Sejenak memori kukembalikan ke masa lalu, tepatnya lima tahun silam, ketika aku masih mengenakan putih abu-abu di Muhammadiyah 25, Pamulang. Tujuannya bukan untuk mengenang kisah cinta pertamaku, atau untuk mengingat bel pulang sekolah yang berbunyi tepat pada pukul tiga sore. Melainkan, salah seorang teman mengabarkan, bahwa adik-adik kelas kami, khususnya yang tergabung dalam ekskul (ekstrakulikuler) pencinta alam yang bernama Irmapala, telah menjuarai lomba Orientering Games tingkat SMA se-Jakarta dan Tangerang. Sebagai angkatan pelopor aku merasa bangga dan akan turut merayakannya.
Orientaring Games merupakan sejenis permainan pencari jejak. Dengan bekal peta dan kompas. Biasanya para peserta secara berkelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih ditugaskan untuk menemukan titik-titik lokasi tertentu. Jenis olahraga ini biasa dimainkan oleh orang-orang yang suka dalam kegiatan pencinta alam. Atau jika mau lebih serius, kemampuan ini bisa digunakan sebagai bekal menjadi seorang Ranger (sebutan untuk orang yang bekerja sebagai Penjaga Taman Nasional) di hutan atau pun gunung.
Dalam lomba yang diselenggarasan tanggal 19 Februari 2012 oleh SMA Yadika 6 Jurangmangu, Tangerang Selatan, dan bekerjasama dengan Makopala Jakarta ini, Irmapala mengerahkan 10 kelompok, di antaranya enam kelompok putra dan empat kelompok putri. Saat siang hari, semua peserta ditugaskan menemukan 12 titik lokasi yang berada dalam jarak batas 20 kilometer. Mereka harus menyelesaikan tugas itu dalam waktu yang terbatas. Maksimal empat jam untuk kelompok putra dan lima jam untuk kelompok putri.
Pelaksanaan Orientaring Games ini tidak dilaksanakan di hutan belantara, melainkan di hutan beton dan gedung pencakar langit. Jadi tantangan yang mereka hadapi bukanlah tebing atau jurang, tapi panasnya terik matahari dan udara yang polusif.
Setelah berjuang melawan itu semua, lomba yang mengandalkan kekuatan intelegen dan kekuatan fisik ini membuahkan hasil, yaitu salah satu kelompok putri berhasil meraih juara dua setelah diungguli SMAN 90 Jakarta. Memang tidak terlalu bergengsi. Namun menjadi menarik bagiku karena tak ada satupun kelompok putra dari SMA-ku yang mampu meraih piala. Padahal konsep patriarki (mengutamakan pria) begitu kental di sekolahku itu. Salah satu contohnya, cara penataan duduk siswa yang wajib mengisi deretan kursi paling depan, kemudian para siswi mengisi deretan kursi di belakang.
Kedua perempuan yang tergabung dalam kelompok yang meraih juara dua itu bernama Fahma dan Rizka. Usia mereka 15 tahun. Awalnya mereka hanya coba-coba ikut lomba. Tak disangka ternyata berhasil meraih piala. “Gak ada niat-niat amat, Bang. Eh, taunya menang juara dua,” ujar Fahma sambil tertawa.
Mereka berhasil unggul dengan waktu tempuh kurang dari lima jam, kalah waktu dari juara pertama sebanyak satu jam. Sehingga mereka hanya berhasil mengumpulkan sebanyak 1025 poin, sedangkan juara satunya berhasil mengumpulkan 1125 poin. Poin-poin itu dinilai dari ketepatan mencoblos 12 titik poin pada peta dan jumlah kecepatan waktu tempuh. “Nah, yang sulit tuh menyelaraskan antara titik di peta sama pos yang kita temuin, Bang. Itu juga yang bikin kita lama,” tambah Rizka.
Melihat keberhasilan ini, Fahma dan Rizka berharap teman-teman yang sesama perempuan tidak perlu ragu untuk mengikuti suatu kegiatan yang terlihat berat. Mereka menjelaskan berjalan kaki di siang hari sepanjang 20 kilometer untuk perempuan berumur 15 tahun bukanlah hal yang mudah, terlebih harus sambil berpikir untuk membaca peta. Namun, jika dilakukan dengan semangat semuanya selalu bisa.
Di waktu yang sama Fauzul Rafit, ketua Irmapala, menerangkan selama ini belum ada yang bisa memberikan pelatihan tentang Orientering Games dengan baik kepada mereka. Padahal jenis olahraga ini sudah cukup terkenal di mancanegara. “Selama ini kita cuma dilatih sama abang-abang senior yang ngerti. Itu juga simulasinya cuma pake peta undangan,” tambahnya sambil tertawa.
Fauzul yang masih duduk di kelas dua SMA ini mengungkapkan bahwa dia dan teman-temannya membutuhkan pendidikan tentang topografi yang baik dan benar. Menurutnya, pemahaman topografi merupakan bekal yang harus dimiliki seseorang untuk menjuarai lomba Orientering Games terlebih jika ingin menjadi Ranger.
Itulah sejenak kisahku saat kembali ke tempat di mana masa laluku pernah berlangsung, tepatnya saat aku mengenakan putih abu-abu. Meskipun adik-adik kelasku belum mampu meraih piala juara satu, rasa bangga tetap ada di hatiku. Terlebih aku tahu, bahwa kelompok putri yang berhasil merebut salah satu piala itu. Padahal yang kutahu, dulu para pria yang selalu diunggulkan.