Jatiwangi Art Factory (JaF), sebagai “ruang”, mungkin adalah contoh paling mudah untuk membahas ide tersebut.[1]Lihat Manshur Zikri, “Masyarakat Berdaya Untuk Pemberdayaan Pemerintah”, dalam Otty Widasari & Manshur Zikri (Peny.), Gerimis Sepanjang Tahun (Jakarta: Forum Lenteng, 2015), hal. 3-15. Kata “alternatif” seolah tak berlaku bagi mereka, karena ruang mereka dikelola secara komunal, bukan oleh sekelompok orang dalam lingkup profesi/minat yang spesifik saja, misalnya hanya sekelompok seniman, tetapi melalui gotong-royong warga umum yang ada di lokasi tempat komunitas itu bergerak, yakni warga Desa Jatisura. Alih-alih alternatif, “ruang JaF” (atau, “galeri JaF”) justru hidup sebagai ruang populer di lingkungan lokalnya.
Footnote
1. | ⇑ | Lihat Manshur Zikri, “Masyarakat Berdaya Untuk Pemberdayaan Pemerintah”, dalam Otty Widasari & Manshur Zikri (Peny.), Gerimis Sepanjang Tahun (Jakarta: Forum Lenteng, 2015), hal. 3-15. |