Siang ini merupakan kali pertama aku berkunjung ke Makam Belanda Peneleh. Tujuan utamaku ke makam tua ini karena adanya kegiatan bersama dengan para angkatan muda X-Phose, sebuah lab fotografi di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Surabaya, tempat aku kuliah. Acara hunting foto memang menjadi salah satu kegiatan rutin anggota X-Phose setiap minggunya. Bukan hanya anggota X-Phose yang menjadikan Makam Belanda Peneleh sebagai salah satu tempat melakukan hunting foto, tapi memang makam yang berornamen khas Eropa ini memiliki daya tarik kuat bagi banyak pecinta fotografi, khususnya yang ingin melakukan pemotretan model.
Selain para pecinta fotografi, beberapa anak muda yang tergolong masih SMA pun sering mengunjungi tempat ini untuk sekedar berpose melalui kamera ponsel mereka. Mereka biasanya datang berkelompok dan menghabiskan waktu di sana.
Makam Belanda Peneleh menjadi salah satu tempat wisata alternatif untuk masyarakat Surabaya. Untuk memasuki Makam Belanda Peneleh cukuplah mudah. Setelah memarkir kendaraan bermotor, aku langsung memasuki gerbang makam. Untuk biaya parkir, pengunjung wajib membayar dua ribu rupiah. Sedangkan untuk memasuki area makam, pengunjung dikenakan biaya seikhlasnya. Biasanya sumbangan sukarela dari para pengunjung itu diberikan kepada para penjaga makam di sekitar pintu masuk. Kebiasaan itu menjadi sebuah kesepakatan tidak tertulis antara pengunjung dan penjaga makam.
Setelah aku memasuki makam, aku segera berkeliling kompleks Makam Belanda Peneleh, sementara kawan-kawan yang lain bersiap untuk acara hunting mereka.
Saat aku berputar mengelilingi makam ini, kesan awal yang ada dalam benakku adalah rasa kagum dengan desain dari nisan-nisan yang bergaya Eropa ini. Benar-benar pemandangan yang tak pernah kulihat saat mengunjungi sebuah kawasan makam. Yang menarik dari desain makam Belanda ini adalah bentuk nisan yang terbuat dari cor semen, cor besi, dan ada beberapa yang menggunakan marmer. Ukurannya pun lebih besar dari makam orang Indonesia yang biasa aku lihat.
Siang hari ini Surabaya sangat terik, tapi tak membuat aktifitas kami di makam ini terganggu. Saat melanjutkan perjalanan, sesekali aku bertemu dengan beberapa kelompok pecinta fotografi yang sedang melakukan kegiatan memotret. Mereka menenteng kamera dan sibuk mengarahkan para modelnya. Ada juga beberapa orang yang sekedar duduk beristirahat sambil memperhatikan kambing peliharaan mereka yang sedang mencari makan. Beberapa anak juga terlihat sedang memanfaatkan makam ini menjadi area tempat mereka bermain layang-layang. Mereka berdiri diatas bangunan yang cukup tinggi, Kesan makam yang menakutkan tak lagi terlihat di kawasan ini.
Tetapi sangat disayangkan melihat kondisinya sekarang, salah satu tempat yang memiliki catatan nilai sejarah ini kurang diperhatikan. Buktinya banyak konstruksi makam yang hancur, walaupun sebagian memang ada yang masih bertahan dengan baik dan terawat, tapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang rusak. Sebagian ornamen bahkan hilang. Aku membayangkan jika kawasan makam ini terawat dengan baik, betapa megah dan indahnya lokasi bersejarah ini.
Aku cukup heran, karena di makam ini ternyata dimanfaatkan juga bagi sebagian orang yang menjadikan beberapa sudut makam beralih fungsi menjadi tempat tinggal mereka. Ada beberapa bangunan semi permanen yang sengaja didirikan di kawasan makam. Bangunan-bangunan ini sangat terlihat jelas, salah satunya berada di samping kiri pintu masuk makam. Di situ juga banyak sekali pakaian-pakaian yang sedang dijemur, tumpukan seng, serta peralatan lainya.
Menurutku, seandainya tempat ini lebih mendapat perhatian, Makam Belanda Peneleh bisa menjadi salah satu aset cagar budaya yang dimiliki oleh Surabaya. Namun, entah kenapa makam ini terlihat kumuh dan tak terawat. Padahal makam ini termasuk dalam tanggung jawab Dinas Pertamanan Surabaya, seperti yang tertulis di papan identifikasi situs yang terletak di gerbang makam.
Setelah puas melihat beberapa sudut makam, aku kembali kepada kawan-kawan yang sedang berkumpul. Ternyata hunting di Makam Belanda Peneleh sudah selesai. Maka, aku beserta kawan-kawan memutuskan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Makam bersejarah ini.
I read this piece of writing fully regarding the resemblance
of newest and preceding technologies, it’s remarkable article.
Sayang sekali tidak terawat ya, padahal pasti lebih megah dan elegan kalau tetap terjaga keasliannya. Btw, benar ga sih sesi pemotretan di makam ini harus bayar?
Peninggalan sejarah yang patut kita jaga kelestariannya, dan menjadi tanggung jawab kita bersama.
Untuk pemotretan di lokasi tersebut sebenarnya gratis, adapun pemungutan biaya dilakukan oleh oknum penjaga setempat..namun oknum tersebut sekarang sudah mendapatkan sanksi.