Kata ”Lekong” mungkin sangat asing di telinga kita. Maklumlah lekong merupakan bahasa lokal orang Lombok Utara. Lekong dalam Bahasa Indonesia berarti Kemiri, salah satu bumbu dapur. Di Pemenang, Lombok Utara dan sekitarnya Kemiri bukan hanya dijadikan sebagai penyedap masakan. Namun, Lekong (Kemiri) itu juga bisa dijadikan sebagai permainan tradisional yang sangat unik. Permainan ini bukan hanya dimainkan oleh anak-anak, remaja dan ibu-ibu pun sering ikut bermain Lekong.
Di daerah Pemenang, Lombok Utara, permainan ini bersifat musiman. Tiba-tiba saja orang secara keseluruhan memainkan permainan tradisional ini dan bergantian dengan musim permainan yang lain. Mulai dari Layang-layang, Bagek, Tulup, Gangsing, Tegenggeng, Rempak dan permainan tradisional lainnya. Kali ini musim bermain Lekong tiba, dimainkan orang-orang di seluruh wilayah Pemenang.
Sangat disayangkan, kini permainan yang hanya ada satu tahun sekali ini, hanya dimainkan oleh beberapa orang, tidak seramai dahulu. Beberapa kemungkinannya adalah, sudah banyaknya permainan-permainan modern yang kemudian mengikis permainan-permainan tradisional.
Jika kita ingin cermati permainan-permainan tradisional justru lebih murah, mengasyikkan dan lebih menguntungkan. Contohnya, permainan Lekong ini, sangat menguntungkan terutama bagi ibu-ibu. Karena biasanya bagi mereka yang menjadi pemenang secara otomatis mendapat tambahan jatah bumbu dapur alias tidak usah beli lagi di pasar.
Namun, kali ini Fatin keponakan ku, dikejar oleh ibunya, karena ketahuan mengambil Kemiri dari Ceraken (sejenis tempat menaruh bumbu-bumbu dapur) ibunya. Tingkah laku anak-anak memang tak ada habisnya. KAku yang sedang sakit kepala merasa semakin parah saat mendengar suara,
“Fatiiiiiiin, mai Lekong ca, dek arak sik mengak ragi laun! (Fatiiiiiin, bawa ke sini Kemirinya, tidak ada yang bisa kita pakai untuk buat bumbu nanti!) teriak kakak ku sambil membawa senjata pamungkas yakni sebuah sapu lidi.
“Laun cang gentiin mun cang menang,” (Nanti saya ganti kalau menang) Jawab Fatin sambil berlari menghilang ‘ditelan’ tembok rumahku.
”Aok mun dik menang, mun kalah mok?” (Ya, kalau kamu menang, kalau kalah bagaimana?) Gumam kakak ku sambil menaruh sapu lidi sembari mengatur nafasnya yang tersengal.
Aku hanya bisa tersenyum melihat kejadian itu sambil memegang kepalaku yang masih terasa sakit.
Daripada diam di rumah, aku kemudian memutuskan untuk pergi melihat orang Main Lekong. Tapi, sebelum menuju arena aku bersiasat menyelundup ke dapur untuk mengambil beberapa biji Lekong, siapa tahu menang, tuturku dalam hati. Namun, aku tidak mendapat kejutan seperti keponakanku. Karena caraku mengambil Lekong lebih canggih dari Fatin, keponakanku.
Ketika sampai di tempat bermain Lekong, aku lihat Lekong-lekong sudah berjejer dengan rapi dalam satu garis lurus. Permainan Lekong dengan jenis ini dinamakan Permainan Lekong Delok. Hampir sepanjang lima meter, Lekong (Kemiri) dijejerkan masing-masing dengan jarak yang tidak ditentukan. Biasanya menggunakan jarak sesuai dengan jumlah peserta dan jumlah Lekong yang dikeluarkan per masing-masing orang. Hebatnya kawan, tak ada dari satu pemainpun yang kemudian protes atau kemudian tidak setuju terhadap Lekong-lekong yang sudah dijejer itu. Ia seperti kesepakatan masal. Sungguh sebuah permainan yang penuh dengan suasana kejujuran.
Cara bermmain Lekong sangat sederhana. Awalnya, kita pilih satu diantara sekian Lekong yang kita miliki untuk kita jadikan sebagai Gutit (Lekong yang kita gunakan untuk melempar Lekong-lekong yang lain). Kemudian, kita tinggal membuat satu garis lurus dan meletakkan Lekong-lekong tersebut sejajar dengan garis yang sudah kita buat. Selanjutnya kita buat seperti garis start, yang nantinya menjadi tempat para pemain melemparkan Gutit-nya ke arah Lekong-lekong yang ada di garis tersebut.
“Tarok pira ne, ku milu maeh?” (Taruhannya berapa nih, aku boleh ikut gak?) teriakku kepada para pemain yang sudah siap di garis start untuk melempar Lekong-lekong mereka.
“Tarok dua. Mun mele milu, milu wah…” (Taruhannya dua. Kalau mau ikut, ikut saja), sapa mereka yang sangat antusias mengaturLekong mereka.
Adapun sistem permainannya sebagai berikut, bagi pemain yang melempar dengan Gutit-nya dan mengenai Lekong nomor empat, misalnya. Maka, pelempar tersebut berhak mengambil Lekong nomor satu, dua dan tiga, begitu juga peserta selanjutnya. Bayangkan kawan, jika engkau mampu mengenai Lekong nomor dua puluh lima, berapa banyak Lekong yang bisa kau ambil. Seandainya taruhan itu sampai seratus Lekong, dan kau bisa mengenai Lekong nomor sembilan puluh sembilan. Aku yakin ibu di rumah tidak kerepotan mencari Lekong (Kemiri) untuk bumbu masak. Asalkan dengan catatan, kalau tidak ada dari salah seorang peserta yang bisa mengenai kepalanya (Lekong yang paling dekat dengan garis start). Kalau engkau jago dan mampu mengenai kepalanya, kau dapat mengambil Lekong itu semuanya.
Tak sulitkan permainan Lekong ini? Namun, kali ini aku kalah.
Tampak sekali kekesalan dari wajah mereka yang kalah, sama sepertiku. Sementara itu bagi mereka yang menang, wajah kegembiraan terpancar, rasa bangga dan haru timbul. Semangat itu akan tetap ada untuk menjadi seorang Pemenang.
Aku tidak sabar menunggu permainan tradisional apa selanjutnya yang akan dimainkan setelah permainan Lekong ini.
mari main,. !!!
Wah, ini cerita yang menarik. Terus budidayakan permainan tradisional. Tulisan yang bagus!
salam akumassa
🙂
laun ku keto ngendon maeh tarok pira bueng lekong lokak nu teger dekarak sik meak ragi