Jurnal Kecamatan: Rangkasbitung Kota/Kabupaten: Lebak Provinsi: Banten

Pemutaran Video akumassa di Saidjah Forum

Avatar
Written by Fuad Fauji
Pemutaran video akumassa Lebak diadakan di Kampung Jeruk, Rangkasbitung pada Minggu, 11 Januari 2009. Acara ini berlangsung meriah di halaman salah seorang warga, Ibu Tati (40 tahun). Warga yang datang sangat beragam dari anak-anak, ibu-ibu, muda-mudi, hingga orang tua. Masyarakat yang datang berasal dari tiga kampung yaitu; Kampung Jeruk, Kampung Muara dan Kampung Kebon Kelapa serta beberapa undangan dari beberapa wilayah kota Rangkasbitung memadati halaman rumah dan jalan sekitar Saidjah Forum. Kebanyakan dari mereka datang menggunakan motor dan becak. Karena acara ini, jalanan sekitar menjadi macet, dalam suasana riuh penonton dan gelak tawa saat menyaksikan layar pemutaran.  Mereka antusias melihat video yang ditayangkan lewat proyektor pada layar berukuran 3 x 4 meter. Hal ini mengingatkan kami pada kejayaan layar tancap di kawasan Lebak beberapa tahun silam.

Pemutaran Aku Massa di Lebak 1

Pemutaran Aku Massa di Lebak 2

Pemutaran video akumassa di Lebak.

Acara pemutaran dimulai pukul 19:15 WIB dan cuaca di Rangkasbitung sedang hujan dari pagi hingga sore. Hujan pun reda yang kemudian tergantikan oleh indahnya terang bulan pada malam hari. Sedangkan kami, sebagai penyelenggara pemutaran cukup kuatir tentang kondisi cuaca ini sebelumnya. Acara pemutaran akumassa ini juga diselingi dengan penampilan kelompok musik lokal dari kampung sekitar Saidjah Forum. Dibuka dengan kelompok musik remaja dari Kampung Warung Gunung, yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan dari Fuad Fauji, ketua Saidjah Forum. Lalu Syaiful Anwar dari Forum Lenteng memberikan pengantar tentang akumassa dan diakhiri dengan ucapan selamat menonton.

Pemutaran Aku Massa di Lebak 4

Pemutaran akumassa di Lebak.

Pengunjung duduk beralaskan terpal dan kursi, sebagian besar ada juga yang berdiri karena tempat penuh. Acara pemutaran ini cukup menyegarkan menurut beberapa penonton. Salah satunya Alan (37 tahun) yang datang dari Kampung Kapugeran mengaku, acara tersebut menjadi obat atas kejenuhan di tengah serbuan acara program televisi. Ia menuturkan bahwa acara tontonan bareng di tempat terbuka memberikan suasana kebersamaan. “Ada rasa kedekatan bagi mereka yang menghadiri acara sampai banyak begini” ujarnya mengomentari karya-karya video yang dikerjakan oleh Tim Aku Massa yang terdiri dari Fuad Fauji, Helmi Darwan, Risfa Firdayanti, Firmansyah, Jaenudin, Badrul Munir, Santi Susanti, Saiful Anwar, dan Maulana M Pasha.

Pemutaran Aku Massa di Lebak 3

Pemutaran akumassa di Lebak.

Pada saat video yang berjudul Ki Rabin diputar, tiba-tiba penonton menjadi riuh. Peristiwa dalam video yang bercerita tetang transaksi jual beli bambu di atas rakit antara Ki Rabin dan tengkulak membuat penonton tertawa, berteriak, dan tersenyum. Video ini bercerita tentang perjalanan penjual bambu yang menelusuri sungai terbesar di Banten, Sungai Ciujung, Sungai Cisimeut dan Sungai Ciberang. Pertemuan dengan orang-orang lain di sepanjang hilir sungai itu menjadi ilustrasi perjalanan para penjual bambu sebelum terjadinya negosiasi transaksi bambu. Situasi tawar-menawar menjadi biang keladi alotnya negosiasi yang tidak berujung tetapi merupakan jalan yang menentukan apakah bambu itu tetap akan dijual atau tidak.

Pemutaran Aku Massa di Lebak 5

Pemutaran akumassa di Lebak.

Video kedua adalah Nawar. Menceritakan bagaimana situasi transaksi ekonomi kota Rangkasbitung di waktu subuh, dilihat dari sudut pandang pedagang ayam, pedagang tahu, pedagang kelapa, pedagang ikan dan pedagang jengkol ? Dan bagaimana kejadian saat para pedagang itu melakukan komunikasi transaksi dengan para pembeli?

Video terakhir  adalah Tepian Sungai Ciujung yang bercerita tentang kegiatan sehari-hari penduduk kawasan Kampung Jeruk, Kampung Muara dan Kebon Kopi Rangkasbitung pada tampian (rakit sumur serba guna) di kali Ciujung. Fungsi tampian bersifat ruang publik dalam urusan MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) berubah menjadi ruang sosial yang sangat cair (intim). Curahan hati pengguna tampian menjadi representasi tentang masyarakat kota Rangkasbitung. Beragam ungkapan yang jujur atas peristiwa yang terjadi lusa atau pun kini terjalin lewat komunikasi antar personal.

Menurut Ibu Tati (40 tahun), warga Kampung Muara Kebon Kelapa “Ini bagaimana kok bisa kameranya seperti nggak kelihatan, iya ngamerana kumaha. Ini tempatnya dekat sekali dengan saya, si itu mah nggak tau masuk kamera,” tambahnya. Para ibu banyak berkomentar, beberapa orang berteriak karena ia terekam atau sanak keluarganya ada dalam video itu.

Acara pemutaran diakhiri oleh tepuk tangan seratusan penonton dan ditutup dengan penampilan kelompok musik Omen 17 dari Kampung Jeruk.

About the author

Avatar

Fuad Fauji

Dilahirkan di Lebak, 10 Maret 1983. Fuad Fauji menetap di Forum Lenteng Jakarta sebagai periset dan penulis seni rupa. Tahun 2005 ia dan kawan-kawan lainnya terlibat mendirikan komunitas Saidjah. Kerja video pertamanya adalah “Saidjah Project”, 2005. Pada tahun 2007 akhir, ia mendapatkan gelar S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, konsentrasi Jurnalistik. Film fiksi pertamanya “Maria”, hasil project workshop Cerpen ke Filem yang diadakan Forum Lenteng, 2008. Dia dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya petani musiman di Leuwidamar. Kadang bertani kadang tidak. Ayahnya telah meninggal bersamaan dengan kerja residensi pertamanya di Tanjung Priuk tahun 2009. Terlibat dalam produksi teks dan video dokumenter di akumassa. Sejak tahun 2010 hingga sekarang ia bekerja dengan Dewan Kesenian Jakarta sebagai peneliti kritik seni rupa Indonesia. Bersama program akumassa dan Saidjah Forum, karya-karyanya telah diputar di berbagai perhelatan filem dan seni rupa, antara lain; Festival Film Dokumenter ke-9 (2009); The Loss of The Real, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung (2010); Decompression #10, Expanding Space and Public, ruangrupa, Galeri Nasional Indonesia – Jakarta (2010); The Decade of Reformation: Indonesian Film/Video, Artsonje Arthall, Korea Selatan; 24 Edition Images Festival, Toronto Free Gallery, Kanada; Selametan Digital, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta (2011); Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko (2011).

3 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.