Jurnal Kecamatan: Pemenang Kota/Kabupaten: Lombok Utara Provinsi: Nusa Tenggara Barat

Mencari Ruang, Mencari Rumah

Kira-kira dua bulan yang lalu, seorang kawan di Jakarta meminta saya menulis esai untuk proyek buku kumpulan tulisan mengenai Ruang Alternatif (Alternative Space) yang sedang dikerjakan oleh organisasinya. Dalam editorial yang mereka berikan, diajukan dua kata kunci: “ruang” dan “keberlanjutan”. Berdasarkan tinjauan literatur saya, “ruang alternatif” sepertinya tidak bisa lepas dari isu tentang inisiatif komunitas (beberapa jurnal menggunakan istilah collective). Mayoritasnya, adalah komunitas kreatif; seni. Meninjau perkembangan komunitas dari era Persagi (yang berdiri tahun 1938) hingga masa kini (contohnya, di Jakarta sekarang ada ruangrupa), saya mencoba menarik kesimpulan: label atau status “alternatif” sepertinya saat ini sudah tidak signifikan lagi, karena sebuah “ruang” justru akan menemukan perannya yang paling relevan jika ia dapat melebur ke dalam lingkungan tempatnya berada/berdiri.

Jatiwangi Art Factory (JaF), sebagai “ruang”, mungkin adalah contoh paling mudah untuk membahas ide tersebut.[1]Lihat Manshur Zikri, “Masyarakat Berdaya Untuk Pemberdayaan Pemerintah”, dalam Otty Widasari & Manshur Zikri (Peny.), Gerimis Sepanjang Tahun (Jakarta: Forum Lenteng, 2015), hal. 3-15. Kata “alternatif” seolah tak berlaku bagi mereka, karena ruang mereka dikelola secara komunal, bukan oleh sekelompok orang dalam lingkup profesi/minat yang spesifik saja, misalnya hanya sekelompok seniman, tetapi melalui gotong-royong warga umum yang ada di lokasi tempat komunitas itu bergerak, yakni warga Desa Jatisura. Alih-alih alternatif, “ruang JaF” (atau, “galeri JaF”) justru hidup sebagai ruang populer di lingkungan lokalnya.

Footnote   [ + ]

1. Lihat Manshur Zikri, “Masyarakat Berdaya Untuk Pemberdayaan Pemerintah”, dalam Otty Widasari & Manshur Zikri (Peny.), Gerimis Sepanjang Tahun (Jakarta: Forum Lenteng, 2015), hal. 3-15.

About the author

Avatar

Manshur Zikri

Lulusan Departemen Kriminologi, FISIP, Universitas Indonesia. Anggota Forum Lenteng, pelaksana Program akumassa. Dia juga aktif sebagai sebagai kritikus film di Jurnal Footage, dan sebagai Kurator di ARKIPEL - Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.