Rangkasbitung, 20 Desember 2008
Kereta pertama pukul 07.00 pagi jurusan Serang – Rangkasbitung melintas melewati Jembatan Dua dalam perjalanannya, setelah itu dua orang lelaki berangkat kerja pergi melintasinya. Tinggi jembatan itu ke bawah Sungai Ciujung kira-kira 27 meter di atas permukaan air. Di bawahnya banyak terdapat sampah kayu dan bambu dengan tiga meter kedalaman air sungainya, dengan kata lain dibutuhkan keberanian besar untuk melewatinya. Jembatan Dua adalah sebutan masyarakat untuk dua buah jembatan yang berdampingan, antara jembatan kereta api dan jembatan kendaraan guna melewati Sungai Ciujung. Di Kota Rangkasbitung hanya satu-satunya yang terdapat dua jembatan saling berdampingan. Pembangunannya sudah ada sejak jaman pendudukan Belanda dan Jepang. Dahulu jembatan ini terdapat pos-pos pengintai menuju arah Serang. Jembatan ini besar fungsinya sebagai jalur utama menuju Bayah, Cilegon, Serang, atau Jakarta. Di sebelahnya terdapat jembatan utama yang berdampingan dan cukup besar bagi kendaraan dan pejalan di sana. Jembatan ini direnovasi pada tahun 1996 dan memiliki dua jalur lintas.
Jika berbicara mengenai lintasan maka banyak hal yang menarik untuk dilihat di sini, pertama adalah jalur-jalur utama yang digunakan pada kedua jembatan ini. Pada jalur utama di kedua jembatan ini digunakan menurut fungsinya, jembatan utama untuk melintas kendaraan-kendaran bermotor, dan pada jembatan kereta digunakan sebagai layaknya jembatan untuk lintas kereta. Di sisi jembatan utama terdapat sidewalk bagi pejalan kaki, sedang di sisi jembatan kereta terdapat tiang-tiang besar penopang jembatan. Menariknya kedua jalur jembatan ini digunakan masyarakat sebagai alat menyeberang yang sama pentingnya, walau mereka sadar bahwa salah satunya adalah jembatan untuk kereta, tetapi tetap dilintasi para pejalan yang umumnya para pria. Kedua pada arsitekturnya, pada pondasi bangunan Jembatan Dua terlihat kokoh walau konstruksi tata bangunan jembatan utama mencoba dibentuk sama setelah direnovasi. Pada jembatan kereta, bangunannya ditopang oleh tiga pondasi utama bermateri semen berisi batu-batuan kali. Kemudian pada jembatan utama kendaraan pondasinya ditambah, pada rangkaian penopang banyak dipasang rangkaian besi baru penguat di atas tiga pondasi utama yang bermateri sama. Lalu lintas kereta datang, pukul 7.30 pagi jurusan Serang–Rangkasbitung, lalu pukul 10.00 dari Rangkasbitung menuju Serang dengan kereta Patas. Kemudian pukul 16.00 sore kereta Patas jurusan Serang- Rangkasbitung, dan terakhir pukul 17.30 kereta Banten Ekspress jurusan Rangkasbitung-Serang. Tetapi di antara jalur-jalur itu terdapat kereta Indocement yang melintas pada waktu yang tidak bisa ditentukan kepastiannya.
Melintasi jembatan kereta, melintasi topangan-topangan rel kereta dengan pondasi besi berlubang mengikuti topangan kayu jati yang di bawahnya setinggi kira-kira 27 meter adalah aliran sungai sedalam tiga meter. Tidak ada perasaan takut atau apapun, tetapi kebanyakan perasaan dan pikiran campur aduk tergantung tujuan hari itu mau kemana. Kalau ke pasar berarti memikirkan mau apa di pasar, kalau mau ngopi, kopi apa. Hanya penglihatan tertuju pada bantalan rel dan aliran air sungai Ciujung biasanya sesekali melihat ke kanan dan ke kiri, bantalan rel yang bolong-bolong itu seperti kejar-kejaran jikalau lama diperhatikan.
Bisa karena biasa, mungkin itu kata yang paling pas untuk menggambarkan masyarakat di Kampung Lebak Sambel, Kampung Telaga Biru, Kampung Babakan, Kampung Barangbang, dan Kampung Pasir Jati yang biasa melintasi jalur kereta Jembatan Dua. Sore hari banyak remaja yang sekedar melintas atau nongkrong menikmati sebatang rokok di sana. Pemandangan sungai Ciujung dengan segala gambarannya merupakan daya tarik tersendiri untuk dinikmati di atas jembatan kereta, sangat berbahaya dan sensasi ketinggian akan sangat terasa di atas jembatan kereta yang banyak dilintasi oleh para pejalan yang umumnya para pemuda. Getek, perahu pengeruk pasir, penjual bambu, dan Tampian (tempat mencuci dan MCK di pinggir sungai) menciptakan budaya kali yang turun menurun menghiasi sepanjang sungai.
Mitos, menurut pengakuan kawan saya bernama Badrul turunan Arab, waktu sekolah SMP dia nongkrong tepat di depan pohon beringin samping bangunan Belanda pos penjagaan. Waktu itu tepat pukul 02:15 WIB, tiba-tiba muncul sosok lelaki hitam muncul dari arah jembatan kereta sebelah selatan. Lelaki itu bertubuh besar, berambut panjang sepinggang. Langkah jalannya menggetarkan jembatan kereta, mata kami tak berkedip melihat dia berjalan. Rokok di tangan pun sampai lepas, mulut ternganga dan tubuh berkeringat dingin. Laki-laki raksasa berdiri tepat di depan kami, kami pun hilang kesadaran. Raksasa hitam masuk kedalam pohon Beringin yang umurnya sudah sangat tua. Ya.. di sini… ya… tepat di depan kita, dulu angker sekali tapi sekarang sudah menjadi bangunan rumah penduduk. Setan di sini sangat terkenal di kampung ini, sampai-sampai bangunan Pos Kereta jaman Belanda dihancurkan warga.
wah….kmren nonton video “jembatan 2” ini bikin inget lagi sama pengalaman aku waktu kecil….didekat sekolah ku ada jembatan 2 juga tapi bedanya jembatan satunya lagi bukan untuk jembatan kereta api tp utk pipa PDAM, nah…aku dan tmn2 cow ku suka lewat jembatan itu ketimbang jembatan mobil yang ada t4 pejalan kakinya…..hehe ………selain uji mental, juga keren2 an aja pacu2 cpt melewati jembatan yang lumayan mengerikan….hehe…karena klo liat ke bawah waaaaaaaaaaa……….takutnya minta ampunnnn………..skrang tinggalku g didekt situ lagi….jadi g prnah lagi lwt jmbatan itu…liat video nya tmn2 waaaa jadi pengen lagiiiiii…………..
aku udah nonton video nya
jembatan dua keren bgt,
setelah jembatan dua diputar di sarueh
ada beberapa pendapat dari kawan2
1.Secara visual, bingkaian ini seperti susunan photo yang manis..
sehingga terlihat sangat fotograpis
2.Tidak ada gambar yang mengindetifikasikan dimana jembatan itu berada
Dan menurut saya..
Ketika gambar yang memperlihatkan ada dua jembatan..saya malah bertanya dimanakah aku mediumnya berada? apakah yang jadi aku mediumnya bisa terbang? karena tidak ada gambar yang memperlihatkan keberadaan aku mediumnya.
Keberadaan aku medium jangan diartikan secara harfiah dalam gambar. Dia bisa saja orang-orang yang ada di sana. Kita tidak perlu terjebak dalam teori hitam-putih tentang akumassa ini. Sebenarnya konsep aku medium itu adalah bagaimana seseorang mentransfer informasi massa melalui “dirinya”. Dan itu bisa siapa saja. Video Jembatan Dua sebenarnya salah satu contoh keberhasilan “akumedium” tanpa identifikasi personal. Gambar-gambar di video itu tidaklah fotografis. Gambar-gambar di situ rekaman dari berbagai perspektif dimana orang-orang selalu lewat. Jadi pertanyaan darimana diambil gambar ketika jembatan dua itu kelihatan? Ya, dari jalur sirkulasi orang-orang yang menjadi bagian dari dua jembatan itu. Mengenai identifikasi lokasi memang di situ ada kekurangan. Namun, bagi saya itu tidaklah sesuatu yang fatal, karena substansi persoalannya adalah bagaimana “ketegangan” yang dibangun oleh massa saat mereka melintasi jalan kereta yang bagi sebagian orang ini merupaka hal yang berbahaya. Tapi “massa” di sini tidak melihat itu sesuatu yang bahaya. Tapi sebuah keseharian yang memang sudah menjadi bagian hidup mereka. Saya rasa, ini merupakan salah satu kegagalan sistem pelayanan publik di negara kita. Jadi, kalau ditarik lebih luas, Jembatan Dua bukan hanya persoalan orang menyeberang melalui jembatan kereta api, tapi ada soal yang lebih besar yaitu; bagaimana negara melindungi warganya? bagaimana sistim transportasi publik? Salam Hafiz
david dan hafiz,
kalu di padang panjang kita bicaRA DENGAN KETAT TENTANG AKU MEDIUM, itu untuk menjaga keutuhan konsep aku massa yang sedang kita produksi ini. pertanyaan david bagus, karena david sedang dalam proses produksi yang sedang bener2 mencoba menerapkan konsep ini ke dalam karya audio visual alias video. dan yang dimaksud oleh hafiz adalah bukan berarti kita jadi lalai dengan apa yang kita pelajari. dalam hal karya Jembatan Dua dari tim akumassa Lebak, akhirnya gambar telah berbicara dalam konstruksi video-nya, tanpa meninggalkan konsep aku massa. dan kita akan mendapat pengalaman berbeda dalam bekerja yang akan makin kita mengerti nantinya. saya senang dengan kepekaan teman2 di sarueh dalam diskusi akumassa tanggal 19 pebruari kemarin membahas video2 aku massa lebak dan cirebon, yang paling berharga adalah bukan sekedar diskusi yang terjadi di sarueh makin dinamis, tapi juga teman2 makin dinamis dalam bekerja visual. jangan terlena apalagi tenggelam dalam ketidaktahuan dan ketertutupan yang tidak perlu. oke vid. lanjuuut…