini telah menjadi rutinitas harian warga sekitar. Pekerjaan penambang batu kapur terdiri dari kaum wanita dan lelaki dengan pembagian kerja yang jelas. Dari kegiatan harian ini, banyak obrolan-obrolan maupun interaksi-interaksi sosial yang terjadi dalam bingkaian ini.
4. Bancah Laweh
Pacuan kuda adalah turnamen yang dilaksanakan di berbagai kota di Sumatera Barat. Ada pengalaman dan kenangan dari kegiatan tahunan di Padangpanjang. Fadly Nasrul sewaktu SMP menjual karcis pacuan kuda di Bancah Laweh dengan baju pramuka untuk memperingati hari jadi Padangpanjang. Ia bertemu dengan Arief, siswa SMP penggemar berat pacuan kuda yang setiap hari Sabtu bolos sekolah untuk melihat para joki melatih kuda pacuannya.
5. Kereta Mak Uniang
Mak Uniang adalah nama Kereta pengangkut batu bara yang sering di tumpangi Roni sewaktu kecil. Kereta ini mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke Kayu Tanam. Kenangan yang terjadi saat menaiki Mak Uniang menjadi ingatan yang tak telupakan. Ia selalu main kucing-kucingan dengan masinis karena takut kena marah.
6. Bioskop Karia
Video ini membingkai bioskop Karia yang merupakan satu-satunya bioskop di Padangpanjang yang sampai saat ini masih memutar film. Bioskop yang dibangun tahun 1931 ini hanya memutar film sekali dalam seminggu yaitu pada hari Jumat bertepatan dengan hari pekan/hari pasar di Padangpanjang. Walau pengunjungnya yang kurang dari sepuluh orang dalam setiap pemutarannya, bioskop ini masih tetap bertahan. Film yang diputarnya adalah film-film lama, baik produksi lokal maupun film asing dan film India, Mandarin maupun film barat. Dahulu, di Padangpanjang juga ada bioskop Djaja yang letaknya saling berdekatan dengan bioskop Karia. Kini bioskop Djaja hanya tinggal puing-puing bangunan yang tersisa. Di sini kita mencoba menguak memori masyarakat akan aktifitas menonton film di bioskop.
7. Lapau
Hampir di seluruh Sumatera Barat, lapau merupakan tempat bergaul bagi kaum lelaki. Lapau berasal dari kata lepau, lapo (orang batak) yang berarti warung/kedai yang menjual minuman ringan seperti kopi, teh manis dan makanan kecil lainnya. Lapau adalah ladang informasi bagi masyarakat kelas menengah. Pengunjung lapau bertukar informasi secara lisan, walau yang disampaikan terkadang tidak seperti apa yang terjadi, tapi itulah yang terkenal dengan celoteh lapau. Mangadu nasib istilah yang kerap di ucapkan pengunjung lapau, mereka mencoba keberuntungan dengan mengadu ketangkasan di lapau. Bermain koa dan domino adalah permainan khas di lapau yang telah mendarah daging .
8. Projectionist Tua
Video ini membingkai aktifitas karyawan di bioskop Karia yang hanya memiliki tiga orang karyawan. Salah satunya adalah Pak Udin sang projectionist yang memutar film sejak tahun 1935. Kegiatan sebelum, ketika dan sesudah memutar film bisa kita lihat dari ruang projector yang berukuran sempit. Pita-pita seluloid dan alat pemutar film yang usang telah menjadi saksi sebuah kejayaan sinema di masa silam. Bioskop ini dahulu mempunyai 15 orang karyawan.
9. Ulakan
Tempat yang terletak di Pariaman ini adalah makam Syekh Burhanudin, Syekh Ismail dan Tuanku Buya Shalaih. Masyarakat datang kesini untuk berziarah. Tempat ini juga digunakan untuk melepas niat ( janji-janji). Penjual bunga, pedagang aksesoris dan banyaknya pengemis sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
10. Retribusi Truk
Truk pengangkut batu kapur dari dalam kota maupun luar daerah berlalu-lalang di kaki Bukit Tui. Di salah satu simpang jalan terdapat lapau yang tidak sekedar untuk tempat makan dan minum. Lapau ini juga berfungsi sebagai tempat retribusi truk-truk luar daerah yang datang.
akumassa Padangpanjang
awal dari sebuah perjalanan..
ya ini awal, awal yang baik, awal yang mengasyikkan karena ini merupakan tantangan bagi orang2 muda yang memiliki hidup di dunia. dunia milik siapa lagi kalau bukan milik orang2 muda, kawan2? (yang tua2 ditembakin aja), jadi jalanlah, kalau perlu berlari, karena dunia sudah melesat tidak lagi dengan roda tapi dengan roda virtual. hayooo…dengan apa lagi kita harus mengejar? atau kita diam saja kemudian tertinggal, atau terlindas? atau jalani aja hidup, kuliah, lulus, bawa ijazah, lamar sanasini, ikut ke mana nasib membawa kita? terserah kawan2. salam.
yupz…………..
mak keong, benar buangetz mak keong………..
dah memberi banyak pada qt
tidak hanya ilmu,……….tp juga pengalamn
hidup yg sangat berarti…………sampai akhirnya mati
dengan berarti……….(^_^),
Mohon izin untuk share foto bioskop karya ya, makasih sebelumnya.