DKI Jakarta

Pada Hari Minggu Ku ke Pasar Minggu

Tanggal 6 September kemarin, kami sekeluarga, aku, istriku, anakku dan mertuaku ke Pasar Minggu. Bagi istri, anakku dan mertuaku itu adalah pertama kalinya mereka ke Pasar Minggu. Karena kita juga baru pindah ke Pejaten. Sebelumnya karena tinggal di Fatmawati, kalau ke pasar ya ke Pasar Blok A, yang tidak sebesar Pasar Minggu.

img_5929

img_5925

img_5584

img_5586

Wah hari itu, adalah hari di mana sehari sebelumnya orang-orang menerima THR (Tunjangan Hari Raya), jadi Pasar Minggu di hari minggu jam 11 siang benar-benar panas dan sesak.

img_5914

img_5905

Misi kita sekeluarga ke Pasar Minggu adalah membeli bahan-bahan keperluan untuk membuat kue Lebaran untuk Mak Sih (mertuaku). Dan untuk mendapatkan bahan dan alat untuk kue lebaran itu, kita harus menuju ke bagian dalam pasar.

img_5917

img_5588

img_5927

Pemandangan di dalam, luar biasa. Walaupun aku merasa jika ada gempa bumi atau kebakaran, bakal banyak orang yang terkurung di dalam karena tidak ada petunjuk arah “KELUAR” , lagi pula barang dagangan ditempatkan menjorok seluar mungkin.

img_5912

r

img_5908

Semakin barang dagangan itu tersenggol pengunjung, maka akan semakin baik. Itu artinya, pengunjung bakal tau, barang apa saja yang dijual di sana. Kondisi itu sangat lazim di Indonesia, bahkan di beberapa ITC yang ada di Jakarta, mereka melakukan hal yang serupa, menaruh dagangannya menjorok keluar dari kiosnya. Sebuah pemikiran yang sebenarnya membuat pengunjung tidak nyaman.

img_5921

img_5919

img_5585

Tapi bagi pengunjung pasar tradisional maupun ITC, “harga yang murah atau miring” adalah prioritas utama, sehingga mereka tidak peduli dengan segala ketidaknyamanan. Berdesakan adalah hal yang lumrah di Jakarta, dari mulai transportasi sampai tempat tinggal, bahkan ketika musim mudik tiba.

 

Ari Dina Krestiawan

 

About the author

Avatar

Ari Dina Krestiawan

Dilahirkan di Semarang pada tahun 1976. Telah menyelesaikan studinya di Universitas Dipenogoro Fakultas Ilmu Komunikasi pada tahun 1995 dan di Institut Kesenian Jakarta Jurusan Film dan TV sebagai mahasiswa khusus pada tahun 2006. Sekarang ia menjadi pengajar di Fakultas Seni dan Desain, Universitas Multi Media Nusantara, pengajar mata kuliah Audio-Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanegara, sutradara lepas dan mentor untuk pelatihan audio-visual.

1 Comment

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.