Ini adalah sebuah catatan singkat dari wilayah kami masing-masing, tentang suasana malam takbiran menyambut Hari raya Idul Fitri 1430 H. Berawal dari ide iseng seorang teman, Fuad Fauji, yang melaporkan keadaan sekitarnya lewat pesan singkat dan menamakannya sebagai Akumassa flash.
Duri, Riau
Malam takbiran di daerahku terbilang sepi, karena banyak para penghuni yang merupakan perantau. Mayoritas dari mereka pulang ke kampungnya masing-masing untuk merayakan lebaran.
20.18 WIB –Sysca Flaviana Devita-
Lebak, banten
Sehabis maghrib masyarakat berduyun-duyun pergi mendatangi masjid. Sudah tak ada perbedaan identitas, semua sama. Aku dan mereka adalah muslim. Pemuka agama, pegawai negeri, petani, kuli, pemabuk, pembunuh, pencopet, dan si cacat berteriak di dalam masjid, “Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar…” Teriakannya seakan ingin meyakinkan yang mendengar bahwa malam ini mereka memohon ampun dan bersyukur. Sebelumnya orang-orang itu mengelilingi makanan yang sudah diberi doa di dalam masjid. Menurut si cacat takbir tahun ini sepi, karena banyak orang pergi ke arab.
Ragam ukuran bedug dari kulit kerbau berbaris di luar masjid. Ngariung dan tradisi pukul bedug telah dimulai. Perempuan dari tiap rumah silih berganti mengantar makanan dan air putih di teko tanah liat. Keramaian bukan lagi ada di pasar kini.
22.11 WIB -Fuad Fauji-
Padang, Sumatera barat
Saat ini aku berada di Simpang Taratak Paneh, yang lebih dikenal dengan Simpang 4 bypas kranji. Disini merupakan salah satu sentral jalan arus lain kota padang yang banyak dilalui oleh kendaraan besar seperti mobil truk yang datang dari arah Bukit Tinggi – Padang dan dari arah pelabuhan Teluk Bayur. Keadaan jalan dari 4 penjuru sedikit macet, namun belum ada polisi yang mengamankan arus lalu lintas. Gema takbir terdengar dari masjid raya yang terletak di simpang 4. Iring-iringan takbir menggunakan mobil masih belum ada. Cuaca Padang saat ini sedang gerimis, semoga saja tidak diguyur hujan lebat.
Sedangkan di komplek perumahan Mawar Putih tempatku tinggal, suasana takbiran masih sepi karena warga sibuk persiapan Idul Fitri di rumah masing-masing.
21.44 WIB -David Darmadi-
Serpong, Tangerang Selatan
Pandangan mataku dari jalan raya serpong dipenuhi oleh orang-orang yang mengendarai motor. Mayoritas dari mereka adalah para pasangan muda. Sungguh ironis dimalam takbiran ini mereka justru pergi jalan-jalan mengendarai motor berdua-dua an. Tidak jarang mereka menepi di pinggir jalan lalu duduk di rerumputan sambil pacaran.
23.20 WIB –Ray Sangga Kusuma-
Ciputat, Tangerang Selatan
Karena dilarangnya arak-arakan pada malam takbiran oleh pihak yang berwajib, maka tahun ini tidak banyak gemuruh takbir dan bedug yang bisa aku dengar. Di daerah rumahku, kelurahan pondok ranji khususnya, masyarakat lebih banyak menghabiskan malam ini di rumah masing-masing. Ada satu hal yang mengherankan bagiku, malam ini di masjid terdekat dari rumahku yaitu masjid At-Taqwa, benar-benar tidak ada suara takbir yang terdengar. Pengurus masjid rupanya terlalu sibuk membagikan jatah zakat kepada yang berhak (mustahik). Malam-malam ketika sholat tarawih berlangsung justru lebih ramai dari malam takbiran ini. Beberapa anak-anak berkumpul di lapangan sambil menyalakan petasan.
23.40 WIB –Mira Febri Mellya-
Foto : Google
Sungguh ironis mungkin yg terjadi d Serpong , Tangerang selatan.
Tetapi yg patut d garis bawahi , sesungguhnya hal tersebut juga biasa terjadi d kota-kota lain dimana disaat sumua insan lebih banyak berdzikir kpd Allah swt memohon ampunan kepadanya justru keadaan seperti ini seolah-olah tak terselip sedikitpun di benaknya .
Tapi ini bukan menjadi sebuah masalah serius , malah yg menjadi sedikit masalah sekarang adalah dimana kebiasaan masyarakat kita selama melakukan takbir keliling kini jarang / tak lagi sering kita jumpai di sekeliling kita.
Padahal sayang sekali kalau aktivitas tersebut makin lama makin hilang tertelan kemajuan jaman , dimana masyarakat lebih senang dan nyaman mengumandangkan Takbir dengan menggunakan alat -alat rekaman – rekaman suara dan musik / audio bersuarakan Takbir secara keras merdu dengan sedikit campur tangan kemajuan teknologi.
Memang sedikit efisien ,hemat energi dan tenaga , tapi apakah hal seperti ini patut di konsumsi secara massa???
Alangkah sebaiknya kita menyuarakan Takbir dengan tulus dari dasar hati kita yang dalam, suara dan lantang agar semangat kemenangan yang kita rasakan dapat dirasakan pula oleh orang-orang yang ada di sekeliling kita untuk membangunkan nalurinya agar bisa lebih mendekatkan diri pada tuhan yang maha esa. Allah swt , sang pencipta alam semesta ini.
Allahuakbar ,Allahuakbar , Allahuakbar .
Walillah ilham .
” Minal Aidzin Wal Faidzin ”
Mohon Maaf Lahir dan Batin ya….
bagaimana lagi, gelimang kesenangan duniawi lebih dipilih oleh sebagian orang untuk menikmati malam kemenangan. tapi semua itu piihan…
so… silahkan memilih