Sang Master of Ceremony, Fibri Syabirin, yang juga salah satu seniman yang berpameran malam, ini membuka acara, dilanjutkan dengan Jaya, seniman yang menginisiasi terselenggaranya pameran pun tak lupa memberi kata sambutan. Peresmian dibukanya pameran dilontarkan oleh Eko, Ketua Komunitas Kinetik.
Kata ‘nafsu’ bisa jadi mengarah pada sesuatu yang jika dikaitkan dengan hal berbau birahi, bisa membelokkan pikiran kita pada hal-hal terlarang, terutama di bulan puasa ini. Namun, berbeda dengan ‘nafsu’ yang digagas oleh kawan-kawan Komunitas Kinetik-Surabaya ini. Berawal dari keinginan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu atau berkreativitas setelah cukup lama disibukkan dengan perkuliahan, Jaya mengajak kawan-kawan Kinetik untuk menggelar pameran. Ide NAPSU sendiri menurut Jaya, adalah ‘hasrat untuk melakukan sesuatu’. Di luar itu, pameran NAPSU sendiri, menyuguhkan persepsi-persepsi nafsu menurut ingatan, pengalaman dan kesadaran dari setiap partisipannya.
Fibri (yang biasa disapa Kadeer) berpendapat dalam tulisannya di katalog pameran:
‘Kata nafsu (atau ‘NAPSU’ dalam pameran ini) sendiri, tidak melulu dibaca dari apa yang disuguhkan, melainkan bentuk dorongan dari keinginan para partisipan yang berapi-api untuk berpameran tanpa basa basi. Untuk kemudian disalurkan dalam bentuk dobrakan rasa takut, malu dan sebagainya yang selama ini menjadi momok, “seperti apa kata orang nanti”. Dengan ‘Napsu’ ini kami memberanikan diri untuk melakukan hal yang sedikit lebih dari apa yang biasa kami lakukan, atau bahkan saat tidak melakukan apapun.’
Walaupun dalam tulisan itu sendiri Fibri mencoba menjabarkan kisah dari kitab suci yang menggambarkan kehadiran nafsu di dunia sejak manusia pertama kali tercipta, dan menyebabkan dosa, dan berlanjut sampai ke keturunannya yang berhasrat besar untuk berkreasi dalam pameran NAPSU ini.
Jaya, insiator utama pameran ini, sempat menjabarkan ide berkaryanya, di mana dia menamai karakter ciptaannya dengan nama ‘Me’, dengan alasan yang simpel, yaitu bentuk penggambaran diri. Karakter ini tercetus oleh Jaya selama setahun berkarya. “Awalnya waktu mau pameran ‘Valentine SU’, terus aku coba buat karakter aku sendiri yang lebih ngomongin keseharianku. Ya, salah satunya lewat komik–komik itu,” ungkap Jaya.
Karakter ‘Me’ kebanyakan memang tertuang dalam bentuk komik strip dan berbagai bentuk lain yang sifatnya iliustratif. Dalam pameran NAPSU Jaya membuat 2 komik strip dari 5 yang telah dia buat sebelumnya. “Sebenarnya aku tidak bisa gambar. Tapi aku kepingin gambar dan seneng gambar. Nah, terus aku gambar yang simpel. Gak bisa yang rumit–rumit. Pokoknya pengen gambar, nyampein sesuatu,” demikian pernyataan Jaya tentang ide berkaryanya.
Lain lagi dengan Fibri. Karya-karya yang dipamerkan oleh Fibri di pameran NAPSU ini adalah karya-karya drawing yang dibuatnya sepanjang tahun 2012, dengan medium pulpen di atas kertas berukuran A2. Berbeda dengan humor Jaya yang terasa lebih gambling dalam karya-karyanya, Fibri lebih menyajikan kesatiran walau tetap berhumor, seperti terlihat dari teks dalam salah satu karya drawing-nya : kita bicara konten apa ponten??? (dalam Bahasa Suroboyoan, ponten berarti toilet umum).
Pembukaan pameran ini dihadiri oleh cukup banyak pengunjung, dari teman-teman Kinetik sendiri, dari berbagai komunitas di Surabaya, taman-teman seperkuliahan dan juga penduduk setempat yang tinggal di sekitar Orange House, markas Kinetik.
Setelah pembukaan pameran berlangsung dan pengunjung puas menikmati karya-karya yang dipamerkan, pengunjung dihibur dengan penampilan dari DJ Yankhstein, dan DJ ER. Selain itu ada juga session tambahan dari beberapa DJ tamu, ikut memeriahkan acara. Sebagai pelengkap di akhir acara, diadakan pemutaran film Mars Attack, karya sutradara Inggris, Tim Burton, di halaman belakang Orange House. Pameran NAPSU sendiri berlangsung selama seminggu.
🙂
seru gilak euyy :3
[…] DISKUSI DAN PEMETAAN WILAYAH SURABAYA diskripsi program diskusi dan pemetaan wilayah surabaya […]