Semua peserta berkumpul di ruang diskusi pada jam sepuluh pagi dengan catatan narasi hasil simulasi memantau media lokal kemarin hari. Otty Widasari yang mereview narasi-narasi tersebut. Hasilnya cukup menarik, karena keragaman asal daerah peserta dengan masalah lokalnya masing-masing menggambarkan keragaman gaya penuturan kata-katanya.
Misalkan Firmansyah dari Lebak, Banten dan Maldi dari Lombok Utara, NTB, mereka menuliskan narasinya dengan sudut pandang selayaknya warga yang membaca koran, maka bisa dirasakan betul penyajian informasi oleh media massa lokal yang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi terkait dengan persoalan di wilayah mereka. Kemudian Maina Sari dari Aceh Besar, NAD, Qomar dari Jember, Jawa Timur dan Rinal dari Ciputat Tangerang Selatan menuturkan narasinya dengan gaya jurnalistik. Begitu juga dengan Angga dari Padang Panjang, Sumatera Barat, ia menuliskan narasinya dengan sudut pandang yang menarik mengenai informasi dari media yang ia pantau, yang membuat berita dugaan pembunuhan yang disajikan secara bercabang kemudian tidak jelas kelanjutannya.
Setelah sesi evaluasi selesai, Hafiz Rancajale selaku ketua Forum Lenteng hadir di tengah-tengah ruang diskusi. Ia memberikan panduan dan pemantapan kepada para peserta agar dapat menyelesaikan kerja pemantauan media lokal ini dengan konsisten dan tetap semangat. Ia juga mengatakan hasil keseluruhan kerja pemantauan ini akan dijadikan buku yang akan didistribusikan kepada masyarakat secara gratis. Maka dari itu ia mengatakan kerja pemantauan ini merupakan pekerjaan yang mulia, “Ini akan jadi jalan kita masuk surga,” kata Hafiz sambil tersenyum.
Kemudian para peserta dijelaskan tentang kontrak kerja yang akan ditandatangani kedua belah pihak. Setelah mereka membacanya dengan baik, kontrak itu pun ditandatangani satu per satu oleh para pemantau. Tujuan kontrak seperti layaknya, agar para pemantau mengetahui kewajibannya dan mendapat haknya secara jelas, seperti fasilitas untuk berlangganan koran dan internet yang akan mempermudah kerja para pemantau. Akhirnya acara pelatihan pemantauan media berbasis komunitas ini ditutup dan dianggap selesai.
Para pemantau sudah siap untuk pulang ke daerah masing-masing untuk memantau sajian berita dari media lokalnya. Sebelum benar-benar pulang, kami semua makan siang bersama di ruang makan penginapan. Suasana riang jelas terasa, karena kami yang sedang gembira mendapat teman baru dari berbagai macam daerah akan segera berpisah, jadi dimanfaatkan untuk bersenda gurau bersama-sama.
Langit terlihat mendung, acara makan bersama juga sudah usai, dan keluarga sudah menunggu di rumah. Kami pulang dengan segenap hal yang baru, baik pertemanan, pengetahuan maupun kegiatan. Sebelum supir bus benar-benar menginjak pedal, dalam hatiku berkata, “Kawan, selamat memantau media lokalmu.”