Padangpanjang, Sumatera Barat

Lubuk Mata Kucing

16 Maret 2010, salah satu “SARUEH MAN” berulangtahun. Si Capaik alias Fadly Nasrul namanya. Tak disangka, temanku yang satu ini sudah berumur 21 tahun saja. Selamat ya, Capaik. Untuk merayakan ulang tahunnya, pagi itu Capaik mengajak pergi ke salah satu tempat pemandian yang ada di daerah Pasar Usang, yaitu Lubuk Mata Kucing. Si Capaik menjemput saya, Eva dan kekasih Capaik. Kami berangkat berempat dengan berjalan kaki, walaupun jaraknya cukup jauh (kira–kira 2 kilometer dari tempat kos saya). Ditambah dengan sulitnya berjalan di pematang sawah, tapi demi Capaik tersayang rasa lelah pun hilang seketika.

Tampak luar Pemandian Lubuk Mata Kucing

Tampak luar Pemandian Lubuk Mata Kucing

Sesampainya di sana, kami langsung membeli karcis masuk seharga Rp.2000 per orang. Setelah masuk, kami cukup kaget. Kurang lebih 150 orang memadati tempat pemandian ini. Jumlah ini naik tiga kali lipat dari pada  biasanya. Mungkin karena kami pergi ke sana saat hari libur. Tapi tetap cukup mengherankan buatku, mengingat tempat liburan macam Minang Fantasi (Mifan) dan Waterpark Malibo Anai lebih menarik dibanding Lubuk Mata Kucing ini. Mifan apalagi, bisa dibilang salah satu tempat liburan terfavorit di daerah Sumatera Barat yang mengedepankan permainan canggihnya, seperti Boom–Boom Car, Bianglala, Banana Boat dan masih banyak lagi. Bandingkan dengan Lubuk Mata Kucing yang cuma ada kolam renang dengan dua buah pondok untuk beristirahat. Dari situ saya dapat menarik kesimpulan bahwa animo masyarakat untuk berkunjung ke sini masih cukup besar.

Pengunjung Lubuk Mata Kucing

Para pengunjung Pemandian Lubuk Mata Kucing

Para pengunjung Lubuk Mata Kucing

Para pengunjung Pemandian Lubuk Mata Kucing

Beberapa saat kemudian, Capaik, Eva dan Septi (kekasih Capaik) langsung ganti baju. Sedangkan aku duduk di pondok menjadi satpam yang menjaga handphone, tas dan sandal mereka. Maklum aku tidak bisa berenang. Beberapa saat kemudian, aku mendengar ajakan makan dari anak SMA yang duduk di pondok sebelah.

Anak SMA : Makan, Da??? (makan, Bang ???)
Aku : Alah, taruih lah… (sudah, lanjut aja…) jawabku sambil mengepulkan asap rokok dari mulut.
Anak SMA : Manga Uda kamari?? Kok ndak mandi?? (Abang ngapain ke sini? Kenapa tidak mandi?)

Anak-anak SMA yang sempat ngobrol denganku

Anak-anak SMA yang sempat ngobrol denganku

Karena malu untuk mengaku tidak bisa berenang, aku beralasan bahwa badanku sedang kurang sehat, makanya tidak ikut mandi. Dan syukurlah kelihatannya dia cukup percaya.

Setelah anak SMA itu selesai makan, iseng–iseng aku bertanya kenapa dia lebih memilih liburan di sini daripada ke tempat lain seperti Mifan atau café–café yang ada di Padang Panjang. Kemudian anak SMA itu dengan enteng menjawab, “Karcisnyo murahm, Da, makonyo awak liburan kamari sajo..” (karcisnya murah, Bang, makanya saya liburan ke sini saja).

Pondok untuk beristirahat

Pondok untuk beristirahat

Kira–kira setelah menunggu selama 1 jam, aku merasa suntuk. Aku melihat Bapak Marzal (si penjual karcis) sedang menghisap rokok sendirian. Aku ke sana dan mengajak bapak itu ngobrol. Dari obrolan itu aku tahu bahwa Lubuk Mata Kucing ini dibangun pada zaman Jepang. Airnya asli dari mata air Lubuk Mata Kucing. Dan sekitar tahun 80-an kolamnya diperbesar. Saat ini ada juga murid-murid Sekolah Calon Tamama (SECATA) dan atlet renang Padang Panjang latihan di sini. Lubuk Mata Kucing berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata Padang Panjang.

Bapak Marzal, penjual karcis di Pemandian Lubuk Mata Kucing

Bapak Marzal, penjual karcis di Pemandian Lubuk Mata Kucing

”Terus Bapak kerja di sini dari kapan?” Tanyaku pada Pak Marzal.
“1955 sampai sekarang,” jawabnya.

Aku tertegun, sulit membayangkan 55 tahun bekerja sebagai penjual karcis. Dia menjelaskan, Lubuk Mata Kucing ini sudah ada sebelum dia lahir. Sebelum Bapak Marzal, yang bertugas menjual karcis di sini adalah pamannya sendiri. Karena sudah tua, Bapak Marzal lah yang meneruskan pekerjaan sebagai penjual karcis tersebut.

Sedang asyik bercerita dengan Pak Marzal, tiba-tiba Si Capaik memanggil aku. Dia mentraktir makan mie instan. Hmm betapa enaknya, mungkin karena perut sedang kosong jadi terasa nikmat sekali. Selamat ulangtahun, Capaik…

About the author

Avatar

Rudi Rahman Firdaus

Dilahirkan di Bukittinggi pada bulan Januari. Ia kuliah di ISI Padangpanjang, konsentrasi Ilmu Televisi dan Film. Ia juga aktif di komunitas Sarueh.

7 Comments

  • haha, mantap! singkat padat!!!

    Pak Marzal bekerja sebagai penjual karcis karena mengantikan pamannya yang sudah tua. Dari gambar, seprtinya si bapak juga sudah tua, siapa kira-kira yang akan menggantikan profesinya?

  • Rudi Rahman Firdaus….akhirnya..
    setelah sekian lama becakap-cakap…
    saya dapat membaca apa yang ingin anda sampaikan tanpa harus mendengarkan anda bicara…
    wkwkwkkwl…
    mantap…di…

  • wakakakkaakka rudh rudh…..
    abis liat tulisan u jadi inget pengalaman w berenang di lubuk mata kucing bareng c boby org afrika itu masih inget kan u…????

    mungkin krna di negaranya susah air jdi sewaktu dia menceburkan diri ke kolama dia teriak2 minta tolong karana tkut tenggelam padahal tubuhnya jauh lebih tinggi di bndingkan ketingian air di kolam itu heheheh
    bdannya jha klo gak salah lebih dai 3meter tinggi bgt dech tapi sewaktu dia masuk ke kolama eh malah teriak2….mnta tlong khirnya c boby iu baru sadar klo kolamnya ternyata dangkal dan akhirnya diap[un malu heeheheheh jdi kangen ci boby jg

  • Rudi, sayang,

    kamu bisa menggali lebih jauh tentang Bapak Marzal dan keberadaan 2 kolam yang salah satunya kolam alami. agar tulisanmu tidak terlalu pendek… ok, Rud? menulis lagi ya.

    ngomong2 kamu ga berenang karena sedang datang bulan ya? selamat ulangtahun ya Fadli Capaik…

  • iya mbak koordinator termanis…
    akan saya usahakan secepatnya…
    waktu datang bulan mbak,,tapi cuba bulan sabit…

Tinggalkan Balasan ke koordinator program aku massa, forumlenteng X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.