Setelah beberapa hari bergeliat dengan diskusi dan riset-riset, tim akumassa Lenteng Agung akhirnya telah mendapat 3 ide yang akan dieksekusi untuk dijadikan video. Beberapa ide masih diolah dan perlu didiskusikan kembali. Tibalah pada proses perekaman gambar ide pertama (Angkot M.04 trayek Pasar Minggu-Depok Timur). Perekaman gambar dikerjakan pada 3 Februari 2009, jam 07.30 pagi waktu Pasar Minggu. Pengambilan gambar dimulai dari terminal Depok, dengan mencari angkot yang belum ada penumpangnya (pak sopir sih udah pasti ada), lalu kami menumpang angkot yang kita rencanakan, M.04 jurusan Pasar Minggu-Depok Timur. Satu kamera berada di bangku depan dekat pak sopir, 2 kamera lagi ditempatkan di kursi belakang. Sesuai rencana, semua berjalan lancar pada menit-menit awal. Sampai semua angkot terisi penuh oleh penumpang (tapi engga sampe ke atas angkot sih). Posisi masih aman sampai angkot keluar dari Terminal Depok. Kemudian, angkot berjalan sesuai rute menuju Pasar Minggu.
Sepanjang perjalanan, tim akumassa Lenteng Agung yang saat itu merekam gambar yaitu, Adel, Merre, Ray, dan Adjat memulai aksi pada pagi hari yang cerah. Merre, memegang kamera dan duduk di bagian pojok belakang kursi panjang yang biasa terisi oleh 6 orang. Ray menggunakan senjatanya dan duduk di kursi kayu tambahan di samping pintu angkot. Adel, berada di tengah-tengah massa penumpang dan memberikan komando bak sang pelatih dalam sebuah tim sepak bola. Adjat, duduk di samping pak sopir yang sedang bekerja mengendarai mobil supaya baik jalannya (oy….brem… brem… brem… brem… brem… brem…suara angkot yang sedang berjalan).
Perjalanan dalam angkot di pagi itu sungguh sepi, semua orang dalam angkot serasa memiliki sekat. Semua terdiam, ada yang ngantuk, ada yang maen handphone, dan ada yang melamun. Mulailah kami menggunakan senjata sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dimulai dari Merre (posisi: penjaga gawang), bertugas menjaga penumpang angkot dan merekam gambar-gambar unik di dalamnya. Merre dan Ray (posisi: gelandang serang) secara bergantian mengambil gambar dan interaksi dalam angkot. Sedangkan Adjat (posisi: penyerang) yang berduet dengan pak sopir tetap bekerja merekam gambar sepanjang Terminal Depok sampai Pasar Minggu.
Sungguh tak disangka tak diduga, setengah perjalanan sudah terlalui. Tiba-tiba datanglah seorang pengamen duduk di samping Ray, dan memulai aksinya dengan menyanyikan sebuah lagu merdu dengan penuh penghayatan. Selama kurang lebih 5 menit, sang pengamen selesai dan seperti biasa mengeluarkan “kantong dana” yang terbuat dari bekas plastik tempat permen. Pengamen berlalu dan angkotpun mulai sepi lagi, semua kembali terdiam sibuk dengan dirinya masing-masing. Perjalanan angkot M.04 hampir berakhir, aksi tim akumassa Lenteng Agung dalam perekaman gambar masih berlanjut sampai injury time tiba. Penumpang mulai turun, tapi sebagian besarnya turun di Terminal Pasar Minggu. Akhirnya perekaman gambar berakhir, pak sopir meniupkan peluit panjang, “Pasar Minggu abis…!”, teriaknya. Tim akumassa Lenteng Agung pun selesai melaksanakan aksinya. Pertandingan berakhir seri 0-0.
Pertandingan tandang setelah pertandingan kandang yang dilakukan di Terminal Depok, kali ini tim akumassa Lenteng Agung melakukan pertandingan tandang ke Terminal Pasar Minggu pada sore harinya. Dengan amunisi terbaru, dibekali dengan evaluasi perekaman gambar pagi hari, tim akumassa Lenteng Agung menjadi lebih percaya diri melakukan pengambilan gambar selanjutnya. Kondisi cuaca Pasar Minggu sore itu diliputi awan mendung, setelah hujan beberapa jam sebelumnya. Terminal yang di kelilingi oleh pasar tradisional menjadi becek, tim akumassa Lenteng Agung memulainya dengan angkot M.04 yang baru memiliki 2 penumpang. Kali ini tim memiliki tambahan personil, Gelar masuk menggantikan Adel yang kali ini tidak ikut bertanding, kemudian ditambah dengan Chika dan Arye. Ray, Merre, dan Adjat tetap dalam posisi. Strategi pun berubah, di bawah komando Gelar yang kali ini menjadi kapten tim, formasi diubah. Arye masuk sebagai pemain belakang memperkuat Merre yang tetap sebagai penjaga gawang. Gelandang serang tetap di tempati oleh Ray. Pada barisan depan, pak sopir bertandem dengan Chika dan Adjat. Pengambilan gambar dimulai pada jam setengah enam sore, semua pemain siap dalam posisi masing-masing. Angkot M.04 pun mulai terisi penuh oleh penumpang dan melaju sesuai dengan track seharusnya.
Kondisi jalan yang macet di sore hari dan penumpang yang lelah dengan aktivitasnya, membuat keadaan di angkot tidak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih sepi. Kenapa? Karena kali ini tidak ada pengamen yang menghibur para penumpang. Adjat dan Chika mencoba berkompromi dengan pak sopir untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang jalur Pasar Minggu-Depok. Sungguh sangat disayangkan, ternyata pak sopir yang berwajah garang menjawab dengan lembut semua pertanyaan Chika. Walhasil, kamera yang dipegang Adjat pun tidak menangkap suara gemulai sang sopir.
Kondisi lapangan tengah dan sektor belakang pun tidak jauh berbeda. Sepi dari serangan para penumpang. Ray, Arye, dan Merre hanya melakukan passing pendek, secara bergantian kamera mengambil gambar-gambar dan aktivitas di dalam angkot. Setiap lima menit, kamera yang dipegang oleh Ray, Arye, dan Merre bergantian merekam suasana angkot yang menyenangkan tersebut. Sedangkan Adjat, yang mewakili trio pemain depan tetap merekam gambar sepanjang perjalanan menuju Depok. Tim akumassa Lenteng Agung larut dalam kondisi dalam angkot, pertandingan berjalan monoton. Ubahan formasi pun tidak banyak memberi warna dalam aksi tim akumassa Lenteng Agung. Perjalanan berakhir. Hasil pertandingan kali ini pun skornya, kacamata 0-0.
Ray S. Kusuma
wah… abis ni da waktu tambahan dong. kalo ampe penalti-penaltian kaih kabar ya….
dan tdi pagi kita bertempur lagi..
dan ktemu bencong..
dan ngantuk2..
yaampun, seru sekalii..
Pertandingannya kok di jalan Toll alias jaln Toll Lenteng Agung yang tanpa hambatan alias tidak ada lampu merahnya kendaraan yang lewat pad ngebut, yang mau nyebrang jalan kalung kabut.