DKI Jakarta

Pohon Misterius di Jembatan Roxy

Avatar
Written by Humaira

Entah bagaimana awalnya, beberapa hari belakangan merebak sebuah isu ada penampakan di sebatang pohon besar di kawasan Roxi Mas. Isu ini beredar gencar dari mulut ke mulut, kemudian merambah situs jejaring sosial twitter dan bahkan dibahas juga di media massa online.

Kawasan tersebut adalah jalur sehari-hari yang harus aku lalui dari manapun, menuju rumah.

Pohon yang dianggap disinggahi pocong

Kamis, 1 Desember 2011 yang lalu, menjelang jam 8 malam, di sekitar Roxy Mas, tempat kebanyakan orang Jakarta dan sekitarnya membeli HP model terbaru, aku berada di sana untuk berganti kendaraan umum menuju pulang. Hanya berjarak beberapa puluh meter dari tempatku berdiri, tepatnya di bawah fly over Roxy, aku melihat sekumpulan orang yang mungkin berjumlah puluhan, mengarahkan HP berkamera mereka ke satu titik objek. Beberapa saat aku berpikir, mungkin ada orang yang tertabrak kereta, karena daerah ini merupakan perlintasan kereta api dari dan menuju Stasiun Tanah Abang.

Hmm.. pemandangan aneh ini membuat penasaran. Lalu aku mulai membaur dengan kerumunan itu, mulai bertanya-tanya pada orang-orang. Biasanya setiap melewati lokasi ini aku berjalan secepat mungkin. Asap kendaraan, suara klakson serta  kesemerawutan bukan bagus alasan untuk menikmati perjalanan melewatinya. Namun kali ini berbeda. Suasana yang membikin penasaran ini yang membuat aku bertahan lebih lama.

Aku bertanya pada seorang bapak yang kira-kira berumur menjelang 50-an, “Ada apa, Pak?” di belakangku ada seorang perempuan yang kelihatannya seumuranku, sepertinya juga terjebak dengan keingintahuan. Dia ikut menanyakan hal yang sama.

Kemudian bapak itu menjawab, “Ada pocong!”

“Di mana?” aku bertanya lagi karena  semakin penasaran. Sambil menunjuk ke arah titik objek yang diburu kerumunan orang di seberang jalan.

Orang-orang sedang memburu foto pocong

“Di pohon itu,” kata bapak tersebut.

Aku melihat ke arah yang ditunjuk, namun aku tidak melihat apa-apa. Aku menjawab, “Ga ada, Pak!”

Emang ga keliatan, Dik, kalo pake kamera, baru keliatan,” Hmmm… hantu jaman sekarang sadar kamera juga ya,  pikirku.

Aku melihat ke sebelahku, perempuan sebaya tadi masih berdiri. Karena  aku tidak punya HP berkamera, maka aku memberanikan diri bertanya padanya, “Punya kamera, Mbak?”

“Ada,” jawabnya. Kemudian dia mengarahkan kameranya ke arah yang dimaksud semua orang yang ada di sana. Tapi tetap tidak terlihat apa-apa.

Kemudian bapak yang berdiri di belakang kami tadi menyahut, “Kalo HP Cina gak keliatan, Mbak.”

Aku tertawa dan menjawab, “Ini udah blackkberry, Pak!” Kemudian perempuan itu berlalu dan menghilang, sementara aku tetap bertahan mencari bukti dan kebenaran dari cerita bapak tadi.

Aku melanjutkan pencarian informasi dari orang lain untuk memenuhi keingintahuanku yang semakin bertambah. Kira-kira beberapa langkah dari tempat itu aku kembali bertemu dengan pemuda yang umurnya mungkin awal 30-an. Dia memegang HP blackberry dan sedang mengarahkan kameranya ke arah objek itu, dan sekali lagi aku tak peduli dia siapa, aku kembali bertanya pada orang  tersebut.

“Ada mas?”

“Ada,” jawabnya.

Wah, aku semakin ingin tahu. Kemudian aku meminta dia membuka hasilnya.  Dia menunjukan monitor HP-nya dan dengan antusias menerangkan, “Ini, Mbak, yang putih-putih ini kan ga ada tuh, di HP saya ada, nih!”

Tetap saja menurutku gambar yang dia tunjukkan dengan yakin itu tidak jelas. Hanya dia yang mengerti.

Aku sempat bertanya pada beberapa orang lainnya yang memotret keberadaan panampakan tersebut. Namun tak satu pun dari gambar-gambar itu memberikan jawaban. Ada satu orang yang memperlihatkan hasil foto di HP-nya yang cukup jelas, penampakan sesosok mahkluk halus. Namun bagiku gambar itu tetap seperti isapan jempol belaka, karena orang itu bilang, dia mendapatkan gambar itu dari temannya, yang mentransfer gambar dari HP ke HP. Huh!

Karena sudah larut malam, aku kembali melanjutkan perjalanan pulang dengan naik mikrolet nomor 45, jurusan Grogol-Kopro, yang sudah sejak SMP biasa menjadi pengantarku pergi dan pulang. Aku juga mengenal hampir sebagian supirnya. Aku mengambil tempat duduk tepat di belakang supir. Di dalam angkot hanya ada aku dan satu orang penumpang lainya. Seperti biasa, mikrolet ini melakukan ritual ‘nge-tem’ sekitar tiga sampai lima menit.

Angkutan umum Grogol-Kopro

Sesaat sebelum angkot jalan, naik seorang bapak. Dia mengambil tempat tepat di samping pintu masuk. Pikiranku yang masih penuh dengan kejadian lucu dan aneh yang campur aduk, tiba-tiba kembali dibangkitkan dengan perkataan Si Bapak yang berkata pada supir, “Masih rame aja anak-anak ngambil foto pocong!”

Kemudian dengan refleks aku langsung bertanya kepada supir, “Emang ada yang dapet, Mas?”

“Ada, Mbak. Saya dapet, nih! Mau liat? Saya dapet pocong tapi! Ada juga yang dapet kepalanya kuntilanak. Emang Mbak ga ngambil foto?”

Ngga, Mas. HP saya ga ada kameranya. Wah boleh Mas, liat, dong!”

Sambil mengemudikan mobilnya dia mencari gambar yang dimaksud lalu kemudian memberikan HP-nya padaku. “Liatnya dimiringin ya, Mbak! Saya ngambilnya miring. Kalo LCD nya ga retak, gambar saya bagus, tuh, Mbak!”

Aku memperhatikan benar-benar sambil mencari mana yang dimaksud pocong di HP itu. “Yang mana, Mas? Adanya cuma batang pohon yang warnanya putih,”

Dia jawab “Nah itu dia, Mbak, lagi gelantungan, mana ada batang pohon putih!”

Menurut Sang Supir, di pohon itu ada dua jenis makhluk halus, kuntilanak dan pocong, yang sudah ada sejak hari Senin. Karena ada seorang yang tidak sengaja mengambil gambar di sana,  kemudian menyebar dari mulut ke mulut sampai akhirnya tempat itu mendadak jadi semacam ‘tempat wisata mistik’. Banyak orang datang dengan sengaja dari berbagai wilayah sekitar untuk menyaksikan langsung penampakan tersebut. Sampai aku mendapat gambar terakhir dari supir mikrolet yang menurutku paling jelas pun, aku belum puas dengan hasilnya.

Keesokan harinya aku menceritakan hal ini kepada seorang teman. Dia kemudian membekaliku sebuah kamera digital dengan harapan keadaan akan sama masih di malam itu.

Ternyata benar, lokasi itu tambah ramai dari malam sebelumnya oleh masyarakat yang penasaran, bahkan hingga menimbulkan kemacetan. Sepertinya informasi dari media online betul-betul menyebar dan berpengaruh, apalagi dipermudah dengan hadirnya twitter yang sudah bisa diakses melalui handphone.

Ramainya pengunjung membuat kemacetan di sepanjang jalan

Salah seorang pengunjung mencoba mendapatkan foto pocong

Hal tersebut menurutku aneh, karena daerah ini biasanya di takuti orang karena banyaknya preman. Namun kali ini semua orang  mendadak menjadi akrab. Dengan berbekal kamera aku kembali lokasi tersebut. Sekitar jam setengah sembilan-an malam aku sampai. Seperti yang kuharapkan, suasana masih sama seperti malam sebelumnya. Dan lebih menarik lagi, mendadak juga ada petugas-petugas parkir dadakan yang siap menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir.

Beberapa orang juga menghampiri dan bertanya apakah aku mendapatkan gambar pocong atau kuntilanak-nya. Ada juga yang berpendapat kalau bukan kamera HP tidak bisa. ternyata hantu pun memilih teknologi pikirku. Ada juga yang menggunakan kamera SLR. Dan dengan kamera digital berkualitas baik, aku juga mencoba mengambil sebaik mungkin. Tapi tetap tidak mendapatkan objek penampakan yang menjadi ‘buah bibir’ di sini.

Himbauan Pemerintah untuk masyarakat

Keesokan paginya aku melewati lokasi tersebut sekitar jam 9 pagi. Aku melihat sudah terpasang sebuah spanduk himbauan kepada masyarakat untuk tidak percaya pada isu tersebut, yang dikeluarkan oleh kepolisian. Pohon itu pun sebagian sudah ditebang.

About the author

Avatar

Humaira

28 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.